*Harap bijak membaca. novel ini mengandung cerita dewasa*
Kisah cinta antara Alaska dan Kejora yang diawali dengan perjodohan
Alaska mahasiswa kedokteran tingkat akhir di Universitas terkenal di Bandung yang Gaul, ganteng dan terkenal, banyak gadis yang mengejarnya tetapi agak arogan dan dingin atau cuek dipaksa menikah dengan dengan seorang gadis 19 tahun yang tidak dia kenal sebelumnya bernama Kejora gadis dari Bali yang seorang anak pesantren yang lemah lembut, cantik dan mempunyai mata yang indah dan kulit yang putih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERTAMU DI TEMPAT BERBEDA
Sementara itu Diana dan Dirga baru pulang dari kantor. Sepasang suami istri itu berjalan bersama masuk ke dalam rumahnya.
Namun, tiba-tiba langkah Diana terhenti ketika ponselnya berdering.
Wanita itu langsung membuka benda canggih itu dan tampak ada panggilan dari nomor yang tidak di kenal.
"Siapa mah?" tanya Dirga yang juga ikut mengentikan langkahnya di samping sang istri.
"Gak tau ini siapa, Pah!" Jawab Diana seraya menunjukan layar ponselnya ke hadapan sang suami.
"Sini biar Papa aja yang angkat" Dirga mengambil ponsel itu lalu menerima panggilan telepon tadi dan menekan tombol lost speaker agar terdengar oleh keduanya.
"Hallo" ucapannya setelah panggilan telepon itu terhubung.
Diana menutup rapat bibirnya berusaha mendengar secara detail suaranya orang yang menelpon ke nomornya tadi.
"Hallo! Selamat malam apa benar saya berbicara dengan ibu Diana? Orang tua dari saudara Alaska? Suara itu seketika membuat Diana dan Dirga saling melempar pandangan
"Iya betul, ini saya sendiri, ada apa ya?" tanya Diana penasaran.
"kami dari kepolisian ingin menyampaikan, bahwa putra ibu yang bernama Alaska Dirgantara sedang berada di kantor polisi karena terlibat pesta narkoba di sebuah acara ulang tahun......"
"Apa? tidak mungkin putra saya melakukan hal itu " Gertak Diana yang langsung memotong ucapan orang yang sedang menelpon dari seberang.
"Saya harap ibu bisa langsung datang ke kantor polisi untuk memastikan, selamat malam terima kasih"panggilan telepon itu terputus secara sepihak.
"Pah, ini beneran? Aska anak kita? Tanya Diana dengan tubuh yang mulai lemas.
"Sepertinya benar, Mah! Mobil Aska juga tidak ada disini " jawab Dirga.
"Gak Pah! Ini gak mungkin!" Diana menggelengkan kepala.
Tubuhnya semakin terasa lemas tak lama kemudian tubuhnya terjatuh kalau saja Dirga tak menahan tubuhnya.
"Mah, tenang dulu, kita masuk sekarang!" Dirga memapah tubuh lemas istrinya masuk ke dalam rumah.
Diana tidak sampai pingsan, hanya hampir saja ia tak berdaya karena syok dan mengakibatkan tubuhnya terasa lemas.
"Ya Allah , Pah, Mah kenapa?"Kejora yang baru saja menuruni anak tangga terkejut ketika melihat mertuanya seperti itu .
padahal, sebelumnya ia akan pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
"Kejora tolong bantu Papa angkat tubuh Mama ke atas sofa " pinta Dirga yang terlihat kesusahan mengangkat tubuh istrinya yang lemas.
"Iya Pah. Duh Mama kenapa sampai begini? Mama sakit? Tanya Kejora seraya mendekat ke arah mertuanya
Kejora membantu Dirga merebahkan tubuh Diana diatas sofa.
"Kejora, tolong ambilkan minum dulu untuk Mama!" titah Dirga yang langsung dituruti oleh Kejora.
Kejora setengah berlari menuju ke dapur untuk mengambil minum.
Ia sangat khawatir melihat keadaan mertuanya itu
"Mah, Mama minum dulu ya?" Kejora membatu Diana meminum air yang dibawanya tadi.
