NovelToon NovelToon
Water Ripple (Morning Dew Series 3)

Water Ripple (Morning Dew Series 3)

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cinta Paksa / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain / Toko Interdimensi / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:530
Nilai: 5
Nama Author: Vidiana

Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30

Yuki berkata lirih setelah Mereka cukup jauh untuk didengar orang lain “apakah tidak apa-apa meninggalkan Putri Marsha begitu ?”

Pangeran Riana menatap Yuki dengan tegas, lalu menjawab, “Dia tahu tempatnya, Yuki. Jika dia memilih untuk tetap berada di sini, itu bukan urusanku.”

Dia menggenggam tangan Yuki dengan erat, menunjukkan bahwa baginya, Yuki adalah satu-satunya yang penting. “Jangan khawatirkan Marsha. Yang penting sekarang adalah kamu dan bayi kita.”

Yuki mengangguk perlahan, meski masih ada sedikit keraguan dalam dirinya. Tapi, sentuhan lembut Pangeran Riana memberinya rasa aman.

Pangeran Riana mengantar Yuki ke dalam kamar. Mereka kembali kekamar seusai makan malam. Ada insiden yang menganggu Pangeran Riana berkaitan dengan Putri Marsha. Saat makan malam, Putri Marsha berani meminta Yuki menyingkir dari duduknya karena bangku yang diduduki Yuki, disamping Pangeran Riana adalah tempatnya.

Pangeran Riana menuntun Yuki ke tempat tidur dan membantunya duduk dengan lembut. Wajahnya tampak tegang, masih terganggu oleh sikap Putri Marsha yang terus-menerus berusaha menarik perhatiannya. Setelah memastikan Yuki nyaman, dia menoleh kepada pelayan-pelayan yang baru tiba.

“Kalian tunggu di sini,” katanya dengan nada dingin namun penuh otoritas. “Aku akan kembali sebentar. Ada sesuatu yang harus kutangani.”

Yuki memandangnya dengan mata penuh tanya, tetapi Pangeran Riana tersenyum kecil dan mengusap lembut pipinya. “Aku akan segera kembali. Jangan khawatir.” Setelah itu, dia meninggalkan kamar dengan langkah mantap, jelas menunjukkan bahwa dia akan menyelesaikan apa yang telah mengganggunya sepanjang malam.

Pangeran Riana menemukan Putri Marsha duduk bersama teman-teman bangsawan lainnya di meja makan. Saat melihatnya mendekat, wajah Putri Marsha langsung cerah, dan tanpa ragu dia beranjak dari kursinya untuk menghampiri. Dengan sikap yang manja, dia menggeleyot pada Pangeran Riana, seolah-olah tak ada yang salah.

“Riana, akhirnya kau datang. Aku sudah menunggumu,” katanya dengan nada menggoda, mencoba menarik perhatiannya.

Namun, Pangeran Riana hanya menatap dingin, tidak terpengaruh oleh sikap manja Putri Marsha. Dia melirik sekilas ke arah Bangsawan Xasfir dan teman-temannya, lalu kembali memfokuskan pandangannya pada Putri Marsha.

“Kita perlu bicara,” katanya tegas, suaranya penuh kendali.

Pangeran Riana tidak pernah tertarik pada wanita yang bersikap manja dan berusaha mendekatinya dengan cara yang berlebihan seperti Putri Marsha. Sikap seperti itu tidak memikatnya, malah membuatnya merasa jengkel. Kecuali satu wanita—Yuki. Hanya kepada Yuki, Riana meluruhkan semua batasannya. Kemanjaan Yuki selalu diterimanya dengan senang hati, dan ketika mereka bersama, dia selalu memastikan bahwa Yuki tahu betapa dia dicintai.

Dalam momen-momen intim mereka, Riana akan sepenuhnya mengendalikan situasi, dengan lembut tapi penuh hasrat, sampai Yuki seringkali kehilangan kendali, menangis memanggil namanya dalam percintaan Mereka, entah apakah Yuki menerimanya dengan pasrah ataukah saat Yuki harus terpaksa menerima Riana dalam tubuhnya. Baginya, hanya Yuki yang layak mendapatkan sisi paling lembut sekaligus dominannya.

Pangeran Riana menepis kasar tangan Putri Marsha yang merangkul lengannya, ekspresinya menunjukkan ketidaksukaan yang jelas. Putri Marsha tampak terkejut, sementara Bangsawan Xasfir yang menyaksikan itu langsung memprotes, “Riana, jangan kasar pada wanita.”

