NovelToon NovelToon
Kasih Sayang Cahaya

Kasih Sayang Cahaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Anak Genius / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Pengasuh
Popularitas:25.3k
Nilai: 5
Nama Author: Reni mardiana

Demi menyekolahkan dang adik ke jenjang yang lebih tinggi, Cahaya rela merantau ke kota menjadi pembantu sekaligus pengasuh untuk seorang anak kecil yang memiliki luka batin. Untuk menaklukkan anak kecil yang keras kepala sekaligus nakal, Cahaya harus ekstra sabar dan memutar otak untuk mendapatkan hatinya.

Namun, siapa sangka. Sang majikan menaruh hati padanya, akan tetapi tidak mudah bagi mereka berdua bila ingin bersatu, ada tembok penghalang yang tinggi dan juga jalanan terjal serta berliku yang harus mereka lewati.

akankah majikannya berhasil mewujudkan cintanya dan membangunnya? ataukah pupus karena begitu besar rintangannya? simak yuk, guys ceritanya... !


Happy reading 🥰🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akan selalu Ada

Cahaya melihat Bima yang sedang berjongkok di bawah pohon besar di pinggir jalan, suara hujan mampu meredam tangisnya. Hati Cahaya ikut sakit melihat Bima, di sembunyikannya air mata, kakinya melangkah mendekat kearah bocah berusia enam tahun itu.

"Huhuhu.... Papa jahat...!" Raung Bima sambil memukul lututnya.

Cahaya ikut berjongkok, dia membawa Bima ke dalam pelukannya.

"Lepasin...!" Bima memberontak, tetapi Cahaya mempererat dekapannya.

"Den Bima, kalau dunia Den Bima memang jahat. Mbak akan selalu ada buat den Bima, jangan sedih terlalu lama ya, Den. Meskipun. Mbak baru kenal dan baru ketemu sama Aden, mbak sayang sama Aden dan kapan pun Den Bima butuh mbak, mbak akan siap sedia di samping Den Bima." Ucap Cahaya lembut tepat di telinga Bima.

Bima mengeratkan pelukannya, dia menangis sejadinya di dalam dekapan Cahaya. Baru pertama kalinya ada seseorang yang mampu menenangkannya, rasanya seperti mendapat hal yang berharga.

"Tapi semua orang jahat, aku dikatai anak yatim piatu padahal aku masih punya Papa. Gak ada yang sayang sama Bima, Mbak.. Huhuhu..." Ucap Bima.

Suara tangisnya sangat menyayat hati Cahaya, ternyata tebakannya benar bahwasannya Bima nakal karena banyak luka yang tak pernah ia ceritakan.

"Ada..! Mbak sayang Den Bima, kalau ada yang jahat lagi sama Den Bima, biar mbak yang lawan mereka biarpun harus terluka." Ucap Cahaya dengan tegas.

"Orangtua Bima masih ada, Mbak. Bukan cuma---"

NGUEEENGGGG... BBYUUURRR...

Ucapan Bima tak terdengar begitu jelas, suara bising motor membuat indera pendengaran Cahaya terganggu. Cahaya membalikkan badannya demi melindungi wajah Bima agar tak terkena cipratan air ulah pengendara motor yang lewat, alhasil badan Cahaya pun kotor.

"Den, kita pulang ya." Bujuk Cahaya.

Cahaya mengusap wajah Bima yang terus di hantam air hujan, pandangan anak itu kosong dan hanya anggukan yang Cahaya dapati.

Tubuh Bima melayang di udara, Cahaya menggendongnya seperti bayi koala. Bima hanya mampu mengikut apa yang di lakukan Cahaya, begitu Cahaya melangkahkan kakinya sang supir datang dengan nafas terengah-engah.

"Alhamdulillah, ketemu Den Bimanya ya, nduk." Ucap Pak Maryono.

"Iya, Pak. Den Bima ketemu di bawah pohon, mending kita cepet pulang soalnya kasihan Den Bima kedinginan." Ucap Cahaya.

Pak Maryono mengangguk paham, ia meminta Cahaya menunggu di tempat yang teduh agar tidak kecapean karena posisi mobilnya cukup jauh dari tempat mereka berdiri.

Sambil menunggu Pak Maryono datang, Cahaya berteduh di depan sebuah minimarket, ia memeriksa wajah Bima yang sudah menggigil kedinginan bahkan tangannya juga sudah keriput.

"Sabara ya, Den. Sebentar lagi kita pulang." Ucap Cahaya.

Tak berselang lama, Pak Maryono datang dan Cahaya pun gegas membawa Bima masuk ke dalam mobil.

*

*

Di tempat lain.

Sagara tengah memainkan pulpennya, dia memandangi foto wajah istrinya yang hilang di telan tsunami. Kabar yang di terima banyak korban jiwa, di dalam daftar orang yang selamat pun tidak ada identitas sang istri, sehingga istrinya dinyatakan meninggal dunia.

Mengenai sikapnya kepada sang putra, hanya Sagara lah yang tahu. Selama ini ia sibuk bekerja, dalam pikirannya yang pasti dengan materi tercukupi ia tak harus selalu mendampingi putranya.

Braakkk...

Suara pintu terbuka dengan keras, Sagara cukup tersentak melihat kedatangan ibunya yang tiba-tiba datang dengan wajah kusamnya.

"Kenapa kamu gak datang di acara makan malam kemarin, hah! Mau di taruh dimana muka Mama di hadapan teman Mama, kalau kamu gak mau turun ranjang, kenapa gak ikuti saja perjodohan Mama."Cerocos wanita paruh baya yang sudah melahirkannya itu.

"Aku sibuk." Balas Sagara dingin.

"Sibuk? Sibuk apanya yang sibuk, Sagara Mahardika..! Makan malam gak makan waktu 10 jam, alasannya sibuk terus. Papa kamu aja yang pegang perusahaan besar gak sibuk kayak kamu, meskipun bolak balik ke luar negeri, keluar kota pun dia gak kayak kamu. Baru perusahaan kecil aja banyak gaya..!" Cibir Mahya dengan ketus, dia meremehkan bisnis yang di kelola oleh anaknya sendiri.

Sagara mengepalkan tangannya, dia sudah sangat muak dengan aturan ibunya yang selalu mengedepankan ego dan gengsinya.

"CUKUP!"

Sagara langsung berdiri dari duduknya, dia menatap tajam kearah ibunya yang terkejut akan bentakannya.

"Dari dulu Mama selalu mengaturku, dari dulu juga Mama yang selalu menyudutkan istriku sampai akhirnya Tuhan mengambilnya. Lantas Mama mau apalagi, belum cukup memangnya Mama buat aku sakit, hah?! Mama pikir dengan turun ranjang, orang baru bisa menggantikan sosok istriku? Apa Rachel lebih baik dari kakaknya? Tidak..! Tidak ada satupun yang bisa menggantikan sosok istriku, baik adiknya ataupun yang lainnya." Tekan Sagara yang sudah tak mampu menahan emosinya lagi.

"Dasar anak durhaka, kamu..! Mama lakuin ini juga buat kebaikan kamu juga, memangnya kamu pikir status duda itu bukan aib? Temen-temen sosialita Mama sering ngomongin kamu, Mama malu Saga! MALU..!" Mahya malah semakin menjadi.

PRANNGGG...

Mata Sagara memerah, dia melemparkan vas bunga kecil yang ada di mejanya ke arah lain. Mahya memegangi dadanya karena syok, baru pertama kalinya Sagara berlaku demikian padanya.

"Mama pilih pergi, atau aku yang pergi?!" Usir Sagara menunjuk kearah pintu meminta ibunya keluar.

"Awas kamu, Saga..! Kamu udah berani usir Mama, bakal Mama aduin kamu sama Papa." Ancam Mahya.

"Aku gak peduli." Ucap Sagara.

Mahya menghentakkan kakinya, dia membalikkan tubuhnya dan pergi begitu saja dari hadapan Sagara yang masih terbakut amarah.

Lelah.

Sagara menjatuhkan tubuhnya diatas kursi, kedua tangannya menutupi wajahnya yang sudah memerah menahan tangisnya. Sagara tahu dia sudah berlaku tak sopan pada ibunya, akan tetapi sikap ibunya membuat dirinya benar-benar muak.

Karena sikap Mahya lah yang membuat Sagara tidak mengizinkan Bima berada dalam asuhan ibunya, Mahya memang terlihat menyayangi Bima, akan tetapi di balik itu semua ada sebuah tuntutan dan juga perlakuan kasar yang Bima terima.

Turun ranjang?

Oh ayolah, Sagara tidak mungkin turun ranjang dengan adik dari mendiang istrinya yang ia sendiri tahu bagaimana sikap Rachel.

