Bahira Isvara Aisyah, dia gadis cantik bercadar yang berkulit putih dan bermata lentik.
Aisyah di jodohkan oleh orang tua nya saat memasuki usia dua puluh tahun, saat dirinya baru menggelar status nya sebagai mahasiswa di fakultas negeri disalah satu kota metropolitan.
namun siapa sangka, suaminya yang bernama Abimana Satya Nugraha menolak mentah-mentah kehadiran Aisyah.
Lalu bagaimana dengan Cinta Aisyah?
Apakah Aisyah akan tetap menerima pria itu yang baru saja sah menjadi suaminya?
atau bahkan akan meninggalkan suaminya?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Aisyah By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Subhanallah.. Aisyah.."
Abi menelan ludahnya seketika setelah melihat Aisyah. Tak pernah di duga sebelumnya, kini Aisyah berdiri tepat di depan meja rias menghadap Abimana tanpa menggunakan hijab dan penutup wajahnya. Tubuh yang sexy dan mulus terlihat sempurna meski Aisyah hanya menggunakan daster di atas lutut tanpa lengan. Wajah Aisyah memerah menunduk malu saat melihat Abimana menatapnya seakan ingin memakan dirinya saat itu juga.
"Aisyah.." panggil Abi dengan suara lirihnya kini sudah berada di hadapan Aisyah dan pintu kamar sudah tertutup.
Aisyah tak sanggup berkata-kata. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi. Mungkin sudah saatnya Abimana tahu seperti apa dirinya. Karena inilah kemauan suaminya.
"Masyaallah.. kamu.." dengan tangan gemetar ingin menyentuh wajah Aisyah namun rasanya tidak mampu.
Abimana tak sanggup melihat keindahan yang berada tepat di hadapannya saat ini. Ingin mengucapkan sesuatu rasanya bibir terasa kelu. Lamunannya seketika buyar saat pintu kamar Aisyah di ketuk dari luar.
Tok..Tok..
"Aisyaahh"
Teriakan dari luar membuat keduanya kelimpungan seakan ingin menghilang saat itu juga. Tak ada jawaban dari keduanya, suara dari luar kamar kembali terdengar.
"Aisyaahh.. Ada tamu dari Bandung.. Di tunggu Abah di bawah.." teriak kecil suara seorang pria dari luar dan tidak ada lagi adalah sang kakak yang di perintahkan orangtuanya untuk memanggil Aisyah di kamarnya.
"Ah iyaa bang sebentar lagi Ais keluar.." sahut Aisyah yang setengah berteriak namun masih susah untuk melangkah karena di cegah oleh Abimana yang berada di hadapannya.
Dengan menyandarkan kedua tangannya di meja hias, membuat tubuh Aisyah sulit untuk bergerak. Tangan kanan dan kiri Abi menjadi pagar untuk dirinya tak bisa terbebas darinya. Wajah Abi yang berada di hadapannya membuat Aisyah semakin kelimpungan.
"M-mas, a-ada tamu. Ki-kita ha-harus keluar.." ucap Aisyah seketika menjadi gagap karena tatapan Abi yang berada tepat di hadapannya tak mau lepas.
Hidung keduanya saling bersentuhan, tentu sudah bisa di bayangkan sedekat apa keduanya saat ini.
"Jika sejak pertama kau menunjukkan seperti apa dirimu, tak akan pernah ada drama jarak dan pertengkaran di antara kita Aisyah." lirih Abi namun masih di dengar oleh Aisyah yang masih terpaku di hadapannya.
"Kenapa kau sembunyikan semua keindahan ini dariku ? Apa kau tidak menyukaiku ?" tambah Abi lagi.
"A-aku.. Aku mencintai kamu mas, sejak mas Abi mengucapkan namaku di ijab kabul pernikahan kita. Tapi.."
"Tapi apa ?" ujar Abi penasaran dengan apa yang akan Aisyah ucapkan.
"Tapi, aku mendengar mas Abi mengatakan aku wanita aneh. Dan mustahil bagi mas Abi akan menyukaiku jika aku berpakaian tertutup seperti ini." lirih Aisyah kini mengungkapkan apa yang pernah ia dengar dari mulut suaminya.