Riana menoleh perlahan, tatapan matanya dingin dan tajam. “Apakah dia layak?” tanyanya dengan suara rendah tapi penuh ketegasan, menekankan perasaannya yang jelas terhadap Marsha.

Keheningan menyelimuti sejenak, menyiratkan bahwa bagi Riana, Marsha hanyalah seseorang yang tidak berarti, terutama dibandingkan dengan Yuki.

Pangeran Riana berdiri tegak, tatapannya tegas dan dingin. “Aku tidak punya waktu,” ucapnya, suaranya tanpa emosi. “Ikuti aku.”

Tanpa menunggu jawaban, dia berbalik dan berjalan cepat meninggalkan meja. Putri Marsha terlihat bingung, tapi tak berani membantah, sementara Bangsawan Xasfir hanya bisa menatap dengan gelisah, tak yakin apa yang akan terjadi selanjutnya.

...****************...

Yuki duduk di tepi ranjang, tangannya saling menggenggam erat, berusaha menenangkan diri meski kegelisahan memenuhi pikirannya. Pangeran Riana pergi dalam keadaan marah setelah pertemuannya dengan Putri Marsha, dan sampai sekarang belum kembali. Dia bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di luar sana.

Pikiran-pikiran cemas mulai merayap, membuat hatinya semakin tak tenang. Yuki memandangi pintu dengan harapan Pangeran Riana akan segera kembali. Tapi semakin lama menunggu, semakin besar rasa gelisah yang membebani dadanya.

Yuki mengambil napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya, tetapi ketidakpastian membuatnya merasa terombang-ambing.

Yuki mengenakan sandalnya dengan cepat, merasa tak bisa lagi diam di kamar tanpa mengetahui apa yang terjadi. Dia membuka pintu perlahan, keluar ke koridor istana yang sepi di malam hari. Udara dingin musim semi menerpa wajahnya saat dia melangkah, tetapi rasa khawatirnya pada Pangeran Riana jauh lebih kuat daripada rasa dingin yang menyelinap.

Langkahnya lembut dan hati-hati, berusaha tidak menarik perhatian para pelayan atau prajurit yang berjaga.

Yuki menuju ruang makan. Tapi Dia tidak menemukan siapapun di meja makan, hanya para pelayan yang sedang membersihkan piring bekas makan.

“Putri mencari Pangeran, Kami melihatnya di taman belakang. Apa perlu Kami sampaikan pada Pangeran ?”

Yuki menggeleng pelan sambil tersenyum pada pelayan yang menawarkan bantuannya. “Tidak perlu. Aku akan pergi sendiri,” katanya dengan suara tenang, meskipun hatinya masih cemas. Ia berbalik dan melangkah menuju taman belakang, tempat Pangeran Riana dikatakan berada.

Malam itu, taman istana diterangi cahaya lembut dari lentera-lentera yang tergantung di sepanjang jalan setapak. Udara segar malam musim semi membuat Yuki menarik napas dalam, mencoba menenangkan pikirannya yang terus bergejolak. Ketika ia mendekati taman, suara langkah kakinya hampir tak terdengar di atas rumput lembut.

Yuki menemukan Pangeran Riana —berbicara dengan seseorang. Dia perlu mendengar suara Pangeran dan memastikan semuanya baik-baik saja. Setiap langkah mendekatkan Yuki pada sesuatu yang mungkin bisa mengubah suasana hatinya, entah lebih baik atau lebih buruk.

Pangeran Riana duduk tegap di bangku taman, memandang Putri Marsha dengan tatapan tegas namun penuh kejengkelan. Di hadapannya, Putri Marsha berdiri, wajahnya tampak sedikit goyah, meski masih mencoba mempertahankan sikap angkuhnya.

“Aku membiarkanmu kembali karena Xasfir memohon agar Aku melindungimu dari ancaman keluarga suamimu,” kata Pangeran Riana dengan nada dingin namun terkendali. “Dan Aku membiarkanmu di dekatku karena Kau berjanji akan menjadi tameng bagi Yuki, dan menjadi pengalih perhatian musuh-musuhku yang berusaha menyerang Yuki.”

Pangeran Riana berhenti sejenak, matanya menyipit tajam ke arah Putri Marsha, menilai setiap gerak-geriknya. “Tapi tampaknya, Kau benar-benar berpikir Aku mencintaimu, Marsha.”

