🥉JUARA 3 YAAW Season 10🏆2023
EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Takdir membawaku dalam keadaan ini. Lahir sebagai putri tunggal seorang Perwira Tinggi Polri (Pati) sangat tidak mudah. Terlebih sejak lahir seakan hidup sendiri tanpa kasih sayang dari sang Ayah. Walaupun Ayahnya masih hidup dan tinggal satu atap bersamanya.
Suatu hari, Bening Putri Prasetyo sejujurnya tak ingin menghadiri pesta kelulusan sekolahnya. Namun olokan dan sindiran teman-temannya, terutama dari Della Wijaya yakni gadis terpopuler di sekolahnya membuatnya terpaksa hadir. Pesta yang membawa petaka baginya. Kehilangan kesuciannya dan hamil di luar nikah oleh pria yang satu profesi dengan sang Ayah.
Akankah hidup Bening yang keruh akan menjadi bening kembali, sebening namanya?
Simak kisahnya💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 - Penyesalan Seorang Ayah
Dengan tangan yang gemetaran, Ayah Bening memegang surat tulisan tangan putrinya itu setelah usai membacanya. Sontak setelah itu kertas tersebut jatuh ke lantai yang dingin sedingin hati seorang Ayah kepada putrinya beberapa waktu ke belakang.
Seolah kini rohnya tengah ditarik keluar secara paksa dari tubuhnya. Ia mengingat ke belakang, betapa kejamnya dirinya pada sang putri yang sesungguhnya tak bersalah apapun atas kematian sang istri. Semua sudah kehendak takdir.
Sembilan belas tahun silam,
Prasetyo Pambudi yang saat itu menjabat sebagai Kapolsek Buah Batu kota Bandung, sangat bahagia ketika sang istri, Embun, dinyatakan positif hamil delapan minggu.
Setelah menanti selama lima tahun pernikahan mereka, akhirnya ada sebuah pelangi setelah penantian panjang keduanya.
Selama kehamilan Embun, sang suami begitu perhatian padanya dan juga calon buah hati mereka. Selama kehamilan, Embun tak pernah mengalami mual. Sebab yang mengalami mual dan fase mengidam tersebut adalah sang suami. Embun hanya mengalami ngidam sesekali saja.
Bahkan seorang Irjen Pol Prasetyo rela memanjat pohon mangga tetangganya yang sangat galak hanya untuk meminta satu buah mangga mudanya. Menjatuhkan harga dirinya sebab tetangga tersebut awalnya tak mau memberikan mangganya walaupun yang meminta seorang Kapolsek.
Bahkan memberi uang dalam jumlah yang cukup banyak sekalipun untuk meminta buah mangga tersebut, tetangga itu bersikeras tak sudi. Alhasil setelah negosiasi yang cukup alot, akhirnya Ayah Bening boleh mengambil satu buah mangga tersebut.
Walaupun setelah itu Ayah Bening harus rela membersihkan kandang burung tetangganya sampai bersih yang berjumlah sepuluh kandang.
Embun hanya bisa cekikikan melihat hal itu dari jauh. Wanita yang sangat mengenal karakter seorang Prasetyo seperti apa. Semakin mencintai sang suami, yang rela melakukan apapun demi sang buah hati yang belum lahir ke dunia.
Bahkan menjatuhkan image maupun harga dirinya yang seorang anggota kepolisian hanya untuk mendapatkan sebuah mangga yang dimau sang istri.
Padahal membeli lahan kebun mangga pun bisa ia lakukan. Sebab selain menjadi anggota polisi, Ayah Bening yang memang sudah kaya dari lahir, punya beberapa usaha dan tanah warisan dari mendiang kedua orang tuanya yang seorang pengusaha cukup ternama.
Sedangkan Embun hanya gadis sederhana yang berasal dari panti asuhan. Namun telah membuat seorang Prasetyo Prambudi terpikat dan jatuh hati padanya. Seorang wanita yang lembut dan nyaris tanpa ambisi.
Sangat berbeda dari wanita lainnya yang mengejar dirinya karena dia seorang anggota polisi dengan nama belakang keluarga yang cukup mentereng seperti sederet warisan mendiang kedua orang tuanya yang berjejer.
Tapi seorang Embun tak pernah silau akan itu semua yang ada di punggung seorang Prasetyo Pambudi. Sebab keduanya saling jatuh cinta karena apa adanya bukan ada apanya.