"Pah, Aska anak kita" ucap Diana dengan nada yang pelan dan terdengar lesu.
Seketika Kejora menautkan alisnya mendengar ucapan Diana tadi
"Kak Aska? Kak Aska kenapa Ma?" tanyanya dengan rasa khawatir yang mulai menerpa
"Jadi begini Ra, tadi Mama dapat telepon dari kepolisian kalau Aska terlibat pesta narkoba dalam acara ulang tahun " jelas Dirga.
Seketika lutut Kejora bergetar, tubuhnya terasa lemas, bahkan bibirnya tak mampu berucap.
"A-apa, kak Aska? Kejora hampir terjatuh dan pingsan jika ia tidak berusaha menenangkan diri.
Matanya sudah mulai memanas dengan buliran bening yang mulai menggenang.
"Kamu tenang dulu ya, lebih baik sekarang kita kesana untuk memastikan benar apa tidak " ajak Dirga berusaha tenang meskipun hatinya dilanda rasa khawatir
"I- iya Pah, kenapa Kak Aska sampai seperti ini?" Kejora berusaha menahan tangis meskipun dadanya terasa sesak.
"Mama mau ikut ke kantor polisi atau mau istirahat saja?" tanya Dirga karena melihat keadaan istrinya yang begitu lemas.
"Mama ikut Pa, Mama akan memberikan penjelasan kalau anak kita tidak akan terlibat hal seperti itu, Mama yakin Aska tidak bersalah. Kejora sebenarnya Aska pergi kemana? Kenapa kamu gak ikut?
"Kak Aska pergi ke acara ulang tahun temannya yang bernama Martin Ma, Kejora gak ikut karena merasa gak enak badan " Jawab Kejora seraya menyeka air matanya dengan cepat.
Tangisannya tak terbendung lagi mengatakan itu.
"Apa? Martin? Temannya yang dari luar negeri itu, pasti ini ada yang gak beres Pah, ayo kita ke kantor polisi sekarang!" Diana bangkit meski lututnya masih terasa bergetar.
bahkan wanita itu keluar terlebih dahulu dari rumah.
Kejora mengikuti mertuanya dengan pikiran yang mulai kacau.
Kenapa malah jadi seperti ini?
Pantas saja ia merasa sangat malas untuk ikut pergi ke acara itu, meskipun sebelumnya Kejora tidak akan pernah membiarkan Aska pergi sendirian, apalagi ke acara pesta seperti itu.
Terlebih lagi, Kejora berat untuk melepaskan
Aska untuk pergi.
Entah kenapa rasanya seperti akan ditinggal lama.
Kejora menangis sesenggukan di kursi belakang, sementara Dirga dan Diana di kursi depan.
Airmata rasanya mengiringi mobil yang berjalan ke tempat tujuan.
Dirga memimpin langkah dan masuk ke tempat itu untuk bertemu dengan Aska yang entah bagaimana keadaannya.
Mereka langsung dibawa kemana para tahanan sedang bersemayam.
Karena belum ada jam besuk dan para tahanan baru di masukkan ke dalam bui maka mereka hanya diperbolehkan bertemu di ruang tahanan.
Airmata Kejora langsung lurus ketika melihat seorang pria sedang berdiri di jeruji besi.
Wajahnya terlihat kacau, rambutnya berantakan, bahkan bola matanya terlihat memerah.
Kejora melangkah dengan gontai ke arah sang suami yang kini sedang berada di dalam pagar besi yang akan menjadi pemisah antara keduanya
"Kejora" panggil Aska yang menyadari kedatangan sang istri.
Ia menatap nanar seorang bidadari yang berjalan ke arahnya dengan tetesan air mata
"Kak....!" panggil Kejora dengan lirih.
"Ra .." Aska mengeluarkan tangannya dari sela-sela jeruji besi, berhadapan kedua tangan itu dapat menjangkau tubuh sang istri.
Meski tidak bisa memeluknya erat tapi setidaknya bisa menyentuh dengan lembut.
"Kak, kenapa bisa seperti ini?" Kejora mendekat, wanita itu berdiri di depan Aska.
Keduanya saling menatap dengan mata terhalang kabut air buliran bening.
