Yuki berusia lima belas tahun, ketika Dia menemukan rahasia mengenai asal usul ibunya yang selama ini terpendam rapat di sebuah kamar tertutup yang ada dalam rumahnya. Namun yang tidak Dia sangka, rahasia itu merubah masa depan dan kehidupannya.
Pertemuan kembali dengan Ayahnya dan jati dirinya mulai terkuat seiring dengan rentetan bahaya dan kematian yang mengikuti langkahnya.
Saat akhirnya Yuki menemukan cinta dari seorang Bangsawan, akankah Yuki akan tetap mengikuti takdirnya ?. Bahkan ketika Dua orang Pangeran mulai membayangi hidupnya. Memaksa Yuki untuk menjadi milik Mereka. Sang Bulan di malam musim dingin, ataukah Sang Mentari pagi di musim semi ?
Ikutilah kisahnya dalam Morning Dew Series
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
“Apa Ayah belum kembali ?” Tanya Yuki lagi.
Kamar yang ditempati Yuki jauh lebih mewah dan lebih luas daripada kamar di kediaman keluarga Olwrendho. Tapi Yuki tidak tertarik tinggal di kamar ini. Yuki sangat merindukan kamarnya sendiri, lebih tepatnya kamar Yuki di dunianya sana.
Perdana Menteri Olwrendho sudah mendapatkan titah resmi dari kerajaan mengenai pengangkatan Yuki sebagai kekasih Pangeran Riana. Seperti halnya Yuki, Perdana Menteri Olwrendho tidak bisa berkutik untuk menolak keputusan kerajaan. Tapi Perdana Menteri Olwrendho belum bisa kembali karena masih menjalankan tugas negaranya.
“Perdana Menteri sedang mengurus perjanjian kerjasama dua negara. Karena pengangkatan Putri menjadi kekasih Pangeran Riana adalah kabar yang menggembirakan, jadi Perdana Menteri tidak punya alasan untuk mengajukan kepulangan lebih awal. “Ujar Rena mengingatkan. “Putri harap bersabar dan bersikap baik didepan Pangeran, agar Pangeran bisa berubah pikiran dan membiarkan Putri bersekolah lagi” bujuk Rena.
Yuki diam.
Memutuskan untuk menyerah membahas kegalauannya pada Rena, karena pasti ujung-ujungnya Rena akan meminta Yuki untuk bersikap baik kepada Pangeran Riana dengan harapan Pangeran Riana akan merubah keputusannya.
Yuki tahu merubah keputusan Pangeran Riana adalah hal yang mustahil. Yuki sudah lama curiga Pangeran Riana akan mencari alasan yang tepat agar bisa membawa Yuki ke istananya. Tapi Pangeran Riana tidak segera melakukannya karena masih menghormati Perdana Menteri Olwrendho sebagai Ayah Yuki. Yang Yuki tidak duga adalah, Dia tidak dibawa ke istana harem seperti perkiraannya tapi Pangeran Riana justru menempatkan Yuki didalam istananya, bersebrangan dengan Kamar Pangeran Riana yang berjarak empat meter dari kamar Yuki.
Yuki pun tidak pernah bertemu langsung dengan Pangeran Riana dan hanya melihat sosok Pangeran Riana ketika Pangeran Riana lewat didepan kamar yang Yuki tempati, baik ketika Pangeran Riana akan pergi atau kembali ke kamarnya. Yuki menghembuskan nafas, melihat kesekeliling kamar dengan kecewa. Yuki bagaikan burung salam sangkar. Pangeran Riana tidak mengizinkan Yuki keluar kamar sedikitpun bahkan untuk pergi ke teras untuk menikmati embun pagi. Badannya terasa pegal semua karena jarang dipakai bergerak. Yuki tidak bisa menemukan kegiatan lain selain duduk didalam kamar dan tidur.
Saat sedang melamun, tiba-tiba terdengar keributan dari luar kamar. Yuki segera menegakkan punggungnya. Dia menatap Rena yang juga melihatnya, Mereka berdua saling bertanya dalam diam. Kemudian tanpa diperintah keduanya meloncat untuk melihat apa yang terjadi dari jendela kamar.
Hari sudah sangat malam.
Pangeran Riana biasanya akan kembali di waktu-waktu ini tanpa ada keributan. Saat Pangeran Riana masuk para pelayan akan datang mengantarkan keperluan Pangeran Riana, kemudian Mereka pergi dan Yuki tidak akan lagi menemukan aktivitas lainnya setelah itu.
Tapi kali ini berbeda.
Para pelayan tampak sangat panik. “Pergi Kalian” terdengar suara Pangeran Riana dingin, disusul suara pintu yang ditutup dengan keras.
Yuki dan Rena kembali berpandangan dengan kebingungan.
Wajah-wajah panik para pelayan terlihat jelas. Mereka coba memberanikan diri mengetuk pintu kamar Pangeran Riana yanh baru saja tertutup, tapi tidak ada respon sama sekali.
Wajah Mereka menjadi pucat pasi.
Yuki yang melihatnya menjadi tidak tahan. Dia langsung beringsut dari tempatnya. Mengabaikan panggilan Rena yang meminta Yuki kembali. Saat Yuki membuka pintu kamar. Sepasang pedang panjang dan berkilau melintang di depannya. Nyaris mengenai Yuki.
Para Prajurit Istana tampak tidak bergeming. Yuki tidak bisa maju lagi atau Dia akan terluka. Jadi Dia mundur satu langkah. Namun tetap berdiri di ambang pintu.
“Putri Yuki, Apa yang Putri lakukan. Tidak lihatkan Pangeran sedang marah. Lebih baik masuk dan tidak mencari perkara” kata Rena berusaha menarik Yuki untuk kembali masuk.
Tapi Yuki menahan langkah Rena dan meletakan jemarinya di bibir, meminta Rena untuk tidak terlalu ribut.
“Paman, bisakah Kau memberitahukanku apa yang sedang terjadi ?” Tanya Yuki pelan. Prajurit istana memandang lurus, tidak menatap kearah Yuki yang terus menatapnya. Ada aturan kerajaan bahwa seorang Prajurit atau pelayan laki-laki dilarang untuk menatap wajah wanita milik Pangeran atau Raja, kecuali untuk keadaan darurat.
“Pangeran Riana sepertinya sedang terluka, tapi Pangeran tidak ingin seorangpun mendekat untuk mengobatinya”
“Bisakah Aku berbicara sendiri dengan pelayan itu” tanya Yuki kemudian.
“Saya akan panggilkan” penjaga itu menundukan kepala sebentar, kemudian Dia berjalan menuju para pelayan yang berkerumun didepan pintu dengan wajah kebingungan. Ketika penjaga tiba, kepala pelayan dalam kelompok tersebut maju. Mereka berbicara sebentar. Kemudian Mereka berjalan menuju kamar Yuki.
“Ampun Putri, Pangeran Riana baru saja tertimpa peti saat membangun gerbang festival sekolah. Meskipun sudah diobati, karena lukanya cukup parah, besar kemungkinan Pangeran akan mengalami demam tinggi malam ini. Tapi Pangeran tidak mengizinkan Kami untuk merawatnya. Jika terjadi sesuatu pada Pangeran, Kami semua akan dihukum. Bagaimana ini Putri” ujar kepala pelayan dengan wajah memelas begitu Dia tiba didepan Yuki.
“Kenapa Dia bisa tertimpa peti ?” Tanya Yuki tidak mengerti. Jika dilihat dari sifatnya, Pangeran Riana bukan orang yang ceroboh saat bekerja.
“Pangeran menolong seekor induk kucing dan anak-anaknya yang sedang tertidur didekat peti yang ditumpuk, ketika peti-peti itu jatuh, Pangeran Riana menghalangi dengan badannya agar tidak mengenai Mereka”
Kucing ?!
Yuki terkejut. Dia tidak bisa membayangkan seseorang yang dingin dan tidak berperasaan seperti Pangeran Riana masih mempunyai hati nurani untuk perduli pada seekor kucing.
Yuki melihat kecemasan di wajah pelayan itu dan berpikir. “Baiklah, Aku akan masuk dan membantu merawat lukanya” ujat Yuki akhirnya.
“Pangeran meminta Putri untuk tidak meninggalkan kamar” tolak Prajurit Kerajaan tegas.
Yuki memutar bola matanya, merasa konyol.
