The Rise Of The World Ruler
Di ujung Utara tempat paling dingin di bumi. Tanah, air dan pepohonan telah membeku dengan lapisan es yang sangat tebal. Di langit senja hari itu terdapat empat warna membaur menjadi satu. Warna merah, warna Kuning, warna orange, dan warna ungu. Saat Matahari mulai menghilang perlahan, sebuah kekuatan membentang menyelimuti gunungan es tebal. Hanya selang beberapa detik saja kekuatan itu membentuk seutas benang melaju cepat menuju ke dalam lapisan es.
Krekek...
Lapisan es mulai retak sejalur dengan lintasan yang di lalui seutas benang kekuatan. Benang kekuatan melaju kuat hingga menembus kedasar samudra. Berbagai jenis ikan purba terlihat masih berenang dengan bebas di dalam sana tanpa terjamah manusia. Benang kekuatan terus melaju menuju ke salah satu gua yang ada di dasar samudra. Hingga...
Bumm...
Benang kekuatan masuk ke tubuh seorang pemuda dengan kedua tangan terikat kuat besi baja yang berlapis kekuatan emas. Getaran kekuatan membuat gelombang besar hingga menghancurkan lapisan es tebal yang ada di permukaan. Saat kedua mata pemuda itu terbuka.
Bummmm...
Ledakan kedua terdengar semakin kuat bahkan getarannya terasa hingga ratusan ribu mil jauhnya.
"Aku ada dimana?" ujarnya dalam hati melihat kesegala arah. Pemuda itu mencoba untuk memberontak namun rantai baja yang mengikat dirinya terlalu kuat. "Siapa aku? Bagiamana aku bisa ada di sini?" semua pertanyaan mulai membelanggu pikirannya.
"Lie Daoming, waktu yang telah di tentukan sudah tiba. Jalani kehidupan selayaknya manusia biasa. Kamu akan melewati takdir baru, merasakan kebahagiaan, penghianatan, rasa sakit dan keputusasaan. Segalanya telah tergaris dalam lingkaran takdir," terdengar suara menggema di telinga pemuda itu. Dia tidak bisa melihat wujudnya namun suara itu hampir memekakkan telinganya.
Ttiiiiiiiiiiiiiiiiiii.....
Dengingan terdengar semakin kencang. Dan saat dia dapat mendengar lagi, gelombang air membentuk pusaran mengelilingi tubuhnya yang masih mengambang di dasar air. Tali pengikat terputus menjadi buih dan menghilang bersama dengan air yang terus berputar.
"Aaaaaaa...." teriakan rasa sakit menggetarkan dasar samudra. Rasa panas membakar saat setiap urat di tubuhnya terputus secara bersamaan. Kekuatan besar datang dari setiap arah menyelimuti tubuh yang sudah hampir mati. Saat kekuatan itu berputar searah pusaran air, tubuh pemuda itu langsung hilang membentuk kekuatan baru bercampur menjadi satu. Kekutan itu seperti tali memanjang yang terombang-ambing kehilangan arah tujuan. Dan samudra kembali tenang.
"Pergilah," sesaat setelah suara itu terdengar kembali. Kekuatan itu langsung melaju menuju ke permukaan hingga sampai ke dunia luar. Tali kekuatan melayang searah tiupan angin. Setelah ratusan ribu mil terombang-ambing mengikuti arah angin. Kekuatan turun menuju kesalahan satu pohon yang telah membeku. Dengan perlahan tali kekuatan membentuk tubuh bayi kecil yang sangat manis. Tubuh putih, halus dan lembut itu tergeletak begitu saja tanpa sehelai kain yang menempel di tubuh mungilnya.
Bayi itu terlihat tidak kedinginan ataupun ketakutan. Dia justru sesekali menggerakkan tangan dan kaki mungilnya. "Aauuaaemnmn..." suara kicau kecil terdengar disaat kedua bola matanya memandang langit malam penuh bintang.
"Apa ayah mendengar suara bayi?" kata anak laki-laki dengan jaket kulit tebal menyelimuti tubuhnya. Sarung tangan baru yang di belikan ayahnya beberapa waktu lalu juga telah ia pakai. Busur panah menjadi kalung di tubuhnya dengan beberapa anak panah berada di wadah yang ia bawa di punggungnya begitu pula dengan ayahnya.
Pria berusia tiga puluh tahunan menghentikan langkahnya. "Diam," ujarnya pelan menghentikan langkah anaknya. Dia hanya ingin mendengarkan lebih jelas lagi jika dia juga mendengar suara bayi kecil di hutan es.
"Aauuaaaaeeemmnn..." suara bayi itu terdengar kembali.