Dengan suara beratnya Abi kembali berkata. "Seharusnya kau membuktikannya padaku, bahwa kau bukan wanita aneh seperti yang aku ucapkan malam itu."
Aisyah yang hendak kembali menjawab sudah dibungkam lebih dulu oleh kecupan singkat dari Abimana. Ada desiran aneh di dalam diri Aisyah. Untuk pertama kali bibirnya di kecup oleh pria.
"Jangan ucapkan apa-apa lagi, aku tak sanggup melihat bibirmu yang bergerak itu." ucapan Abi seketika membuat Aisyah menggigit bibirnya masuk ke dalam agar tak terlihat lagi.
"A-aku harus keluar sekarang mas, ma-maaf permisi." Aisyah kelimpungan dan langsung memaksa keluar dari tahanan Abimana menuju kamar mandi untuk kembali memakai pakaian nya kembali.
Sedangkan Abi yang di tinggal sendirian di depan meja rias hanya merasa lemas tak berdaya menahan detak jantungnya yang bergetar di dalam dada.
Abi menatap dirinya di balik cermin dengan begitu lekat. Ia menyesali apa yang pernah di ucapkan saat malam pertama dirinya menjadi pengantin. Kini ia sadar, kecantikan Aisyah membuat hatinya goyah dan seakan ingin memiliki Aisyah seutuhnya. Namun tidak semudah itu, ia yang masih ragu bahwa dirinya mencintai Aisyah dari hatinya, atau memang karena pesona sesaat oleh kecantikan Aisyah. Dia akan memastikannya lebih dulu apa yang di rasakannya saat ini.
***
Di ruang tamu masih ada beberapa tamu yang datang karena mendengar pernikahan Aisyah beberapa minggu yang lalu. Aisyah sudah memakai pakaian lengkap dengan cadarnya menuruni tangga dan menyambut para tamu di sana.
"Nah Aisyah, ini sahabat Abah yang ada di bandung namanya Kiyai Salman. Dan itu istri juga anaknya." Abah Yusuf memperkenalkannya pada Aisyah karena memang Aisyah tak pernah melihatnya.
"Assalamualaikum.." ucap Aisyah menyalami istri dan anak perempuannya. Sedangkan pada Kiyai Salman, Aisyah hanya menempelkan telapak tangannya di dada sebagai tanda hormat.
"Suamimu mana nak ?" tanya Umi Nisa berbisik di telinga Aisyah setelah duduk di sampingnya.
"Mas Abi sedang mengganti pakaiannya Umi." sahut Aisyah.
Tak lama setelah menjawab pertanyaan sang Umi, Abimana datang dengan pakaian santainya menyambut kedatangan tamu di rumah mertuanya itu.
"Nah ini Abimana Man, menantuku, suami Aisyah." kata Abah Yusuf dengan bangganya memperkenalkan betapa gagah menantunya saat ini.
"Ah saya Abimana suami Aisyah." ucap Abi menyalami Kiyai Salman dan mengatupkan kedua tangannya memberi salam pada istri dan anaknya.
Kini Abimana duduk di samping Abah Yusuf dan Ibrahim berhadapan dengan anak perempuan Kiyai Salman. Dengan wajah datar Abi mendengarkan obrolan mertuanya itu dengan raut wajah yang sudah bosan tentunya. Sedangkan Aisyah sedari tadi melihat anak Kiyai Hasan yang bernama Ainun itu terus mencari kesempatan menatap suaminya membuat Aisyah ingin mencolok matanya.
"Ehem.." Aisyah berdehem untuk sekedar mengalihkan tatapan Ainun pada suaminya.
Namun tingkah Aisyah justru membuat Uminya merasa bahwa anak nya sedang kehausan.
"Ais haus ?" tanya Umi Nisa.
"Ah iya umi, Ais ambil air minum dulu di dapur." sahut Aisyah lalu beranjak berdiri dan tak sengaja menginjak kaki Ainun yang berada di samping kursinya.
"Aaw.. Sstthh" Ainun merintih sakit karena Aisyah menginjak kakinya dengan tumit.
"Ah maaf aku tidak sengaja." kata Aisyah tersenyum senang di dalam hatinya.
"Ada apa Nun ?" tanya Umi Ainun.
