Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...
Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Supri Menghilang Lagi
"Kira-kira yang ngirim banaspati ke rumahnya Jaka siapa ya, Pak? Kok ndrawasi banget," tanya Supri yang saat itu sedang memakai sepatu di teras rumah.
"Bapak juga tidak tahu, Le. Coba kamu tanyakan ke arwahnya Mbak Murni," sahut Pak Bedjo sambil memanaskan sepeda motor maticnya.
"Sudah satu minggu lebih arwahnya Mbak Murni gak muncul, Pak. Entah kemana gerangan hantu itu," kata bocah bertubuh gemuk tersebut apa adanya.
Teror gendruwo di Polsek Suka Maju memang tidak diberitahukan oleh Pak Bambang atau Pak Satria ke keluarga Pak Rahmat dan Pak Bedjo. Padahal dua peristiwa mistis itu sebenarnya berkaitan dan dalangnya juga sama.
Karena jam sudah menunjukkan pukul 6.30, Pak Bedjo pun segera mengantar anaknya ke sekolah.
Selama dalam perjalanan menuju ke sekolah, benak bapak dan anak itu memikirkan hal yang sama, yakni kejadian kemarin malam di rumah Jaka.
Sejak peristiwa tadi malam, fakta tentang Jaka yang dimasuki oleh khodam berupa harimau, sudah diketahui oleh sebagian besar warga Desa Suka Makmur. Sebagian warga ada yang merasa kagum, sebagian ada yang merasa agak ngeri, dan yang lainnya merasa biasa saja.
*
Setelah jam istirahat pertama berakhir, kegiatan belajar mengajar di kelas Supri pun berlanjut, yakni pelajaran IPA. Hari ini bocah bertubuh gemuk itu duduk sendirian di bangkunya karena Jaka memang tidak masuk sekolah.
Begitu Bu Ratna usai menerangkan materi, anak-anak pun diberi tugas untuk mengerjakan latihan soal yang ada di buku paket.
Di saat murid kelas V sedang mengerjakan tugas dari wali kelasnya, tiba-tiba Supri merasa ingin buang air kecil. Segera saja bocah bertubuh gemuk itu pun minta ijin pada Bu Ratna untuk ke kamar mandi.
Ketika Supri sedang melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi yang letaknya ada di bagian paling ujung, muncullah asap hitam yang mengelilingi bocah laki-laki itu, yang tak lama kemudian membuat Supri menjadi tak sadarkan diri alias linglung.
Dengan tatapan mata yang kosong, anaknya Pak Bedjo tetap melangkahkan kakinya hingga sampai di kebun belakang sekolah dan terus menyusuri jalan kecil menuju ke hutan pinus.
Karena sudah lebih dari 20 menit Supri belum kembali ke kelas, Bu Ratna pun punya inisiatif untuk mencari bocah laki-laki itu. Namun, setelah sampai di kamar mandi, wali kelas V tersebut tidak menemukan sosok muridnya.
Tak berapa lama, Bu Ratna pun memanggil nama Supri beberapa kali hingga suaranya terdengar oleh Bu Mariyatun, guru wali kelas III yang saat itu sedang mengajar di kelasnya.
"Ada apa, Bu Ratna?" tanya Bu Mariyatun setelah keluar dari dalam kelas III.
"Ini lo Bu Mar, tadi kan Supri minta ijin ke kamar mandi. Karena sudah 20 menit lebih gak balik-balik, ya terus saya cari ke sini. La kok anaknya malah tidak ada," terang Bu Ratna.
"Coba dicari ke kantin saja Bu Ratna, kan Supri makannya kuat. Siapa tahu dia pakai alasan pingin ke kamar mandi untuk beli jajan atau es," wali kelas III itu memberi saran.
"O iya ya Bu Mar, saya kok gak kepikiran sampai ke situ. Ya sudah Bu Mar, kalau begitu saya tak nyoba nge cek ke kantin."
Dengan segera, wali kelas V itu pun melangkahkan kakinya menuju ke kantin, tapi setelah sampai di tempat dan bertanya pada si penjual, ternyata Supri tidak pergi ke kantin.
Bu Ratna pun melanjutkan pencariannya dengan meminta bantuan Pak Budi, si pesuruh sekolah. Mereka berdua mencari Supri dengan mengelilingi lingkungan sekolah, bertanya pada pedagang makanan/minuman yang berjualan di depan gerbang sekolah, bahkan sampai ke kebun belakang sekolah.
Ketika berada di kebun belakang sekolah, Bu Ratna dan Pak Budi memanggil-manggil nama Supri, namun nihil, tidak ada jawaban dari bocah laki-laki itu.
"Bagaimana ini Pak Budi? Supri kok belum ketemu juga," kata Bu Ratna dengan panik.
"Jangan-jangan Supri anu Bu...," pesuruh sekolah itu tidak melanjutkan kalimatnya.
"Anu opo to, Pak Bud? Kalau ngomong yang jelas gitu lo, saya sudah panik ini," ucap wali kelas V tersebut.
"Jangan-jangan Supri diculik lagi, Bu Ratna," sahut Pak Budi dengan suara agak pelan karena tidak yakin dengan pemikirannya.
"Diculik lagi? Waduh, piye iki? Kalau begitu saya tak laporan ke Bu Siti dulu."
Dengan segera, Bu Ratna pun meninggalkan kebun belakang sekolah menuju ke kantor kepala sekolah. Begitu Bu Siti, si kepala sekolah mendapat laporan seperti itu, langsung saja beliau menelpon Pak Bedjo dan menceritakan apa yang sudah terjadi.
Sementara itu, Pak Bedjo, begitu mendapat laporan dari kepala sekolah anaknya tentu saja langsung panik karena sebelumnya Supri sudah pernah hilang selama beberapa hari.
Tak beda dengan suaminya, Bu Aminah yang mendengar berita jika anaknya menghilang lagi, juga spontan merasa cemas, bingung, dan takut.
Sekalipun situasi di sekolah sedang tidak kondusif, para murid tetap dipulangkan seperti biasa, mengingat banyak anak-anak, khususnya murid kelas rendah yang pulangnya dijemput oleh orang tua atau walinya.
Setelah Pak Bedjo tiba di sekolahan, pria paruh baya itu mendapat penjelasan lagi dari Bu Ratna bagaimana awal ceritanya Supri bisa sampai menghilang.
Dengan dibantu Pak Mahmud dan Pak Wasis, si guru olahraga, Pak Bedjo mencari keberadaan anaknya di lingkungan sekitar sekolah dengan mengendarai sepeda motor masing-masing. Karena setelah 1 jam pencarian Supri belum ketemu juga, Pak Bedjo pun akhirnya menelpon Pak Bambang untuk minta bantuan.
Jam 2.13 siang, di rumah Pak Bedjo sudah berkumpul Pak Bambang, Pak Satria, Bu Siti, Pak Mahmud, dan Pak Wasis.
"Kami dari pihak kepolisian akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan Dik Supri, Pak Bedjo, Bu Aminah. Sebelum kami ke sini tadi, saya sudah menghubungi pihak polres agar mereka segera melakukan pencarian," kata Pak Bambang.
"Tolong Pak Polisi, segera temukan anak saya. Saya benar-benar takut kalau dia kenapa-napa," ucap Bu Aminah dengan terisak.
"Iya Bu Aminah, kami akan berusaha sebaik mungkin. Sambil menunggu proses pencarian, alangkah baiknya jika kita berdoa memohon pertolongan pada Tuhan," Polisi itu sengaja berkata demikian karena dia memprediksi jika hilangnya Supri masih ada kaitannya dengan teror gendruwo yang menyerang kantor polsek selama 2 hari belakangan ini.
Pak Bambang sengaja tidak bercerita tentang teror gendruwo ke Pak Bedjo dan Bu Aminah karena takutnya pasangan suami istri itu malah semakin tambah panik dan takut terutama Bu Aminah.
Berita hilangnya Supri baru terdengar di telinga Pak Rahmat dan Bu Ida pada sore harinya. Karena Jaka baru saja mengalami kejadian yang menegangkan hingga membuatnya tak sadarkan diri selama beberapa jam, pasangan suami istri itu sengaja menutupi kabar tersebut dari anaknya untuk sementara waktu.