"Ayah benar-benar ada bayi," ujar anak laki-laki itu yang langsung berlari menuju arah suara.
"Ying An tunggu, kita harus hati-hati. Bagiamana jika suara itu jebakan?" teriak kuat pria itu setelah melihat anaknya berlari tanpa memikirkan bahaya.
Setelah beberapa saat mengikuti arah suara, mereka mendapati bayi laki-laki kecil tergeletak di bawah pohon tanpa sehelai kain menutupi tubuh mungilnya.
"Ayah. Lihat," anak laki-laki itu berlutut di hadapannya bayi kecil. Dia tidak berani memegangnya namun dia juga tidak tega melihat bayi itu kedinginan. Dia ingin melepaskan syal yang melingkar di lehernya.
"Biar ayah saja," pria itu menghentikan anaknya. Dengan cepat dia langsung melepaskan syal tebal yang ada di lehernya lalu menyelimutkan ketubuh bayi kecil itu. Pria itu menggendongnya dengan perlahan. Kedua mata cerah bayi itu seperti berlian yang sangat indah.
"Apa ayah akan membawanya pulang?"
"Jika kita tidak membawanya, serigala akan datang dan memakannya. Karena kita yang telah melihatnya terlebih dulu. Bayi kecil ini akan ikut kembali bersama kita kerumah," saut pria itu dengan senyuman di wajahnya.
"Apa dia akan menjadi adik ku?"
"Ying An, apa kamu ingin menjadi kakaknya?" pria itu tidak menjawab pertanyaan dari anaknya. Justru dia bertanya kembali kepada anaknya.
"Ingin. Tentu aku ingin memiliki adik. Yey...aku sudah memiliki adik sendiri. Teman-teman ku tidak akan bisa menggejek ku lagi," anak laki-laki itu terlihat sangat senang dan bangga dengan dirinya karena telah menjadi seorang kakak.
"Jika begitu. Kita harus membawa adik mu kembali kerumah. Suhu akan semakin turun saat malam hari. Kita harus segera menghangatkannya," ujar pria itu yang langsung berjalan kembali bersama anaknya. Niat awalnya untuk berburu binatang untuk di jual. Kini harus ia akhiri, karena telah menemukan bayi kecil yang terlantar.
"Kita harus memberi nama untuk adik ku? Ayah, nama apa yang bagus untuk adik kecil ku?" Ying An menatap ayahnya dengan senyum bahagia.
Sebelum pria itu mengatakan sebuah nama yang terlintas di benaknya. "Lie Daoming," suara angin dengan jelas menyapa telinganya dan menyebutkan sebuah nama. "Lie Daoming," ujarnya memperjelas sebuah nama.
"Lie Daoming? Nama yang bagus. Tapi kenapa bukan mengikuti nama kita?" ujar Ying An dengan binggung.
"Apa Ying An tidak suka dengan nama ini?" pria itu menatap anaknya yang tengah berjalan mendampingi dirinya.
"Tidak. Nama ini juga bagus. Kita panggil Lie Daoming saja," saut Ying An senang.
"Iya. Kita panggil Lie Daoming saja," ujar pria itu menatap wajah imut bayi kecil yang ada di pelukannya.
Ying An terus berbicara dan mengungkapkan kebahagiaannya di sepanjang perjalanan kembali. Dia seperti kakak laki-laki yang sangat menyayangi adiknya. Dia bahkan sudah membayangkan apa saja yang akan dirinya lakukan bersama dengan adiknya di waktu mendatang.
"Saat Lie Daoming berusia empat tahun. Aku akan melatihnya ilmu bela diri dan mengajaknya berburu," ujar Ying An.
"Ying An, saat adik mu berusia empat tahun dia masih belum bisa kamu ajak berlatih ilmu bela diri atau berburu. Dia masih sangat kecil untuk melakukan semua itu," ujar pria itu menasehati anak laki-lakinya.
"Ayah, lalu kapan aku bisa mengajak adik ku berlatih bela diri dan berburu?" Ying An terlihat kecewa.
"Saat usianya sudah mencapai delapan atau sembilan tahun. Kamu bisa mengajarkan semua itu," kata pria itu dengan lembut.
Ying An menghela nafas, "Ternyata masih sangat lama. Tapi tidak masalah, saat usianya empat tahun aku akan mengajari dia bermain bola salju dan membuat tempat persembunyiannya dari salju," ujarnya dengan senang.
"Iya. Kamu bisa melakukannya bersama adik kecil mu," kata pria itu dengan senang.
Perjalanan yang membutuhkan waktu satu jam lebih itu terasa sangat cepat dan menyenangkan untuk mereka berdua lalui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments