"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 28. Bermalam di rumah Jingga.
Mereka akhirnya sampai di rumah yang terlihat sangat asri, rumah lama Jingga yang kini sudah di renovasi oleh ayah Ilham. Kini anak - anak didik ustad Sholeh sudah tidak tinggal di sana, tapi di buatkan pondok baru oleh ayah Ilham di tempat yang tak jauh juga.
Rumah nya masih berbentuk sama dan hanya di perkuat saja beberapa titik yang perlu di perbaiki, karena Jingga ingin rumah nya tidak berubah total agar masih terasa kenangan - kenangan bersama Ayah dan utinya, hanya saja kini lebih rapih dan halaman nya juga tertata.
Lalu dari dalam rumah keluar seorang perempuan yang sudah berumur dan membantu Jingga menurunkan barang bawaan mereka bersama pak supir.
"Woah, rumah siapa ini?" Tanya Elang.
"Rumahku." Sahut Jingga, dia tersenyum ketika menatap rumah yang penuh jutaan kenangan bersama ayah dan utinya.
"Bang Gani pulang.." Teriak anak kecil.
"Kakak Jingga.." Banyak anak - anak kecil berlarian menghampiri Jingga dan Gani.
"Assalamualaikum, adek - adek." Sapa Jingga dengan senyum ceria.
Sungguh, di sana Elang kebingungan karena anak - anak itu juga kenal Gani. Tapi Elang kemudian berpikir, mungkin Gani sudah pernah datang ke tempat itu sebelumnya.
"Halo adek - adek." Sapa Elang, ia mencoba menyapa dengan wajah yang dia buat seramah mungkin, tapi di kacangi.
Elang malah menjadi canggung sendiri karena anak - anak itu menatap nya dengan tatapan bingung sekaligus bertanya - tanya. Gani menahan senyumnya melihat Elang di kacangi.
'Salah gue, ngapain nyapa coba.' Batin Elang.
"Kak, abang itu siapa?" Tanya seorang anak kecil pada Jingga.
"Namanya bang Elang, dia temen kakak sama bang Gani." Ujar Jingga, Elang lalu kembali senyum.
"Galak ya, kak?" Gisik salah seorang anak kecil, Gani tak bisa lagi menahan senyum nya dan terkekeh.
"Nggak boleh gitu, bang Elang baik kok. Kalo bang Elang galak, nggak mungkin jadi temen kak Jingga." Ujar Jingga, sambil terkekeh.
Akhirnya setelah saling sapa melepas rindu dengan Jingga, kini Jingga, Elang dan Gani pun masuk ke dalam rumah karena hari semakin gelap.
Elang sangat terkesima dengan rumah yang tampak sangat sederhana tapi nyaman itu, rumah nya kecil tapi hangat. Jingga kemudian duduk di sofa bersama Elang dan gani, mereka kelelahan di perjalanan.
"Assalamualaikum." Terdengar salam dari luar rumah.
"Waalaikumsalam." Jingga bangun dan membuka pintu, rupanya ibunya Gani.
"Bu de.." Jingga langsung memeluk ibunya Gani dengan bahagia.
"Alhamdulillah, kalian sampai dengan selamat." Ujar ibu nya Gani.
Gani lalu bangun dan menyalimi tangan ibunya, tak mau kalah.. Elang juga bangun dan menyalimi tangan ibunya Gani tanpa tahu siapa dia.
"Halo bu de." Sapa Elang, Gani menahan senyum nya melihat itu.
"Ini siapa, nak?" Tanya ibunya Gani.
"Temen Jingga, Bu de. Namanya Elang." Sahut Jingga.
"Ooh, halo nak. Saya ibunya Gani." Ujar ibunya Gani.
"Ohh.. Ibunya Ga- hah!? Ibunya Gani?" Elang baru sadar dan terkejut.
Elang pun menatap Gani yang sejak tadi menahan tawa, Elang pikir yang di panggil bu de itu adalah salah satu keluarga Jingga yang tinggal di sana.
"Hehe, iya." Sahut ibunya Gani.
"Bu de, ayo.." Ajak Jingga, lalu mereka pun masuk kedalam.
Makan malam sudah di siapkan oleh bibi yang bekerja di sana, dan kini mereka sudah duduk di meja makan. Awalnya Gani ingin pulang bersama ibunya tapi Jingga melarang agar mereka makan malam bersama dulu di sana.
"Hmm.. Makanan nya enak banget." Ujar Elang, Jingga terkekeh.
"Itu mah karena lu nya lagi kelaperan aja." Ujar Jingga, dan semua orang terkekeh.
"Hehehe, iya kayak nya." Ujar Elang. Mereka menikmati makan malam mereka bersama.
Dan setelah nya kini Jingga mengantar Elang kedalam kamar yang akan Elang tempati, Jingga memberikan kamar yang biasa Ilham pakai untuk Elang tempati, kamar itu dulunya tidak ada dan baru di buat setelah rumah itu di renovasi, sementara Gani sedang pulang kerumah nya sendiri mengantar ibunya.
