Boss Brondong Suka Menggoda

Matahari tak nampak lagi, langit pun sudah menjadi gelap. Clara duduk sendirian sambil memandangi kota jakarta dari ketinggian, ia sedang menantikan kepulangan suaminya.

Hari ini merupakan hari yang sangat spesial bagi Clara dan Adam, yakni hari peringatan tahun pertama mereka menikah, dimana mereka telah mengucapkan janji sehidup semati dihadapan Tuhan dan para tamu undangan.

Sejak siang Clara pergi belanja bahan makanan, ia mau memasak makanan kesukaan Adam dari resep yang ibu mertuanya berikan. Membuat dapurnya jadi berantakan karena harus mengulang beberapa kali.

"Mas Adam pulang, tinggal aku hangatkan lauknya deh." ucapnya dengan riang.

Tak lupa Clara juga menyiapkan kue dan juga sekotak hadiah dengan pita emas. Ia sengaja berdandan cantik, memakai gaun malam yang cukup seksi.

.

.

Krukukkkk...

"Ughh, jam berapa ini," Clara terbangun, sangking kelamaan menunggu suaminya pulang, tak sengaja ia tertidur diatas sofa.

"Ya ampun, udah jam 10 malam, kok mas Adam belum pulang sih." dengus Clara, segera mengambil benda pipih di meja.

Tut tut tut tut.

Teleponnya tak kunjung diangkat, padahal Clara sudah meneleponnya puluhan kali.

"Iiihhss!! Kenapa gak bisa di hubungi, masa iya dia meeting sampai jam segini." gumamnya kesal.

Dok dok dok dok!!

Tiba-tiba saja pintunya di gedor kencang, Clara terkejut takut kalau itu orang jahat, ia pun mengambil sapu, lalu berjalan mendekati pintu.

"Clara..., sayaaang, buka pintu...." suara Adam yang sedang teler.

Clara menghela nafas lega, syukurlah itu suaminya yang pulang.

Cekrek.

Pintu terbuka, bau alkohol sangat menyengat, Clara menutup hidungnya. Ia melihat suaminya berdiri sempoyongan dengan wajah cengengesan.

"Kamu habis party!! Memang kamu gak lihat pesan chat ku??" tanyanya kesal dengan nada marah.

"Lihat dong, tapi teman ku berulang tahun hari ini dadakan dia ajak aku party di club." ucap Adam, tidak mempedulikan ekspresi marah, Clara pria pemabuk itu langsung menghempaskan bokongnya di sofa.

"Kenapa kamu, gak nolak ajakan teman kamu. Apa kamu lupa ini hari apa!!" Clara menatap marah suaminya, sambil berkacak pinggang.

"Hmm..." sebelum Adam menjawab, ia melihat sekeliling ruangan yang sudah di tata dengan nuansa serba pink, ada kelopak bunga mawar dan juga balon merah, Adam termasuk pria yang kuat minum-minuman alkohol, buktinya ia masih bisa menyetir pulang ke rumah.

"Oh iya sorry sayang, aku lupa. Hari ini ulang tahun pernikahan kita yang kedua." ucapnya cengengesan.

Melihat ekspresinya rasa marah langsung menjalar di hati Clara, seolah tak percaya kalau sang suami dengan mudahnya lebih memilih party dengan teman kantor dari pada merayakan hari jadi mereka.

Adam sudah keterlaluan, Clara menjadi sangat marah, ia mengambil pisau dapur, lalu berjalan ke arah suami yang sedang duduk di sofa.

"Eh!! Tunggu sayang, kamu mau apa, jangannn!?!" teriak Adam ketakutan.

.

.

Duar!!

Duar!!

Clara yang kesal, menusuk-nusuk balon-balon berbentuk hati, yang sudah ia tempel di dinding ruangan dan mematikan lilin aroma terapi yang menyala.

Klang..!!

Sambil menatap kesal suami, Clara melempar pisau dapur ke lantai.

"Sayang jangan marah dong, perayaan hari jadi kita kan masih bisa dilakukan besok, tidak harus hari ini, kamu tahu kan aku sibuk kerja, beda sama kamu yang seorang ibu rumah tangga." ucap Adam, perkataannya seperti menyiram bensin kedalam api yang sedang berkobar.

Tega sekali Adam berkata demikian, hari jadi yang harusnya menjadi indah dan spesial berubah menjadi hari sangat buruk.

Sejak hari itu juga akhirnya Clara tak mau diam saja di rumah. Besoknya Clara menghubungi Risa teman kuliahnya dan menanyakan soal lowongan pekerjaan di kantor Risa.

Sejak mereka berdua sama-sama bekerja dan sibuk, kehidupan pernikahan yang baru setahun terlaksana, semakin mendingin. Adam tak pernah menganggap Clara sebagai wanita yang penting di dalam hidupnya lagi. Ia pergi semaunya dan melakukan banyak hal yang ia inginkan tanpa mempedulikan perasaan istrinya.

