Raya, Jenny, Nabilla, dan Zaidan. Keempat gadis yang di sangat berpengaruh di salah satu sekolah favorit satu kota atau bisa dibilang most wanted SMA Wijayakusuma.
Selain itu mereka juga di kelilingi empat lelaki tampan yang sama berpengaruh seperti mereka. Karvian, Agam, Haiden, dan Dio.
Atau bagi anak SMAWI mereka memanggil kedelapannya adalah Spooky yang artinya seram. Karena mereka memiliki jabatan yang tinggi di sekolahnya.
Tentu hidup tanpa musuh seakan-akan tidak sempurna. Mereka pun memiliki musuh dari sekolah lain dimana sekolah tersebut satu yayasan sama dengan mereka. Hanya logo sekolah yang membedakan dari kedua sekolah tersebut.
SMA Rajawali dan musuh mereka adalah Geng besar di kotanya yaitu Swart. Reza, Kris, Aldeo, dan Nathan. Empat inti dari geng Swart dan most wanted SMAJA.
Selain itu ada Kayla, Silfi, Adel, dan Sella yang selalu mencari ribut setiap hari kepada keempat gadis dari SMAWI.
Dan bagaimana jika tiba-tiba SMAJA dipindahkan ke sekolah SMAWI?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oreonaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 : Jenny dan Kris
Jenny menuruni tangga dengan mata yang masih mengantuk. Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 WIB dan Jenny baru bangun. Sebenarnya kalau sang Mama Riana tidak membuka tirai kamar Jenny, dirinya akan bangun lebih siang. Mumpung weekend bukan. Nikmati waktu libur ini.
Bau harum tercium di hidung kecil Jenny saat ia menuju ke dapur untuk minum air dingin. Berjalan menatap para pembantu yang sedang sibuk membantu sang Mama memasak. Tapi ada yang aneh yaitu mereka memasak dengan menu yang sangat banyak. Seperti akan ada yang datang ke rumah ini saja.
“Ma kenapa masak banyak?” Tanya Jenny di depan kulkas yang berbentuk seperti lemari.
“Akhirnya bangun kamu! Dah mandi kamu?”
Jenny yang baru menegak minuman yang baru saja ia tuang ke dalam gelasnya pun menggeleng dengan santai meminum air dingin.
“Mandi dulu sana baru turun malah turun dulu mana belum mandi. Bau tahu!” Sungut Mama Raina.
Jenny hanya memutar bola matanya jengah, “Haus Ma makanya Jenny turun dulu. Jenny ga mau mandi ah! Kan libur.”
“Heh! Nanti ada tamu! Masa kamu ga mandi?!”
“Tamu siapa?”
Mama Riana meninggalkan masakannya setelah menyuruh pembantu lain untuk melanjutkan kegiatan yang belum ia selesaikan. Mama Riana langsung menarik Jenny ke arah kamar si anak.
“Nanti sekitar jam 12 siang sampai malam. Pokoknya kamu hari ini jangan ke mana-mana! Sana mandi! Nanti pakai baju yang Mama taruh di kasur. Make up yang cantik! Awas kamu kalau tidak menuruti perkataan Mama.” Ujar Mama Riana sembari mendorong Jenny menuju ke kamar mandi.
Dan Jenny hanya memasang wajah bingung dan hanya bisa menurut. Ia juga malas berbicara saat ini karena ia lapar. Tadi seharusnya ia ingin makan tapi sang Ratu menyuruhnya untuk mandi huhu.
Mama Riana yang melihat sang putri sudah masuk ke dalam kamar mandi pun segera mempersiapkan dress yang akan digunakan Jenny. Setelah itu Mama Riana langsung keluar dari kamar sang putri untuk melanjutkan kegiatannya tapi tiba-tiba sang suami menghentikan dirinya saat ia keluar dari kamar Jenny.
“Gimana? Jenny udah?” Tanya Papa Wriston.
Mama Riana mengangguk, “Siap beres. Papa gimana?”
“Papa juga udah semua. Beres tadi dibantu sama Pak Dodok sama Pak Dodi.”
“Okey tinggal makanannya yang belum.”
“Jangan buru-buru Ma, tenang dah bersih rumah.”
Kedua orang tua yang masih sangat segar bugar cantik dan tampan ini membagi tugas untuk hari ini karena akan ada tamu yang datang. Di mana Papa Wriston bagian untuk kebersihan rumah dibantu penjaga dan beberapa pelayan sedangkan Mama Riana bagian dapur.
...
...
Jenny pun keluar dari kamar mandi menggunakan jubahnya. Keluar dan berjalan menuju walk-in closet tapi ia lupa untuk mengambil baju yang sudah disiapkan Mama Riana ada di kasur. Segera ia ambil dan ia tatap dengan aneh.
Dress berwarna biru ini terlihat elegan. Jenny bertanya-tanya kenapa ia harus tampil seelegan ini? Dulu saat Nenek dan Kakek atau rekan kerja Papanya datang ia memakai pakaian biasa yang penting terlihat sopan.
La ini sampai-sampai Mama Riana menyiapkan dress biru ini dan menyuruhnya ber make up. Curiga jadinya.
Setelah berganti pakaian, Jenny pun merias wajahnya dengan natural agar tidak terlalu pucat. Rambut ia biarkan tergerai karena merasa pusing jika ia kucir atau ia bentuk-bentuk. Selebihnya ia malas hehe.
Okey sangat perfect. Terlihat elegan.
Sangat Jenny masih asik bercermin ria, perut Jenny seketika berbunyi tanda bahwa harus cepat di isi perut mungilnya ini. Jenny pun segera ke bawah untuk makan apa pun yang bisa ia makan.
Saat ia turun, ia melihat sang Papa yang sudah duduk dengan pakaian rapi di sofa bersama berkas-berkas kesayangannya. Tapi tunggu. Pakaian Papanya warnanya sama dengannya.
“Astaga! Putri Mama sudah cantik! Nah gini dong pakai dress yang cantik.” Ujar Mama Riana dari arah tangga.
Mata Jenny mendelik. Dress Mama nya pun warnanya sama dengan nya dan sang Papa. Jangan bilang ini baju couple family?
“Ma kok sama warna bajunya?” Tanya Jenny.
“Oh iya! Kita kan ga punya baju couple jadi Mama pesen buat kita bertiga! Gimana seneng kan kamu. Lucu kita jadinya.” Jawab Mama Riana sembari berjalan menuju ke dapur.
Jenny tersenyum haru. Jika kalian bilang alay silakan. Karena Jenny ini sedari dulu saat ingin mempunyai setelah couple family. Dan jika kalian berpikir jika keluarga Jenny sangat harmonis tentu salah! Mereka selalu sibuk bahkan sejak mereka pindah, Mamanya kembali sibuk dan jarang pulang jika tidak di hari weekend.
Tapi Mama Riana sangat galak jika dengan dirinya dan Papanya yang kaku. Dulu saat ia masih SD ia memiliki teman lelaki yang sangat dekat dengannya. Dan kalian tahu, Mama Riana lebih menyayangi teman laki-lakinya dari pada anak perempuannya ini.
Jika ada teman laki-lakinya itu Jenny berasa seperti anak tiri dan anak tidak dianggap. Kalau Ayahnya hanya kaku tetapi sekarang ini sepertinya sudah tidak terlalu kaku jika Jenny lihat-lihat. Apa faktor umur?
Okey kembali!
Tidak lupa dengan niatnya turun untuk apa. Jenny berjalan menuju dapur.
“Ma, Jenny lapar.”
“Makan nanti aja sekalian.”
“Ih! Kan Jenny belum sarapan!”
“Ya udah tinggal buat sereal! Itu di kulkas ada sandwich yang Mama buat tadi pagi tinggal di hangatkan aja.” Jenny mengangguk dan melakukan apa yang disuruh Mama nya.
Jenny menghangatkan sandwich dan membuat sereal serta es kopi tanpa mengganggu aktivitas para pembantu yang sedang menyiapkan makanan untuk para tamu. Jenny makan di samping sang Papa di depan dan duduk di sofa.
“Lapar?”
Jenny mengangguk dengan mulut penuh, “Jenny kan tadi baru bangun jam 8, Pa. Terus disuruh Mama mandi siap-siap padahal kan masih jam 8 ini juga masih jam berapa? Nah! Tu hampir jam 10. Padahal tadi pas Jenny turun mau sarapan dulu malah Mama marah-marah.” Curhat Jenny.
Dan hanya di tanggapi oleh sang Papa dengan mengangguk-anggukkan kepalanya. Lihat kan kaku! Dan tidak peka! Huh!
Setelahnya mereka hening! Papanya fokus dengan berkas, ia fokus dengan makanannya.
...
...
“Selamat siang Tuan Gary!”
“Siang Njeng!”
“Selamat siang Tante, Om!”
Datanglah tamu yang ditunggu oleh keluarga Jenny. Papa Wriston pun berjabat tangan dengan Tuan Pamurya. Mana Riana pun bercipika-cipiki dengan Nyonya Pamurya dan setelah itu memeluk sang Anak lelaki dari keluarga Pamurya.
Sedangkan Jenny yang berada ditengah masih syok melihat siapa gerangan yang dapat membuat kedua orang tuanya sibuk se pagi ini dan se ribet ini padanya. Karena di depannya ini adalah musuhnya!
Kris Agastya Pamurya.
Ya Kris anak SMA Rajawali musuh SMA Wijayakusuma. Anak geng Swart.
Oh me god!
Mama Riana menyenggol lengan Jenny yang masih tak bergeming setelah kedua orang tuanya maju menyambut kedatangan keluarga Kris.
Jenny pun menengok menatap Mama Riana yang mendelik padanya. Menghela nafas pelan, ia pun maju dan bersalaman kepada kedua orang tua Kris. Dengan Kris? Jangan harap.
“Heh! Itu Kris gak kamu peluk? Kamu kan dulu pas SD temenan sama Kris.” Ujar Mama Riana mendorong Jenny ke arah Kris.
Kris pun hanya tersenyum miring menatap Jenny yang tidak dapat berkutik. Jenny pun dengan pasrah memeluk Kris dan disambut dengan hangat oleh Kris. Pelukan yang bisa disebut pelukan oleh Kris tapi tidak apa.
“Mari masuk.”
Papa Wriston mempersilahkan mereka masuk ke kediaman Agustinus. Mereka langsung menuju ke meja makan. Karena obrolan mereka akan mereka bahas saat sesudah makan siang.
“Mari kita makan siang terlebih dahulu bagaimana?” Tanya Mama Riana.
Carlina mengangguk sembari menatap sang suami dan anaknya. “Kedatangan kita malah terlihat merepotkan, Jeng.” Basa basi.
“Tentu tidak. Kita bahas setelah makan siang.”
Mereka pun langsung duduk di meja makan dengan Ayah Wriston duduk di ujung. Di samping kiri ada Nama Riana bersama Jenny dan di samping kanan ada Tuan Nic, Carlina, dan Kris.
...
...
Sesudah makan siang mereka duduk santai di ruang tamu depan. Seperti biasa para lelaki sedang membahasa bisnis dengan Kris yang akan menjadi penerus pun juga mendengarkan apa yang dibicarakan oleh sang Ayah dan Ayahnya Jenny.
Dan sang Ibu-ibu muda ini membahasa masalah perhiasan dan fashion. Mereka menunggu Jenny yang tadi izin ke toilet.
Jenny takut apa yang ia pikirkan terjadi. Di toilet ia hanya menggigit kuku nya cemas. Jenny pun mengchat di grup teman-temannya.
Jenny menarik nafasnya perlahan-lahan dan membuang nafasnya secara teratur. Okey ia akan keluar. Hiks! Takut!