Cinta yang begitu besar sangat ditunjukkan oleh seorang Prasetyo Pambudi pada Bening mulai dari masih segumpal darah hingga keluar dari perut sang istri. Namun setelah lahir, bukan kebahagiaan yang didapat oleh Bening tetapi hanya sebuah dingin, hampa, dan nestapa tanpa kasih sayang dari seorang Ayah kandung. Berbanding terbalik.
Dikarenakan kesibukan sebagai Kapolsek membuat jadwal sehari-harinya sangat padat terlebih banyak kasus yang tengah ditanganinya, membuat Ayah Bening ini sesekali saja menemani sang istri ke dokter.
Sehingga dirinya tak tahu bahwa kehamilan Embun ada permasalahan saat usia kandungan menginjak enam bulan. Dan Embun menutupi hal itu dari sang suami sekaligus meminta dokter untuk tutup mulut.
Ketika hari kelahiran Bening, terjadi pendarahan berat atau postpartum hemorrhage (PPH). Hal ini sudah dipredikasi oleh dokter. Namun Embun tetap mempertahankan bayinya.
Plasenta akreta. Terjadi ketika pembuluh darah dan bagian lain dari plasenta tertanam terlalu dalam di dinding rahim.
Ditambah Embun yang memiliki tekanan darah yang cukup tinggi. Akhirnya takdir menentukan jalan yang harus dijalani oleh Prasetyo Pambudi. Bahwa bayinya terlahir selamat dan sehat. Namun sang belahan jiwanya dipanggil oleh Sang Pencipta.
Derap langkah sol sepatu menggema saat dirinya yang datang terlambat sebab harus menangani kasus yang mendadak padahal dirinya tengah cuti. Niat hati ingin mendampingi sang istri melahirkan namun pada akhirnya tak terwujud.
Meninggalkan nestapa duka lara yang begitu mendalam di hatinya saat sang dokter keluar dari ruangan persalinan, dirinya yang awalnya tersenyum sumringah membawa sebuah buket bunga mawar putih kesukaan sang istri harus menelan pil pahit kala dokter mengatakan istrinya meninggal dunia setelah melahirkan putrinya.
Luruh seketika buket bunga mawar tersebut ke lantai rumah sakit yang dingin dan sunyi di pekatnya malam seperti hatinya yang ikut menggelap sejak saat itu.
Tak ada tangis apapun yang keluar dari mata seorang suami untuk istri tercintanya yang telah memberinya seorang buah hati yang telah lama dinanti. Mulai dari rumah sakit hingga pemakaman Embun usai.
Seakan hanya ada cangkang seorang Prasetyo Pambudi tanpa jiwa didalamnya. Jiwanya mati terkubur bersama Embun dan segenap cintanya di dalam liang lahat yang membuat Embun tidur untuk selama-lamanya di dalam sana.
🍁🍁🍁
Kini ia justru menangis tersedu-sedu hingga punggung kokohnya bergetar untuk pertama kalinya setelah usai membaca surat dari putrinya itu. Putri yang ia benci sejak kelahirannya.
Putri yang ia perlakukan secara dingin dan akan berbuat kasar jika Bening melakukan sebuah kesalahan. Bahkan hanya kesalahan kecil seperti mendapat nilai kurang saat bersekolah.
Ia pun pernah dengan tega menampar putri kecilnya itu kala Bening berumur lima tahun tak sengaja menyenggol foto mendiang istrinya di ruang keluarga hingga pigura kenangan itu pecah.
Kini puzzle-puzzle kenangan menyakitkan itu seolah mengolok-olok dirinya dan menyudutkannya bahwa dia adalah seorang Ayah yang kejam. Melampiaskan sebuah takdir yang tidak ia kehendaki pada seonggok bayi yang tak berdosa dan tak tahu apa-apa. Luluh lantak.
"Maafin Papa, Bening!!" teriak Prasetyo Pambudi dengan suara menggelegar.
Penyesalan. Yang kini bercokol di hatinya.
🍁🍁🍁
smoga husnul khotimah...
yaAllah...
ikutan sedih
btw, abis Bening apalagi lg lanjutan nya?
sblm ke Bening udah baca dr.Heni dan Seno
issshhh...
🤣🤣🤣
percakapan dikit banget