Di usianya yang sudah sangat matang ini, Khalif Elyas Hermawan belum juga menemukan pasangan yang cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Orang tuanya sudah lelah menjodohkan Khalif dengan anak rekan bisnis mereka, tapi tetap saja Khalif menolak dengan alasan tidak ada yang cocok.
Mahreen Shafana Almahyra gadis cantik berumur 25 tahun, tidak dapat menolak permintaan sang bibi untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali.
Ya, gadis yang akrab di sapa Alma itu tinggal bersama paman dan bibinya, karena sejak umur 15 tahun, kedua orang tuanya sudah meninggal.
Bagaimana kisah Khalif dan Salma? Ikuti terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
..."Karena kamu terlahir dari seorang wanita. Setidaknya ketahuilah apa yang dirasakan seorang wanita."...
...🌹🌹🌹...
Tidak menunggu lama Alex mengangkat telfon yang datang, matanya melirik sekilas ke arah Zalfa, sedang Zalfa berlalu pergi ke dapur mengambil untuk menyiapkan makanan.
Hatinya sedang tidak baik-baik saja sekarang, perasaan sakit itu tetap ada, meski dia sudah bertekad menghapus rasa. Kenapa kisah cintanya setragis ini sih? kenapa harus kak Alex? Oh hati ayolah kita berdamai untuk kali ini saja. Zalfa mengelus pelan dadanya yang terasa sakit.
"Mbak Zalfa kenapa? Apa dadanya sakit?" tanya mbok Nim dengan polosnya.
"Iya mbok rasanya di sini sakit banget" ucap Zalfa jujur, lagian mbok Nim nggak bakalan tau dia sakit karena cemburu.
"Ya Allah mbak, apa perlu kita ke rumah sakit? Mbok kasih tau den Alex kalau gitu" mbok Nim hendak bergegas menemui Alex tapi di tahan oleh Zalfa.
"Eh jangan mbok, Zalfa cuman bercanda. Zalfa nggak sakit mbok" Zalfa tertawa melihat wajah khawatir mbok Nim.
"Ih mbak Zalfa ni, buat mbok jantungan aja" kesal mbok Nim. Zalfa hanya cengengesan melihat mbok Nim yang mendumal kesal.
Dengan Zalfa mbok Nim biasa bercanda, Zalfa tidak menjaga jarak dengan para asisten rumah tangga di rumah Alex maupun di rumahnya. Karena Zalfa orangnya ramah care.
"Mbak Zalfa mau buat apa? Biar mbok bantu"
"Ah ini mau buatin makanan untuk kak Alex sepertinya dia belum makan"
"Biar mbok bantu"
"Makasih mbok Nim" Zalfa yang ceria dan ramah selalu membuat orang nyaman berada di dekatnya.
Di dapur Zalfa dan mbok Nim sibuk menyiapkan makanan. Sesekali Zalfa menoleh ke belakang menatap Alex yang masih sibuk dengan ponsel di telinganya.
Samar dia bisa mendengar percakapan Alex dan Ghea, ya yang menelepon Alex adalah Ghea.
"Ghea maaf, sepertinya saya tidak bisa ketemu kalau hari ini"
"..........."
"Saya lagi di rumah Chaterine, dia lagi sakit jadi saya harus menemaninya"
"..........."
"kesini?"
"............"
"Baiklah, nanti saya kirim alamatnya" kemudian Alex mengakhiri panggilannya.
"Mbok Nim, bisa masak agak banyak? Soalnya ada tamu yang mau datang" ucap Alex melirik Zalfa yang tidak menatapnya, gadis itu sibuk dengan mengaduk daging yang di masaknya.
"Zalfa, tidak apa-apa kan?" Alex bertanya pada Zalfa, Zalfa mengernyit heran. Kenapa Alex bertanya padanya? Bukankah itu tamunya? Lagian dia sendiri tamu disini tentu dia tidak ada hak untuk melarang siapa yang mau datang ke sini.
"Hahaha kak Alex nih aneh, kenapa malah nanya ke Zalfa? Itukan tamunya kak Alex" Zalfa tertawa menyembunyikan rasa sakit, kesal, dan cemburu yang menghinggapi hatinya.
Alex tidak punya pilihan lain selain mengiyakan permintaan Ghea yang mau datang kerumahnya. Dia merasa tidak enak karena sudah membatalkan janji dengan Ghea.
Tatapannya masih terpaku pada Zalfa yang tidak mau memandangnya. Dia terjebak di antara Zalfa dan Ghea, Zalfa adalah adiknya perasaannya tidak lebih dari itu sementara Ghea wanita yang di jodohkan dengannya. Meskipun rasa cinta belum ada untuk Ghea tapi dia berusaha untuk mengenalnya lebih jauh.
Semua makanan sudah tertata rapi di atas meja. Hasil masakan mbok Nim dan Zalfa Tidka di ragukan lagi. Walaupun terlahir dari orang yang berada Zalfa bisa di katakan mahir dalam hal memasak.