"Tidak apa-apa Umi." sahut Ainun sekilas menatap mata Aisyah.
Abimana melihat tingkah Aisyah hanya membiarkannya. Sedangkan Ibrahim hanya bisa tersenyum melihat Aisyah yang sedari tadi menatap kesal pada Ainun. Mereka yang ada disana juga menghentikan obrolannya sesaat setelah melihat adegan antara Aisyah dan Ainun.
"Maafkan Aisyah ya nak Ainun, dia tidak sengaja." kata Umi Aisyah.
"Sakit ya, maaf ya aku tidak sengaja." kata Aisyah lagi mengusap lutut Ainun sebagai tanda merasa tidak enak.
"Ah iya tidak apa-apa." sahut Ainun menatap Umi Nisa dan Aisyah sambil meringis kesakitan.
Kini Aisyah sudah berada di dapur dan mengambil air minumnya satu gelas penuh. Tanpa ia sadari, air yang terisi penuh di tenggak habis olehnya seakan baru selesai berolahraga malam. Dengan nafas menderu Aisyah terus ngedumel dan memajukan bibirnya.
"Hufft.. Dasar perempuan genit. Tidak bisa menjaga pandangan. Memangnya dia pikir mas Abi akan menyukainya ? Hemm Aku rasa perlu di kasih pelajaran lagi jika berani menatap suamiku seperti itu !" kesal Aisyah mengomel tanpa sadar ada yang mendengarnya sejak tadi.
"Siapa yang menatap suamimu Aisyah ?" tanya seseorang tiba-tiba muncul di belakang Aisyah.
"Eh ma-mas Abi, sejak kapan mas Abi disini ?" Aisyah gugup setelah melihat suaminya.
"Sejak kau bilang perempuan genit." sahut Abi sengaja ingin menjahili Aisyah.
"Ah, em, itu aku, em.."
"Kau cemburu ?" pertanyaan Abi sontak membuat Aisyah mendongakkan kepalanya menatap Abi.
"Ah nggak kok mas, aku cuma, em aku.."
"Bilang saja kalau kamu cemburu, jujur saja." Abimana kembali menahan Aisyah dengan kedua tangannya membuat Aisyah kelimpungan.
"M-Mas, j-jangan seperti ini. Nanti ada yang melihat." kata Aisyah gugup.
"Aku tidak akan melepas jika kau belum jujur padaku." ujar Abi yang sekarang mulai senang membuat Aisyah gugup.
Bagi Abi membuatnya gugup adalah pekerjaan barunya saat ini. Abi lalu membuka cadar Aisyah, mendekatkan wajahnya dan ingin kembali mengecup bibirnya. Saat adegan akan di mulai tiba-tiba ada yang membuat mereka berdua terjungkat kaget.
"Aisyah.."
Panggil Umi Nisa membuat keduanya salah tingkah. Abimana langsung berdiri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal melepaskan Aisyah dari tahanannya.
"Ah iya umi kenapa ?" tanya Aisyah gugup karena ketahuan bermesraan dengan suaminya di dapur.
"Maaf Umi mengganggu kalian. Jika ingin melanjutkan, masuk saja ke kamar. Nanti Umi yang bicara dengan Abah kalau kamu sedang tidak enak badan." kata sang Umi membuat Aisyah semakin salah tingkah.
"Ah nggak kok Mi, Ais.."
"Nggak apa-apa, Abimana bawalah istrimu masuk. Takut nanti ada yang melihat." kata Umi Nisa lagi.
"Iya Umi." sahut Abi dan membuat Aisyah jadi bingung harus bagaimana.
"Tapi mi Ais.."
"Ayo Aisyah." Abimana langsung menarik pergelangan tangan Aisyah untuk naik ke lantai dua menuju kamar Aisyah.
Umi Nisa hanya tersenyum melihat pasangan pengantin baru itu melangkah pergi. Aisyah hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah Abi dengan sedikit berlari karena mengimbangi langkah Abimana yang lebar. Sedangkan Ainun yang tak sengaja melihat Aisyah dan Abimana naik ke atas merasa kecewa karena dirinya tak bisa kembali menatap Abimana yang tampan bak artis turki yang tampan.
...----------------...
Bersambung...
kk hadiah satu cawan kopi ☕ utk Rahma