JANGAN BOOM LIKE 🙏🏻
Di tengah kehancuran yang ditinggalkan oleh amukan Liora Ravenscroft, putri bungsu dari Grand Duke Dimitri Ravenscroft, ruangan berantakan dan pelayan-pelayan yang ketakutan menggambarkan betapa dahsyatnya kemarahan Liora. Namun, ketika ia terbangun di tengah kekacauan tersebut, ia menemukan dirinya dalam keadaan bingung dan tak ingat apa pun, termasuk identitas dirinya.
Liora yang dulunya dikenal sebagai wanita dengan temperamental yang sangat buruk, kini terkejut saat menyadari perubahan pada dirinya, termasuk wajahnya yang kini berbeda dan fakta bahwa ia telah meracuni kekasih Putra Mahkota. Dengan mengandalkan pelayan bernama Saina untuk mengungkap semua informasi yang hilang, Liora mulai menggali kembali ingatannya yang tersembunyi dan mencari tahu alasan di balik amukannya yang mengakibatkan hukuman skors.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosalyn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SINDIRAN DIBALIK BAKWAN
...12...
Di bawah gemerlap cahaya lilin, Liora dan Nichol melangkah dengan percaya diri. Pandangan mereka terangkat, menatap lurus ke arah Aurelia Valenmore yang berdiri dengan anggun, menutupi sebagian wajahnya dengan kipas, menyisakan hanya mata tajamnya yang terlihat.
Seketika, perhatian semua orang tertuju pada mereka berdua, terutama pada Nichol. Kehadiran penyihir agung kekaisaran di tengah-tengah mereka langsung menimbulkan kehebohan. Bukan hanya Nichol yang menarik perhatian, penampilan Liora juga menjadi sorotan, terutama gaun yang dikenakannya. Tatapan intens para pria pun sesekali tertuju pada Liora.
Mereka berdua segera dikerumuni oleh para bangsawan yang tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menyapa dan mencari keuntungan, seperti sekumpulan anjing yang berusaha menyenangkan tuannya. Tatapan para pengikut Aurelia, bahkan Aurelia sendiri, tidak luput mengamati mereka.
"Lihatlah, dia bahkan tidak tahu malu menunjukkan wajahnya di dunia sosial setelah meracuni kekasih Putra Mahkota!" cibir salah satu pengikut Aurelia.
"Dia datang bersama penyihir agung hanya untuk menutupi kekurangannya! Benar-benar memalukan," sahut yang lain, menambah minyak pada api kebencian.
Tatapan Aurelia semakin menajam. Dia memandang Liora dengan kebencian yang mendalam. Namun, sesuatu terlintas di pikirannya. Senyum tipis terbentuk di wajahnya, dan ia menurunkan kipasnya, memperlihatkan wajah cantiknya yang berkilauan di bawah sinar lilin.
"Sudah cukup. Kalian membuat tamu berharga kita merasa tidak nyaman," ucap Aurelia, seketika membuat orang-orang yang mengerumuni Nichol dan Liora mundur. "Merupakan kehormatan bagi saya bahwa acara kecil ini dihadiri oleh orang luar biasa seperti Anda, penyihir agung." Aurelia memberi hormat dan menyapa Nichol dengan anggun.
Tatapan Nichol tetap datar, seolah tak terpengaruh. "Kau tidak menyapa adikku?" tanyanya, suaranya terdengar memperingatkan.
Aurelia sedikit terkejut dengan respon ketus dari penyihir agung muda di depannya. Harga dirinya terluka, namun sebagai bunga sosialita, dia tahu harus tetap menjaga sikap di depan sosok berpengaruh seperti Nichol.
"Sungguh keteledoran dari pihak saya, Yang Mulia. Tuan Putri Liora terlihat begitu mempesona malam ini hingga saya hampir tidak mengenalinya," balas Aurelia sambil kembali menutup mulutnya dengan kipas, hanya menyisakan tatapan meremehkan yang ia tujukan pada Liora.
Apakah Liora peduli? Tentu saja tidak. Dia justru diam saja, matanya tertuju pada hidangan yang tersaji di meja bundar. Bagi Liora, makanan tersebut tampak jauh lebih menarik daripada tuan rumah acara ini.
Liora menyapu pandangannya dari meja hidangan ke arah Aurelia dengan tatapan santai, nyaris bosan. Tanpa menghiraukan sindiran halus yang disampaikan Aurelia, ia berbalik dan berjalan mendekati meja, tangannya dengan anggun meraih segelas anggur merah yang tampak segar.
Nichol, yang berdiri di sampingnya, tetap diam. Aura dingin yang terpancar darinya cukup membuat orang-orang di sekitarnya enggan untuk terlalu dekat. Setiap langkah Nichol terasa penuh wibawa, seolah keberadaannya saja sudah cukup untuk mengendalikan suasana di ruangan itu. Tatapan tajam Aurelia tak lagi ia gubris, justru membuatnya semakin muak dengan sandiwara sosialita ini.
