Awalnya Zhea berpikir bahwa perasaannya selama ini kepada dokter tampan putra sulung Will dan Alea—Nathan Willy Coopers hanya perasaan kagum biasa. Namun kenyataannya Zhea salah!
Perasaan itu nyatanya adalah perasaan cinta sejak pertama kali mereka bertemu. Dan siapa sangka seiring berjalannya waktu, perasaan cintanya malah semakin tergila-gila untuk mendapatkan balasan cinta dari dokter nan dingin bernama Nathan itu.
“Aku sudah tergila-gila mencintaimu, Dr. Nath! Dan aku akan berjuang untuk mendapatkan cintamu dan membuatmu berhenti menganggapku sebagai anak kecil. Bahkan meski aku harus bersaing dengan wanita yang kau cintai!” ~Zheara Zaen Xavier~
Akankah Zhea berhasil mendapatkan balasan cinta dari Nathan? Ataukah Zhea harus merelakan cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Babysitter Untuk Nathan
...“Biar Daddy saja yang menyuapi calon menantu Daddy yang tersayang ini.”...
Kedatangan Rayden dan Levi, tentu saja membuat Nathan dan Zhea bertanya-tanya sekaligus menghancurkan momen yang sangat Zhea tunggu-tunggu yaitu merawat calon suami masa depannya. Kehadiran Grandpa dan Daddy nya membuat rencana Zhea untuk merawat Nathan seharian menjadi gagal total dan tentu saja membuatnya merasa sangat kesal.
“Kenapa Daddy dan Grandpa datang ke sini? Bukankah ini sudah waktunya kalian makan bersama?” cecar Zhea dengan raut wajah yang jelas tengah cemberut.
“Grandma dan Mommy mu ‘lah yang mengusir kami berdua! Dan menyuruh kami untuk merawat Nathan dengan sepenuh hati sampai dia sembuh total,” jelas Levi yang mengabaikan wajah cemberut putrinya.
“Mulai hari ini kami berdua yang akan menjadi Babysitter-mu, Baby Nath? Apakah kau merasa senang,” ujar Rayden dengan senyuman yang lebih mengarah ke seringai yang menyeramkan, bahkan para hantu dan iblis sekalipun akan ketakutan melihat seringai Rayden saat itu.
“Sial, hukuman jenis apalagi ini? Bukankah aku sudah dinyatakan tidak bersalah, tapi kenapa Kak Lucia masih menghukumku seperti ini dengan mengirimkan dua iblis Xavier? Bukannya merawatku sepenuh hati yang ada, mereka akan membunuhku dengan senang hati.”
Dalam hatinya Nathan sudah merasa panas dingin membayangkan Rayden dan Levi yang akan merawatnya. Bukannya sembuh, Nathan mungkin akan dilarikan ke IGD setelah mendapatkan perawatan dari Rayden dan Levi.
“Tidak usah, Dad! Grandpa, biar Zhea saja yang merawat Kak Nath,” ujar Zhea berusaha menyakinkan keduanya.
“Kalau begitu coba bicarakan dulu pada Grandma dan Mommy-mu. Jika mereka setuju, maka kami tidak akan mengganggu kalian berdua lagi. Kami juga tidak sudi merawat kunyuk satu ini yang telah membuat salah satu putri kesayanganku sangat mencintainya,” ujar Levi tanpa sadar sampai membengkokkan sendok yang tengah dia pegang.
Merinding sudah seluruh bulu kuduk Nathan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Fiks, kali ini dia benar-benar tidak akan selamat dari dua iblis Xavier ini.
“Baiklah, aku akan bicara pada Grandma dan Mommy sekarang juga.”
Setelah mengatakan itu, Zhea segera keluar dari kamar Nathan dan menuju ke ruang makan. Dimana Zhia dan Lucia memang tengah menikmati sarapan mereka bersama Shea.
Melihat kedatangan Zhea, mereka pun menyambutnya dengan hangat bahkan Lucia langsung mengambilkan makanan untuk putrinya itu. Bahkan sudah ada Will dan Alea di sana bersama dengan Thalia untuk melihat kondisi Nathan, tapi malah dipaksa sarapan bersama lebih dulu.