Kobaran api cinta diantara mereka semakin padam tidak seperti dulu waktu pertama mereka bertemu, mengukir kisah asmara, hingga ke jenjang pernikahan. Keegoisan Adam seperti air yang terus menyiram api cinta mereka, hingga akhirnya api cinta itu padam seluruhnya, setelah di guyur oleh api pengkhianatan.

Apa yang terjadi dimasa lalu membuat Clara jadi tidak mudah percaya lagi pada istilah 'Cinta sejati'. Cinta yang tak akan padam dan goyah walau dimakan oleh waktu, usia, dan keadaan.

Bukan karena Clara tak melihat bukti adanya cinta itu, karena Ayah dan Ibunya bisa tetap harmonis sampai puluhan tahun, kakek neneknya juga, bahkan sampai maut memisahkan. Tapi Clara sendiri sudah merasa takut lebih dulu untuk kembali menjalani kisah cinta yang baru, ia takut tersakiti lagi seperti dulu.

*Flashback off.

.

.

"Ra-, woi..."

"Clara!!" teriak Risa.

"Eh iya!!" kejut Clara yang dari tadi sedang larut dalam pikirannya sendiri. Sejak beberapa menit yang lalu, Clara hanya duduk diam termenung memandangi layar laptopnya, tatapannya juga terlihat kosong, seperti Jiwa tanpa roh.

"Kenapa lu dari tadi pagi, gua liatin lesu bener, kurang semangat, lu lagi sakit atau mau datang tamu bulanan??" tanya Risa, menatapnya curiga.

"Udah lewat itu awal bulan kemarin kali."

"Trus kenapa? Gak biasanya gua liat lu bengong berhari-hari kayak gini? Jangan-jangan lagi ada cowok yang lu taksir??" Risa sungguh penasaran.

"Hahhh..." Clara menghela nafas panjang.

"Cerita ke gua dong kalau lagi ada masalah, kan kita ini bestie beb." ucapnya sembari menepuk pelan pundak Clara.

"Yah..., gua lagi galau gara-gara cowok."

"Eehh!!! Serius beb!!!"

"Hmm..." Clara berdehem, malas bicara.

"Kapan lu pacaran?? Iihh tega banget lu gak cerita sama gua!!" rengek Risa kesal.

"Bu-bukan pacaran kok, tapi kita saling suka terus jadi deket, lalu dia rencana mau kenalin gua ke keluarganya." Clara enggan bercerita yang sebenarnya. Clara merasa ini belum saat yang tepat, ia menceritakan soal hubungannya dengan Aaron si bos brondong.

Beberapa hari ini Clara menjadi galau, sejak saat Aaron mengajaknya makan malam keluarga di hari sabtu besok. Yang berarti Clara akan bertemu dengan Direktur pemilik perusahaan, nyonya besar, dan juga Alvaro kakak tertua Aaron yang sudah menjabat sebagai CEO perusahaan tempat Clara bekerja.

Clara sadar sepenuhnya, Aaron hidup di dunia lain, dunia bergelimang harta yang tiada habisnya. Sedangkan Clara dibesarkan dari keluarga yang sederhana namun berkecukupan. Hal itu membuat Clara tidak percaya diri diterima dalam keluarga Aaron, belum lagi statusnya yang seorang janda.

"Kalau dia cinta banget sama lu, yah gak apa-apa kali beb, coba aja."

"Iihhss!! Mana bisa sih coba-coba memangnya makanan. Aku gak yakin keluarganya akan terima aku yang sudah berstatus janda." seru Clara mengeluarkan semua uneg-uneg nya.

"Bener juga sih beb, kalau gua jadi lu, ngerasa gak gampang pastinya." ucap Risa yang tahu benar keadaan Clara, kalau dengan duda pasti mudah diterima, tapi kalau dengan pria yang belum menikah pasti sukar diterima oleh calon mertuanya.

"Trus gua harus gimana dong!!" bingung banget nih." keluh Clara pikirannya sedang terasa buntu.

"Yang sabar ya beb, kalau kalian memang berjodoh, pasti ada jalannya kok." Risa berupaya memberikan semangat pada Clara.

"Thanks, Ris-. Lu selalu mau dengerin curhatan gua." Clara merasa bersyukur, Risa selalu menjadi teman di masa suka maupun duka.

"Sebaiknya aku mundur saja, mana mungkin juga nyonya besar mau menerima janda sebagai menantunya."

"Permisi yuhuu..." panggil suara wanita dengan nada merdu.

"Eh..??" Clara melirik, dan melihat sosok wanita muda yang cantik, dengan pakaian modis dan gaya kekinian.

"Saya mencari Mr. Aaron tunangan saya, ruangannya ada dimana ya..??" tanya Bella tersenyum ramah pada Clara dan Risa.

.

.

"Tunangan Aaron!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️

**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**