Namira Syahra kembali dipertemukan dengan anak yang 6 tahun lalu dia serahkan pada pria yang sudah membayarnya untuk memberikan nya seorang keturunan karena istrinya dinyatakan mandul.
Karena keterbatasan ekonomi dan dililit begitu banyak hutang,akhirnya Namira pun menerima tawaran dari seorang pengusaha sukses bernama Abraham Adhijaya untuk mengandung anaknya.
Dan setelah 6 tahun berlalu,Namira kembali bertemu dengan Darren.Putra yang 6 tahun lalu dia lahirkan lalu dia serahkan kepada ayah kandungnya.
Namira kembali dipertemukan dengan putranya dalam keadaan yang tidak baik baik saja.Darren mengalami siksaan secara verbal dan non verbal oleh wanita yang selama ini dianggap ibu oleh anak itu.
Akankah Namira diam saja dan membiarkan putranya menerima semua siksaan dari ibu sambung nya??
Atau,akankah Namira kembali memperjuangkan agar anaknya kembali kedalam pelukkan nya??
Yukkk simak kisahnya disini...
🌸.Jadwal up :
🌸.Selasa
🌸.Kamis
🌸.Sabtu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16.Namira pingsan
3 Bulan kemudian...
3 bulan sudah Namira menyandang statu istri siri dari seorang CEO bernama Abraham Adhijaya,yang merupakan atasan nya sendiri.
Anehnya,Abra sama sekali tidak pernah membahas prihal kehamilan nya padahal pernikahan mereka sudah jalan 3 bulan lamanya.
Pria itu terlihat begitu santai menanggapi saat Namira bilang jika siklus bulanan nya masih berjalan dengan lancar dan rutin.Tidak ada raut kecewa sama sekali yang di tampilkan wajah dingin dan datar itu.
Meski begitu,Namira kini sudah mulai menikmati peran nya sebagai istri rahasia dari orang nomor satu diperusahaan tempat dirinya bekerja itu.
Selama satu bulan pertama pernikahan Namira dan Abra,Namira akan selalu menginap di apartemen pria itu dan pulang saat pagi hari saat akan bekerja.
Namun dua bulan terakhir ini Namira tidak bisa bebas lagi menginap di tempat suami rahasianya itu,karena Bu Marni yang telah dipulangkan dari rumah sakit dan mau tidak mau Namira pun kembali tinggal dirumah bersama dengan sang ibu.
Namira pun harus memutar otaknya mencari alasan saat Abra meminta bertemu dan sang ibu tidak mencurigai apa yang dilakukan putrinya.
Seperti saat ini,Namira dan Abra terpaksa menggunakan ruang pribadi yang ada dikantornya untuk menghabiskan waktu dan menuntaskan hasrat dari suaminya itu.
"Saya pulang dulu tuan,takut ibu mencari jika pulang lebih larut,"pamit Namira setelah menyelesaikan tugas nya melayani pria itu menuntaskan hasratnya.
"Kapan kamu akan pindah ke apartemen?kita tidak mungkin kan seperti ini terus,sangat melelahkan,"gerutu Abra yang saat ini tidak lagi leluasa untuk bertemu dan menghabiskan waktu dengan Namira.
"Maafkan saya tuan,beri saya waktu sampai saya hamil.Setelah itu,saya pasti akan tinggal disana.Saya tidak ingin ibu tahu tentang kontrak kerja sama kita ini.Beri saya waktu untuk mencari alasaan yang tepat agr ibu tidak mencurigai hal ini,"
"Baiklah,setidaknya kamu tidak lupa dengan tugasmu,"
Namira pun akhirnya pulang dengan ojek online yang biasa dia pesan saat pulang kemalaman karena pekerjaan nya.
Abra sendiri masih terlihat santai diruangan itu tanpa berminat untuk bangun dan pergi dari sana.Abra menerawang nasib pernikahan nya nanti jika saja anak itu belum juga hadir disaat kontrak kerja Alma selesai.
Abra tidak ingin Alma mengetahui wanita yang dia sewa rahimnya untuk mengandung anak darinya itu.Abra tidak ingin jika mereka bertemu akan menimbulkan masalah baru untuknya.
Bagi Abra,Alma cukup tahu jika dirinya menyewa rahim wanita lain untuk memberikan seorang keturunan untuk pernikahan mereka.
***
***
"Na,wajah kamu kok pucat?kamu sakit?"tanay rekan kerja Namira saat melihat wajah gadis itu terlihat pucat.
"Aku tidak enak badan Lia,tapi tidak apa apa.Aku baik baik saja,"jawab nya lirih.
"Lebih baik ijin saja,wajah kamu pucat banget loh Na,"
"Tidak,aku masih bisa kok."
Namira dan Lia pun kembali melanjutkan pekerjaan nya yang saat ini tengah membersihkan lantai 8 dimana itu adalah lantai ruangan Abra berada.
Namun saat Namira bangun dari duduknya setelah membersihkan kaca,tiba tiba tubuhnya terhuyung dan mundur beberapa langkah kebelakang.
"Nami,kamu tidak apa apa?"pekik Lia yang merupakan rekan kerja nya saat ini.
"Ke_kepala aku pusing Lia.Tolong,bantu aku keruang istirahat,"
"Baik,ayo kita kesana,"
Lia pun membantu Namira dengan memapahnya menuju ke ruang istirahat namun baru saja setengah jalan Namira sudah tidak bisa lagi menopang tubuhnya.
Hingga akhirnya Namira pun ambruk tepat didepan pintu lift dan saat Namira jatuh pingsan bertepatan dengan pintu lift itu terbuka dan menampilkan Abra dan juga Marsel didalam nya.
"Namai,ya ampun Nami kamu kenapa?"seru Lia yang tidak bisa menahan bobot tubuh Namira hingga akhirnya keduanya pun jatuh bersamaan.
"Namira,hey kamu kenapa?"suara bariton itu memekik mengejutkan Lia yang tengah menahan tubuh Namira yang jatuh pingsan.
"Tu_tuan?"lirih Lia yang merasa kaget saat Abra menyerukan nama rekan nya itu.
"Ada apa?kenapa dia bisa pingsan?"tanya Abra dengan raut wajah yang cemas.
"Tadi Namira mengeluh tidak enak badan tuan,suda saya sarankan untuk pulang tapi dia menolak dan tetap melanjutkan pekerjaan nya meski wajahnya tampak pucat sekali,"jelas Lia masih dengan kebingungan nya melihat respon dari atasan nya itu.
"Baik,serahkan dia padaku.Kamu,lanjutkan pekerjaan mu dan ingat.Jangan ada yang tahu akan hal ini,"
"Ba_baik tuan,"
Abra langsung mengangkat tubuh Namira dan membawanya masuk kedalam ruangan nya.Abra membaringkan tubuh lemah Namira di atas kasur yang ada diruangan pribadinya.
"Tolong panggilkan dokter Sel,pastikan kedatangan nya tidak menimbulkan kecurigaan karyawan lain,"titah nya yang di angguki oleh Marsel.