Suara klakson mobil terdengar dari luar, Alex yang membantu mbok Nim dan Zalfa menata makanan di atas meja bergegas keluar karena Ghea sepertinya sudah sampai.
*****
Di meja makan suasananya cukup hening, Zalfa diam dalam makannya. Dia terlihat cuek dengan sekitar, itu dia lakukan demi kebaikan hatinya.
Sedangkan Ghea sibuk mengambil makanan yang akan di makan oleh Alex, padahal pria itu sudah bilang dia bisa ambil sendiri. Dasar Ghea aja yang ingin mencari perhatian dan ingin memberitahu Zalfa bahwa Alex adalah miliknya.
Sebagai sesama perempuan Ghea jelas tau bahwa Zalfa menyimpan rasa pada Alex, dan karena itu pula dia inisiatif ingin datang kerumah Alex sengaja karena dia tau Zalfa juga ada disini.
Dia sengaja memanas-manasi Zalfa, dan itu sukses membuat Zalfa geram. bukannya dia tidak tau kalau Ghea sengaja pamer kemesraan di hadapannya.
sungguh ingin rasanya Zalfa menghilang saja, dengan cepat Zalfa menyelesaikan makannya dan pamit untuk melihat bagaimana keadaan Chaterine.
Di kamar Chaterine, ternyata wanita itu sudah bangun dan bersandar di di sisi ranjang pandangannya menatap ke arah luar jendela.
Zalfa mengambil tempat di sisi kanan Chaterine, keduanya sama-sama terdiam tidak ada yang ingin memulai pembicaraan, Zalfa juga melarikan pandangannya ke luar jendela menatap langit sore.
"Kenapa hidup semenyedihkan ini?" ratap Zalfa.
"Apa kau menyindir ku?" ucap Chaterine kesal menatap Zalfa. Zalfa menggelengkan kepalanya.
"Tidak aku hanya meratapi nasibku" jawab Zalfa jujur.
suasana hening kembali, suara angin yang berhembus dari jendela menyapa keheningan yang terjadi. Seolah ikut menertawakan nasib kedua wanita itu.
"Apa kamu tidak mau bertanya?" Chaterine memecah keheningan. Tanpa menatap Zalfa dia bertanya.
"Aku akan menunggu mbak sendiri yang cerita"
Zalfa menggenggam lembut tangan Chaterine, menyalurkan ketenangan untuk Chaterine. Zalfa tau yang di butuhkan oleh Chaterine sekarang adalah dukungan dari keluarga terdekatnya.
"Apa kakak Alex juga tau?" tanya Chaterine.
"Ya" jawab Zalfa singkat.
Perlahan air mata Chate mengalir di pipinya yang putih. Jangan di tanya lagi bagaimana bentuk wajahnya sekarang. Mata bengkak, hidung merah karena menangis dari tadi.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak punya muka lagi untuk bertemu dengan kak Alex. Dan aku tidak punya harapan lagi untuk bersama dengan Khalif"
"Dari awal mbak Chate sudah tidak punya harapan bersama kan?"
"Tidak, kalau bayi ini tidak ada aku masih bisa bersama dengan Khalif" Chaterine masih saja ngotot.
"Apa mbak nggak berpikir kalau dengan keadaan mbak sekarang adalah teguran dari Allah?" tanya Zalfa menoleh ke arah Chaterine.
"Anggap saja itu teguran karena mbak ingin merusak rumah tangga orang lain, mbak dan kak Khalif udah selesai lima tahun yang lalu. Mbak yang memutuskan hubungan dengan kak Khalif, tapi sekarang mbak mau ngancurin kebahagiaan orang yang dulu mbak cintai? kalau aku jadi mbak Chate, aku tidak akan pernah meninggalkan orang yang aku sayang, apa lagi orang itu sempat melamar mbak" nada suara Zalfa meninggi, kesal dan marah. Dia keluarkan semua unek-unek yang ada di dalam hatinya.
Dia yang marah pada Alex tapi di lampiaskan pada Chaterine.
"Kenapa kamu marah sama aku, bukannya kamu kesini mau hibur aku?"
Balas Chaterine tak kalah marah, suaranya juga meninggi. Zalfa akhirnya sadar tak seharusnya di marah pada Chaterine.
"Maaf mbak, aku lagi bad mood" Chaterine mendengus mendengar permintaan maaf Zalfa.
"Kenapa, apa kak Alex menolak kamu?"
Zalfa terkejut, apa Chaterine juga tau kalau dia menyukai Alex?
"Semua orang tau kalau kamu suka kak Alex, kamu kira kamu pandai menyembunyikan perasaan? sama sekali tidak, itu terlihat jelas di wajahmu" jelas Chaterine. Zalfa hanya menghela napas panjang.
"Kita sekarang lagi nggak bahas soal aku mbak, kita bahas soal mbak. Siapa? Siapa ayah dari bayi yang di kandung mbak Chaterine?" tidak ada jawaban atas pertanyaan Zalfa, Chaterine terus menutup rapat mulutnya.
*****