Ruangan di rumah itu masih sama, jendela nya juga masih sama, hanya saja ayah Ilham membuatkan desain untuk membuat ruangan baru dengan membobol tembok yang berada di dekat kamar Jingga. Rumah itu semakin lebar namun tidak merubah gaya asli rumah itu.
"El, gue nggak tau ini muat apa enggak buat lu, tapi kayak nya si muat." Ujar Jingga lalu memberikan satu set pakaian milik Ilham itu pada Elang.
"Punya nya siapa, Ngga?" Tanya Elang.
"Abang gue." Sahut Jingga, Elang pun kembali terkejut mendengar bahwa ternyata Jingga memiliki kakak laki - laki.
"Lu punya abang?" Tanya Elang sembari menerima pakaian yang Jingga bawa.
"Hm, dia di luar negeri lagi sekolah yang tinggi supaya bisa jadi Dokter kayak papa." Ujar Jingga, Elang pun mengangguk - anggukkan kepalanya
"Keren.." Gumam Elang.
"Istirahat aja, lu pasti capek. Kalo butuh gue, gue ada di kamar yang depan, yang ada nama gue nya." Ujar Jingga, Elang pun mengangguk.
Jingga pun keluar dari kamar itu, dan masuk kedalam kamar nya sendiri. Jingga jadi merindukan utinya, masa - masa bahagia nya dulu yang sangat singkat. Meski Jingga tahu utinya meninggal karena di tumbalkan, tapi dia tidak sama sekali menaruh dendam, dia ikhlas mungkin itu takdir nya.
Jingga bahkan masih menyebut nama Delima dan Airlangga dalam doa nya, dia kasihan pada mereka karena sudah terjerumus pada yang gelap.
"Ti, Jingga pulang." Gumam nya.
Lebih dari itu, dia sudah sangat ingin hari berganti menjadi pagi, agar dia segera bisa datang ke makam kedua orang tua dan utinya itu.
"Ya Allah, kalo memang yang datang dalam mimpiku itu bundaku, tolong perlihatkan wajah nya.. aku sangat ingin melihat wajah bunda." Gumam Jingga.
Jingga pun merebahkan diri di ranjang, dan tidak terasa matanya terpejam, tapi Jingga tidak lagi bermimpi tentang ibunya malam ini.
Dan di luar kamar, Elang sudah iap - siap hendak tidur kembali terjaga karena suara ketukan pintu di depan kamar nya, ia sedikit panik karena sudah malam dan yang dia tahu yang tinggal bersamnya di rumah itu hanya dia dan Jingga saja, pembantu rumah tangga Jingga pulang saat malam hari dan supir nya tidur di mobil.
"Siapa, ya?" Gumam Elang.
"Tok! tok! tok!" Ketukan nya kembali berbunyi. Akhir nya Elang pun bangun dari ranjang dan berjalan mengha,piri pintu lalu membuka nya.
"Elo??" Ujar Elang, ternyata itu adalah Gani yang baru pulang.
"Ngapain lo?" Tanya Elang ambil berdiri di tengah pintu masuk.
"Lah, ya mau tidur lah, pake di tanya." Sahut Gani, ia hendak masuk tapi Elang menghalangi jalan nya.
"Nggak - nggak! Nggak bisa. Nggak ada tempat nyet, lo nggak liat noh ranjang nya sempit?" ujar Elang.
Gani pun melihat kedalam dan memang ternyata ranjang nya kecil hanya untuk satu orang saja, dia lalu memperhatikan Elang yang kini sudah berganti pakaian. Gani pikir yang Elang pakai itu kaos milik Jingga, karena dia pernah melihat Jingga memakai kaos yang serupa juga. Merasa Gani memperhatikan dirinya, Elang pun menyilang kedua tangan nya di depan dada nya.
"Apa si lu!? Ngeri gue di liatin sama lu kayak gitu. Udah lo tidur aja di sofa, nggak ada tempat lagi." Ujar Elang, lalu dia menutup kembali pintu kamar itu dan meninggalkan Gani yang masih mematung di tenpat.
'Dia pake kaos nya Jingga?' Batin Gani.
Gani lalu berjalan ke ruang tamu yang terdapat sofa di sana, hatinya sedih memikirkan kenyataan bahwa Jingga bahkan sudah meminjamkan kaos nya pada Elang. Gani pun duduk dan menata bantal di pinggiran sofa lalu dia pun merebahkan dirinya.
Saat Gani sedang memikirkan hal yang ada di otak nya sambil menengadah menatap langit - langit rumah itu, tiba - tiba di atas nya perlahan muncul sebuah kepala dengan rambut panjang, Gani pun spontan berteriak dan bangun.
"AAARGGHH!!!"
BERSAMBUNG...
pokok Ny Makasih 😍,
Msh Ada 2 Jones Belum Ada Jodoh Ny tu
tapi biar bagaimanapun setiap cerita pasti ada ending nya, dan aku senang happy ending.
terimakasih Thor udah bikin cerita yg sangat seru dan sangat menarik 👍👍👍
tetap semangat dan terus berkarya 💪
di tunggu karya nya yg baru 😘
Terima kasih Kak atas karyanya yg seru ini. Ditunggu karya selanjutnya 🙏😍🥰 Semangat kak 💪💪💪