Ada sebuah legenda yang mengatakan jika penguasa dunia akan bangkit kembali. Saat fenomena aneh membentang memenuhi langit. Dan naga abadi terbangun dari tidur panjangnya. Dia pasti kembali dari tempat persembunyiannya setelah ratusan ribu tahun meninggalkan dunia.
***
Ratusan ribu tahun berlalu begitu saja. Legenda yang telah menjadi sebuah cerita dongeng perlahan menjadi kenyataan. Hingga, bayi laki-laki kecil di temukan tanpa busana terbuang di bawah pohon yang telah membeku di ujung Utara. Yang selalu di sebut tempat terdingin di dunia. Seorang pemburu bersama anaknya yang masih berusia sepuluh tahun, menemukan bayi kecil itu kemudian membawanya pulang. Mereka memberinya nama Lie Daoming. Dan menjadikannya anak angkat. Selama sepuluh tahun, kehidupan mereka sangat tenang dan damai. Hingga pembantaian dan penculikan membuat Lie Daoming harus kehilangan keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta kecil di pinggir danau
Di jurang terdalam,
"Apa kamu sudah melihatnya?" Jing Qu berbaring di kursi panjang dengan cukup santai.
Xue Yu Wen berjalan mendekat. "Tatapan matanya sangat berbeda. Dulu, di kedua matanya hanya ada kabut kegelapan dan kebencian. Sekarang, tatapan matanya penuh dengan kehangatan."
Pemuda yang ada di kursi itu tersenyum. "Di kehidupan sebelumnya. Dia selalu berusaha mengubah takdir, namun takdir selalu tidak pernah memihaknya. Sekarang tentu saja berbeda. Sekalipun dia diam saja, takdir selalu ada di pihaknya. Saat pedang telah kembali ke pemiliknya. Dunia akan kembali bergejolak. Sedangkan aku hanya akan diam di gua menikmati waktu dengan santai," ujarnya.
Xue Yu Wen duduk di kursi sebelah Jing Qu, "Apa kamu tidak akan membantunya?"
"Akan ada saatnya aku juga kembali melihat dunia luar. Tapi tidak sekarang," memejamkan kedua matanya. "Di sini sangat tenang dan nyaman. Kenapa harus keluar menyusahkan diri sendiri," kipas kayu muncul di tangannya. Semilir angin membelai wajahnya pelan.
***
Setelah dua hari mengalami koma, Daoming bangun dengan perasaan yang cukup aneh. Dia merasa tubuhnya jauh lebih ringan dan bertenaga. Gejolak kekutan terus mengalir dengan setabil. Dia bangkit, melompat pelan memastikan jika dia sudah kembali ke kondisi normal. Daoming keluar dari kamarnya melihat keadaan di ruangan depan sangat sepi. Ayahnya dan Yang Rui tidak ada di rumah. Dia berjalan menuju halaman depan. Di sana, dia melihat Zihan dan Yuwen duduk dengan tenang menatap kearah danau.
Yuwen melirik kearah pintu rumah mendapati temannya sudah bangun dari komanya. "Daoming," memukul pundak Zihan lalu berlari menghampiri Daoming. "Syukurlah kamu sudah bangun," memeluk temanya itu dengan cukup erat.
Daoming cukup aneh dan risih dengan perlakuan Yuwen. "Apa kalian baik-baik saja?" melepaskan pelukan Yuwen.
"Kami baik-baik saja. Tapi kamu justru terluka parah. Dan sudah koma selama dua hari. Saat ini, paman Hu dan Yang Rui pergi ke kota untuk membeli obat herbal. Mereka pasti akan senang mengetahui kamu sudah bangun," ujar Zihan.
Mereka berjalan menuju halaman depan. Dan duduk di kursi panjang yang ada di pinggir sungai. Baru sebentar Daoming duduk, dia sudah merakan perutnya sangat lapar.
Creeekk...
Suara perutnya terus berbunyi.
"Ayo," Zihan langsung menarik Daoming untuk masuk ke dalam rumah. "Tadi paman Hu sudah masak banyak makanan. Aku akan menghatkannya sebentar," dia langsung berlari menuju dapur.
Yuwen juga membawa buah-buahan yang sudah di sediakan. "Makan buah ini dulu untuk mengganjal perut," meletakkan buah pir dan apel di atas meja.
Daoming mengambil satu buah pir dan memakannya. Rasa manis memenuhi mulutnya dengan air yang sangat berlimpah dari buah pir.
"Daoming," Yuwen menatap Daoming dengan cukup aneh.
Kreeekkk...
Menggeser kursi dan duduk di sebelah temannya. Agar bisa lebih dekat.
Daoming sedikit menjauh.
"Aku hanya ingin tanya satu hal. Bagaimana kamu bisa memiliki kekuatan yang menakjubkan itu?" Yuwen menatap tanpa berkedip.