“Aku tahu, tapi jika sampai terjadi apa-apa pada Pangeran, apa Kalian mau menanggungnya” tanya Yuki kesal. Para Prajurit kerajaan terdiam. Yuki kemudian berkata lagi dengan wajah yang serius. “Aku janji tidak akan membuat masalah, jadi biarkan Aku kekamarnya untuk merawat Pangeran”
Para Prajurit kerajaan berpikir sejenak. Setelah menimbang cukup lama, Mereka akhirnya menyarungkan pedangnya dan menyingkir untuk memberi Yuki jalan. “Baiklah Putri, Silahkan”
Rena menarik Yuki, ketika Yuki baru akan melangkahkan kaki keluar kamar. “Apa Putri Yakin ?” Tanya Rena cemas. “Pangeran tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam. Akupun tidak bisa menemani Putri ke dalam tanpa perintah dari Pangeran”
Yuki tersenyum dan menepuk pundak Rena ringan. “Jangan khawatir. Jika ini berakhir dengan buruk, Kau adalah pelayanku yang paling kusayang, Pasti Aku tidak akan lupa mengajakmu ikut serta menikati hukumannya”
Rena mendorong Yuki dengan kesal. “Putri menyebalkan”
Yuki tertawa. Dia kemudian melangkahkan kaki menuju kamar Pangeran Riana diikuti oleh yang lain dari belakang. Rena menyodorkan keranjang berisi perlengkapan yang dibawa pelayan kepada Yuki. “Putri, berhati-hatilah” ujar Rena masih tidak bisa menyembunyikan kecemasannya.
Perlahan, Yuki membuka pintu dan masuk kedalam kamar Pangeran Riana.
Pintu tertutup di belakang Yuki. Yuki melihat sekeliling. Dia berada di ruang kerja Pangeran Riana. Ruangannya cukup besar, diisi perabotan yang tampak sederhana tapi Yuki tidak akan tertipu. Kayunya kualitas nomer satu. Ada rak besar di sebelah utara yang mengisi dindingnya dengan meja kerja didepannya. Ada satu set meja dan sofa yang digunakan Pangeran Riana untuk menerima tamu. Disampingnya ada jendela besar yang berhadapan langsung dengan kamar yang ditempati Yuki. Dari jendela itu, Yuki bisa melihat seluruh ruangan yang ada di dalam kamarnya dengan jelas. Yuki langsung mengingatkan dirinya untuk menutup semua tirai jendela jika Pangeran Riana ada didalam kamar.
Ada sebuah pintu di dalam ruangan itu. Yuki menghampiri pintu itu secara perlahan dan langsung mengetuknya pelan. Terdengar suara penuh ancaman milik Pangeran Riana dari dalam. Nyaris membuat Yuki berlari pergi. “Bukankah sudah kuperintahkan Kalian pergi ?”
“Ini Aku, Yuki…Apa Aku boleh masuk” tanya Yuki berusaha tenang.
Tidak ada jawaban.
Yuki menunggu sejenak sembari menghitung hati. Jika Pangeran Riana tidak keluar dalam hitungan kesepuluh, Yuki akan memaksa masuk kedalam ruangan.
Di hitungan ke tujuh, Pasa akhirnya gagang pintu bergerak dan pintu terbuka. Yuki menarik nafas, Dia sangat tegang.
Pangeran Riana keluar ruangan dengan bertelanjang dada, Luka memar terlihat jelas disepanjang bahunkiri sampai punggungnya.
“Ada apa ?” Tanya Pangeran Riana ketika melihat Yuki hanya diam mematung didepannya. Yuki tergagap sebelum akhirnya Dia bisa menguasai dirinya.
“Aku dengar Kau terluka, jadi Aku datang untuk melihatmu”
“Sudah malam, lebih baik Kau istirahat” Pangeran Riana hendak berbalik, tapi Yuki langsung memegang kuat lengan Pangeran Riana, mencegah Pangeran Riana pergi. Yuki menatap Pangeran Riana dengan pandangan memohon.
“Biarkan Aku melihat lukamu dulu” pinta Yuki cepat.
Pangeran Riana tidak menjawab, Dia masuk kembali ke dalam kamar tanpa menutup pintu. Yuki bimbang sesaat, Dia belum pernah masuk kedalam kamar laki-laki selain kamar Phil dan Ayahnya. Apalagi ini kamar Pangeran Riana, namun Yuki mengingat luka di bahu Pangeran Riana yang perlu diobati, akhirnya Dia melangkah masuk ke dalam kamar.