"Bagaimana mungkin kau membiarkan ini?" salah seorang wanita di belakang Aurelia berbisik pelan, cukup keras untuk terdengar oleh kelompoknya. "Liora seharusnya tidak punya tempat di sini, apalagi setelah semua yang dia lakukan..."
Aurelia tersenyum tipis, matanya menyipit, tetapi tidak ada yang terlewat dari tatapannya yang dingin dan penuh perhitungan. "Tenang saja," bisiknya, suara penuh keyakinan dan kejam, "Aku akan memastikan malam ini menjadi kenangan yang pahit baginya."
Liora, tanpa sedikit pun menghiraukan aura permusuhan itu, mencicipi anggurnya. Dia tahu ini adalah arena yang penuh intrik, dan untuk menghadapi Aurelia Valenmore, dia tidak boleh goyah. Namun, lebih dari itu, Liora sadar bahwa malam ini adalah ujian pertamanya setelah mengambil keputusan besar untuk bangkit dan tidak lagi ditindas. Segala tatapan, segala bisikan, dan bahkan senyum penuh tipu daya itu tak lebih dari suara latar yang tidak berarti.
Nichol mendekatinya, tanpa sepatah kata pun, namun kehadirannya terasa seperti perisai tak terlihat di sekitar Liora. Aurelia, yang menyadari kedekatan mereka, tak dapat menahan rasa frustrasinya. Bagaimanapun juga, penyihir agung kekaisaran bukanlah seseorang yang bisa diremehkan atau dipermalukan. Jika Nichol berdiri di samping Liora, itu berarti adalah isyarat bahwa tidak ada yang boleh menyentuh Liora tanpa seizin nya.
Namun, Aurelia bukanlah seseorang yang menyerah begitu saja. Dia berjalan mendekati Liora dengan langkah anggun, membuat orang-orang di sekitarnya terdiam. Kipasnya perlahan turun, memperlihatkan senyum manis yang penuh kepalsuan.
"Putri Liora," suara Aurelia terdengar merdu, namun sarat akan kepalsuan, "Saya sungguh terkejut dengan kehadiran Anda malam ini. Setelah kejadian yang menimpa tunangan Putra Mahkota, banyak yang mengira Anda akan menarik diri dari dunia sosial." dia mengedipkan matanya perlahan, seolah menyampaikan pesan terselubung yang hanya mereka berdua pahami.
Liora menatapnya sejenak sebelum meletakkan gelas anggurnya dengan tenang. "Menarik diri? Mengapa saya harus melakukannya?" jawab Liora dengan suara yang tenang, namun penuh ketegasan. "Saya tidak pernah punya alasan untuk lari dari apapun, apalagi dari pesta kecil seperti ini."
Aurelia tersenyum lebih lebar, namun tatapan matanya semakin menusuk. "Tentu saja, saya lupa, Anda memiliki... dukungan yang kuat malam ini," ucapnya, melirik sekilas pada Nichol.
Nichol mengangkat alis sedikit, tatapannya kini tertuju langsung pada Aurelia. "Liora tak butuh dukungan dari siapa pun untuk berdiri di sini. Jika kau berpikir sebaliknya, maka kau meremehkannya."
Perkataan itu membuat aura di ruangan semakin tegang. Para bangsawan di sekitar mereka berhenti bicara, melihat interaksi ini dengan napas tertahan.
Aurelia terkesiap, namun tetap berusaha menjaga sikapnya. "Tentu saja bukan itu maksud saya, Penyihir Agung," ucapnya cepat, berusaha menutupi kecanggungan. "Saya hanya berharap Putri Liora bisa menikmati malam ini dengan tenang."
Liora tersenyum tipis, lebih kepada dirinya sendiri daripada pada Aurelia. "Saya yakin malam ini akan sangat... mengesankan," jawabnya, dengan nada yang mengisyaratkan bahwa ia sepenuhnya siap menghadapi segala jebakan yang mungkin Aurelia rencanakan.
Aurelia tersenyum lagi, namun jelas ada ketidaknyamanan dalam ekspresinya. Dia akhirnya melangkah mundur, kembali bergabung dengan kelompoknya yang masih menatap Liora dan Nichol dengan campuran ketidakpercayaan dan rasa penasaran.
Liora menatap sesaat ke arah Aurelia yang menjauh, kemudian kembali memfokuskan dirinya pada hidangan yang ada di depannya. Dia tahu, pertarungan sejati belum dimulai, dan malam ini hanyalah permulaan.
Para bangsawan yang hadir tidak berani untuk memberikan argumen mereka. Bahkan untuk berbisik-bisik saja mereka tidak berani, karena kali ini mereka berhadapan langsung dengan si tiran Nichol yang baru kali ini tiba di dunia sosial. Kehadiran Nichol di acara malam ini benar-benar akan menjadi sebuah pembicaraan yang panjang.
^^^TO BE CONTINUED^^^