Perkataan itu menggantung di udara seolah memberikan tekanan yang kuat. Putri Marsha membuka mulutnya, seolah hendak membela diri, tapi Pangeran Riana melanjutkan sebelum dia bisa berbicara. “Cinta? Jangan keliru. Kau hanyalah bagian dari strategi. Tidak ada tempat untuk perasaan di dalam itu.”

Di balik pohon, Yuki yang baru tiba mendengar semuanya. Dia berdiri kaku, menyaksikan percakapan yang tak disangka-sangka tersebut, perasaan campur aduk melanda hatinya.

Putri Marsha mengangkat dagunya, mencoba menunjukkan keberanian meski wajahnya sedikit bergetar. “Apakah apa yang terjadi antara kita, hubungan kita di masa lalu, tidak berarti apa-apa bagimu?” tanyanya, suaranya bergetar antara kemarahan dan kesedihan.

Pangeran Riana menarik napas dalam-dalam, matanya tetap tajam menatap Putri Marsha. “Itu hanya kenangan, Marsha. Masa lalu yang seharusnya sudah berlalu,” jawabnya tegas, meskipun nada suaranya menampakkan sedikit rasa penyesalan. “Aku sudah memilih jalanku, dan itu bukan bersamamu.”

Putri Marsha terdiam sejenak, terkejut oleh ketegasan Pangeran Riana. “Tapi aku… aku masih mencintaimu,” katanya, suaranya lebih lembut dan penuh harapan. “Bisa kau lihat itu? Mungkin kita bisa memperbaiki semuanya.”

Pangeran Riana berkata dengan dingin, “Kesalahanku di masa lalu adalah menerima permintaan Xasfir untuk menjadikanmu sebagai kekasihku. Kau tahu benar, Marsha, bahwa tidak pernah ada cinta di antara kita. Apapun yang terjadi di masa lalu hanyalah ketidakbecusanku mengendalikan diriku. Tapi tidak lagi. Aku tidak akan mengulang kesalahan itu. Hanya Yuki yang menjadi prioritas utamaku.”

Setiap kata yang diucapkan Pangeran Riana terasa seperti belati yang menusuk hati Marsha. Dia terdiam, berusaha mencerna setiap ungkapan. Pangeran Riana tidak menyisakan ruang untuk keraguan; ketegasan suaranya menegaskan bahwa hubungan mereka hanyalah bayang-bayang dari masa lalu yang seharusnya dilupakan.

“Jadi, apakah semua itu sia-sia?” Putri Marsha bertanya, suaranya bergetar, mencerminkan rasa sakit yang terpendam. “Apakah aku tidak pernah berarti bagimu?”

“Yang kau artikan bagi ku adalah sebuah pelajaran,” jawab Pangeran Riana tanpa ragu. “Sebuah pengingat untuk tidak terjebak dalam permainan yang tidak ada artinya. Sekarang, aku tidak akan membiarkanmu mengganggu hidupku atau Yuki.”

Kata-kata Pangeran Riana menciptakan jarak yang lebih jauh antara mereka. Putri Marsha merasa terasing, dikhianati oleh harapannya sendiri. “Tapi aku masih ada di sini. Aku masih mencintaimu,” katanya, meski suaranya semakin lemah.

“Dan aku tidak pernah mencintaimu, meskipun tanpa adanya Yuki sekalipun,” tegas Pangeran Riana, suaranya keras dan penuh keyakinan. Kata-katanya memantul di antara mereka, menciptakan keheningan yang berat.

Putri Marsha tertegun, matanya melebar seolah baru saja ditampar. Semua harapan yang dia bangun dalam hati berantakan seketika.

1
Efrianto
Thor, babnya knp terasa pendek. Aku baca sampai sini dlu ya, entar aku lanjutin. Semangat💪🏻💪🏻
Efrianto
Aku mampir thor, maaf ngk bisa kasih Vote. Karena Vote lagi kosong, aku hanya bisa kasih like. Komen, bunga dan iklan. Tapi sebelum itu, saya mau bilang kalau terdapat banyak sekali penulisan yang salah dan juga menempatan tanda baca yang keliru. Tapi tetap semangat Thor💪🏻menulis tidak mudah, semua orang tanpa terkecuali memulai dari awal. Tetap Update rutin...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!