Keduanya berhadapan, namun terhalang pagar besi yang menghalangi.
"Ra, maafkan aku" Aska mengusap pipi Kejora yang basah oleh air mata dengan kedua tangannya.
"Kenapa begini, Kak? Kan aku sudah bilang hati-hati, jangan macam-macam" ucap Kejora dengan nada bergetar namun terdengar kesal.
Tangisannya semakin memecah ketika mengatakan itu
"Ini bukan salahku, Ra. Percayalah aku akan membuktikan kalau aku tidak bersalah dan aku tidak mengonsumsi benda terlarang itu" Aska berusaha meyakinkan.
Orang yang pertama kali harus menggenggam kepercayaannya adalah sang istri.
Sebelum ia membuktikan kepada semua orang kalau dirinya tidak bersalah, ia harus menjelaskan terlebih dahulu kepada Kejora.
Seorang wanita yang menggenggam erat rasa cintanya dan tentu saja tak ingin dia kecewakan.
" Aku percaya kalau kakak tidak melakukannya" balas Kejora yang membuat Aska benar-benar merasa lega.
"Terimakasih, aku janji aku akan segera keluar dari tempat ini. Aku janji akan kembali ke sampingmu secepat mungkin. Tapi maafkan aku karena malam ini aku tidak bisa memenuhi permintaanmu. Aku tidak bisa memberikan martabak telor untukmu dan juga testpec." tutur Aska yang terus menerus mengingat hal itu.
"Kak!" Gertak Kejora dengan kesal, namun air matanya malah mengalir semakin deras.
"Maafkan aku.... tidak apa-apa kan malam ini Kamu tidur sendiri dulu? Aku janji besok malam aku akan berada di sisimu dan memelukmu lagi, aku hanya akan mengikuti prosesnya saja. Besok aku akan tes urin, do'akan semua akan baik-baik saja" Aska mengusap airmata yang terus mengalir dari pipi mulus sang istri.
"Aku gak mau tidur sendiri, Kak. Ayo pulang sekarang saja," rengek Kejora, meskipun hal itu sangat tidak mustahil.
"Sabar sayang, ini hanya sebentar. Kamu tau aku adalah orang yang tidak pernah mengingkari janji. Aku akan pulang secepatnya." Aska menarik tubuh Kejora agar semakin mendekat.
Ingin rasanya ia melabuhkan ciuman pada wajah cantik itu, namun sayangnya sekarang mereka terhalang sebuah benteng.
"Janji besok pulang!" Kejora menyeka air matanya kasar.
"iya aku janji, udah jangan nangis lagi. Percayalah aku tidak bersalah dan hukum hanya berlaku untuk orang yang bersalah" tutur Aska yang terus meyakinkan sang istri.
"Aku tunggu kamu pulang, Kak" Kejora menatap wajah sendu suaminya
Mereka masih ingin saling bertatap muka dan berbicara, namun waktu memisahkan keduanya.
Kejora terpaksa meninggalkan tempat itu beserta seorang pria yang ingin sekali ia bawa pergi.
Keduanya saling melambaikan tangan tanda perpisahan.
Namun, berharap ini bukanlah perpisahan untuk selamanya.
Dada Kejora semakin terasa sesak ketika dengan terpaksa harus meninggalkan suaminya di sana.
di tempat sangat dihindari semua orang.
Ia harus kembali ke rumah dan tidur sambil memeluk bayangan suaminya.
Sementara itu, pihak kepolisian masih mencari keberadaan Martin yang kabur lewat pintu belakang.
Memang yang ditangkap bukan Aska saja. Bahkan ada sekitar lima belas orang yang ikut mendekam di balik jeruji besi.
Namun, Martin yang menjadi pihak penyelenggara pesta tersebut belum ditangkap.
Sementara Aska dan yang lainnya masih dalam tindak penyelidikan. Apakah mereka hanya pengguna atau terlibat sindikat yang tentu saja akan memperberat hukumannya.
Namun, Aska yakin kalau dirinya akan segera bebas. Karena dirinya bukan pengguna atau terlibat sindikat.
Walaupun besok akan dilakukan tes urin, tapi Aska yakin kalau dirinya tidak bersalah
maaf ya cuma koreksi dikit