"Aku juga tidak tahu. Kekuatan ini sudah ada di tubuh ku semenjak aku lahir," ujar Daoming memberikan alasan. Dia kembali mengambil apel setelah pir habis.
"Oh iya. Apa kamu ingat pria tua yang datang saat kamu sekarat?" ujar Yuwen dengan antusias.
Daoming hanya menggelengkan kepalanya. Dia bahkan tidak ingat apa yang terjadi setelah dirinya menusuk jantung Monster itu. Bagiamana dia bisa ingat jika ada pria tua datang yang ke rumahnya?
Krekek...
Yuwen Kembali menggeser kursi yang ia duduki.
Daoming mendengarkan dengan serius.
"Aku juga tidak tahu. Dia hanya mengatakan jika dirinya hanya pengembara yang masih mencari jalan pulang," ujar Yuwen dengan santainya.
Daoming hanya bisa menelan ludah kecut di tenggorokannya.
Dari arah pintu dapur, Zihan datang dengan membawa panci cukup besar. Asap panas mengepul memenuhi panci.
"Waaa..." Yuwen langsung menggeser keranjang buah agar tidak menghalangi. "Baunya sangat harum. Paman Hu sangat hebat dalam hal memasak. Semua masakannya selalu membuat air liur ku jatuh," mengelap setiap ujung bibirnya. Dia berlari ke arah dapur dan membantu mengeluarkan semua mangkok dan sumpit.
Zihan mengambil beberapa lauk yang masih ada di dapur.
Setelah semua selesai di tata di meja makan. Mereka bertiga langsung menyantap makanan dengan lahap.
"Enak," Yuwen menepuk perut kenyangnya. Aku akan memberi makan Kambing," ujarnya yang langsung bangkit dan pergi ke depan.
Daoming bangkit dari tempat duduknya. Saat dia ingin membantu menata semua piring kotor, Zihan menghalanginya.
"Jangan. Biar aku saja. Kamu harus saja bangun dari koma lebih baik istirahat," Zihan membawa semua piring kotor menuju dapur dan mencucinya hingga bersih.
Daoming duduk sebentar binggung dengan perlakuan dari teman-temannya. Dia bangkit lalu keluar rumah. Duduk di bangku yang selalu menjadi tempat ternyaman untuk menghabiskan waktu luangnya. Dia hanya bisa melihat kedua temannya mengerjakan pekerjaan rumah. Sedangkan dirinya harus diam tanpa di perbolehkan membantu.
Saat sore hari, tuan Hu dan Yang Rui sudah pulang. Mereka sangat senang saat melihat Daoming sudah bangun dan kembali sehat.
Tidak selang lama, satu-persatu temannya datang dengan membawa banyak makanan. Bahkan pengawas Du juga datang dengan membawa buah-buahan dan beberapa kue yang sangat harum.
"Mumpung semua orang berkumpul. Malam ini kita berpesta," ujar tuan Hu dengan semangat.
"Yayayyy..." semua orang berteriak gembira. Setelah terhindar dari kemalangan, semua terasa melegakan.
Malam ini, semua orang berkumpul mengelilingi api unggun yang sudah berkobar dengan besar. Sepuluh bebek panggang dan sepuluh ayam sudah ada di atas api. Hanya tinggal menunggu matang dan siap untuk di santap bersama.
Yuze memainkan serulingnya dengan sangat merdu. Semua orang mendengarkan dan ikut terhanyut kedalam setiap nada yang sangat indah.
Angin malam itu juga sangat bersahabat.
"Sudah matang," ujar Su Zhou dengan semangat.
Semua orang membantu mengangkat semua daging panggang yang sudah matang.
Waktu itu, suasana di pinggir danau paling di takuti semua orang justru terasa nyaman dan tenang. Raut wajah bahagia setiap orang juga sangat jelas.
"Yang Rui," Zihan memberikan paha ayam cukup besar. "Kamu sedang dalam masa pertumbuhan. Harus makan lebih banyak," ujarnya.
"Benar," Yuwen mengambilkan dada ayam kepada Yang Rui.
"Kakak. Aku tidak bisa menghabiskannya," ujar Yang Rui yang sudah mulai kenyang.
Tuan Hu mendekat ke anak keduanya. "Daoming, apa kamu masih merasa tidak enak badan?"
Daoming menggelengkan kepalanya. "Ayah kedua, aku sudah baik-baik saja. Tubuh ku bahkan terasa ringan dan bertenaga."
Mendengar jawaban anaknya tuan Hu kembali merasa tenang. Dia menepuk pundak Daoming beberapa kali. "Baiklah. Tapi jika kamu masih merasa ada yang janggal di tubuh mu. Kamu harus segera beritahu ayah kedua. Jangan menyembunyikannya sendiri," ujarnya dengan penuh kehangatan dan perhatian.
"Ayah kedua tenang saja. Aku pastikan tidak akan menyembunyikannya sendiri," ujar Daoming dengan yakin.
Suasana malam itu benar-benar sangat hidup dan penuh dengan kehangatan.