“Grandma! Mommy, kenapa kalian menyuruh Grandpa dan Daddy yang merawat Kak Nath? Kenapa bukan aku saja?”
Zhea langsung mengutarakan protesnya karena kesempatan yanh bisa membuatnya semakin dekat dengan pria yang dicintainya malah diambil alih oleh Grandpa dan Daddy nya sendiri.
“Aah, tentu saja mereka yang harus merawat Nathan. Karena Grandpa dan Daddy-mu yang membuat Nathan seperti itu, Zhea! Itulah yang dinamakan dengan pertanggungjawaban yang tepat, sebab mereka yang melukainya maka mereka yang harus merawatnya juga,” jelas Zhia.
“Tapi Grandma, bukankah semua ini karena kesalahpahaman yang aku buat! Seharusnya aku yang merawat Kak Nath.” Zhea tidak bisa menerimanya begitu saja, karena ini kesempatan llagi untuk membuat dirinya terlihat berguna untuk Nathan.
“Hmm, Grandma akan memikirkannya lebih dulu! Sebaiknya kau makan saja sarapanmu lebih dulu, setelah itu Grandma akan memberikan keputusannya,” ujar Zhia yang menyerahkan sepiring nasi dengan berbagai lauk pauk kesukaan Zhea. Mau tidak mau Zhea harus menuruti perkataan Grandma-nya dengan harapan bahwa Zhia akan merubah keputusannya.
...****************...
Sementara di dalam kamar, setelah kepergian Zhea tampak Rayden dan Levi mengubah ekspresi mereka yang berhasil membuat Nathan langsung bersikap waspada. Levi tampak tengah mengaduk makanan yang Zhea bawa sebelumnya dengan raut wajah tanpa minta sedikitpun. Sendok yang bengkok itu sudah dikembalikan keadaan seperti semula, karena Levi malas untuk pergi mengambil yang baru.
“Buka mulutmu!” perintah Levi yang siap menyuapi calon menantu masa depannya.
“Sa-saya bisa sendiri—”
“Haish, cepat buka saja mulutmu! Atau mau aku buka secara paksa, Hah?” potong Levi yang kesabarannya memang setipis tisu kalau berhadapan dengan orang lain, apalagi yang tidak dia sukai.
Namun, Levi sama sekali tidak membenci Nathan, dia hanya tidak menyukainya karena telah membuah Zhea jatuh cinta kepadanya tanpa mereka semua sadari bahkan Nathan sendiri.
Mendapat ancaman seperti itu, tentu Nathan memilih yang untuk tetap aman. Dia terpaksa membuka mulutnya, menerima suapan demi suapan yang Levi berikan sampai membuatnya sudah menguyah, apalagi dengan wajahnya yang babak belur.
Karena suapan besar Levi yang tanpa perasaan itu, akhirnya Nathan menghabiskan semua makanannya tanpa tersisa sedikitpun.
Kemudian, Rayden memberikan segelas air minum dan obat yang Lucia resepkan untuk Nathan. Untuk beberapa saat, Nathan enggan menerima minuman dan obat tersebut sebab dia merasa ada sesuatu di dalamnya yang membuatnya pindah alam tanpa dia sadari.
Rayden dengan cepat menangkap pemikiran putra dari orang kepercayaannya itu dan berkata dengan tegas, “Tenang saja, aku belum berniat memberikanmu racun untuk saat ini tapi entah untuk lain kali.”
“Te-terima kasih,” ucap Nathan sembari menerima air minum tersebut dan obatnya, lalu menghabiskannya dengan cepat.
Sungguh sekarang perut Nathan terasa sangat tidak nyaman karena makan dalam situasi menegangkan seperti itu. Untuk beberapa saat, suasana hening karena tidak ada yang bicara diantara ketiga pria itu.
Hingga akhirnya Rayden yang membuka pembicaraan kembali dengan berkata, “Maaf, kami sudah salah paham kepadamu dan membuatmu sampai berakhir seperti ini.”
“Benar, seharusnya kami mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya baru bertindak. Namun, apa yang kami lakukan semalam malah kebalikannya.” Imbuh Levi yang juga menyesali perbuatannya.
Bersambung....