*

*

Sampai di rumah. Cahaya bergegas memandikan Bima dengan air hangat, tak lupa juga ia meminta Lela untuk menyediakan pakaian Bima. Selama di urus oleh dua pembantunya, Bima diam saja tak mengatakan apapun, hanya tatapan kosong lah yang ia tunjukkan.

Cahaya meminta tolong pada Lela untuk mengurus keperluan Bima terlebih dahulu, dia sendiri membersihkan tubuhnya dan juga mengganti pakaiannya. Cahaya tak bisa langsung membersihkan tubuhnya, Bima merengek tak mau di mandikan oleh siapapun selain Cahaya, ada rasa nyaman dan tak mau jauh dari Cahaya walau baru bertemu. Untuk itulah Cahaya mendahulukan Bima karena khawatir dengan kondisinya, ia takut Bima demam.

Lela membawakan makan siang untuk Bima, tetapi anak itu menolak makanan yang di bawa Lela karena Bima sama sekali tak berselera.

Lela yang tipikal gak mau ambil pusing lebih memilih keluar dari kamar Bima, dia tidak mau menguras tenaganya hanya untuk membujuk Bima yang pada akhirnya dia tahu endingnya bagaimana.

Tok... Tok..

"Den Bima," Panggil Cahaya sambil melongokkan kepalanya ke dalam.

Bima menoleh kearah Cahaya, ia hanya menaikkan satu alisnya pada Cahaya yang di balas dengan senyum cengengesan.

Cahaya pun masuk ke dalam kamar Bima, gadis itu melihat nampan berisikan makanan yang tak di sentuh sama sekali oleh Bima.

"Kenapa makanannya gak di sentuh?" Tanya Cahaya sambil duduk di samping Bima.

Bima tidak menjawabnya, akan tetapi Cahaya menelisik wajahnya yang berbeda dari biasanya. Cahaya menempelkan tangannya di dahi Bima, dan benar saja suhu tubuh Bima panas.

"Badan kamu panas, Den Bima..!" Pekik Cahaya.

"Makan." Lirih Bima dengan mata sayu.

Cahaya membuang nafas kasar, dia menyandarkan kepala Bima ke kepala. Dengan telaten, Cahaya menyuapi Bima meskipun hanya ada makanan yang masuk sedikit.

"Sebentar dulu ya, mbak mau cari obat siapa tahu ada." Ucap Cahaya.

Bima menggelengkan kepalanya, dia menahan tangan Cahaya yang hendak pergi.

"Jangan tinggalin," Mohon Bima.

Tak tega melihat tatapan permohonan Bima, Cahaya mengurungkan niatnya untuk keluar dari kamar Bima, ia memilih menelpon Lela untuk membawakan obat penurun demam.

Bima menggeserkan tubuhnya, ia menyuruh Cahaya duduk di sampingnya. Tangan Cahaya mengelus wajah Bima yang masih merah dan panas, ada rasa iba melihat wajah polos yang banyak luka itu.

Lela datang membawa obat penurun panas untuk anak-anak dan juga segelas air, Cahaya meminta Bima meminum obatnya supaya panasnya turun.

"AC nya matiin," Ucap Bima.

"Ceu, gimana cara matiinnya?" Tanya Cahaya menatap Lela.

Lela meraih remot Ac, ia langsung mematikan Ac nya.

"Pembantu keluar!" Usir Bima pada Lela.

Lela memutar bola matanya jengah, sementara Cahaya juga ikut bangkit karena kata pembantu yang keluar dari mulut Bima, dia pikir Bima mengusirnya juga karena Lela dan dirinya sama-sama pembantu.

"Mbak, mau kemana? Disini aja." Tanya Bima menarik ujung baju Cahaya.

"Loh, katanya keluar?" Bingung Cahaya.

"Itu, yang satunya aja." Jawab Bima.

"Yaudah, Ya. Turutin aja, biar ceu Lela yang turun." Ucap Lela.

Lela pun pergi dari kamar Bima, sedangkan Cahaya kembali duduk bersandar di kepala ranjang dengan Bima yang tidur di sampingnya sambil memegangi jemarinya takut Cahaya pergi.

1
Dewi kunti
maaaaaakkk nambaaaaahhh 🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🙏🙏🙏🙏
🌷💚SITI.R💚🌷
lagi seru2y di gantung..nunggu sabar 2 hr lg sepertiy..
🌷💚SITI.R💚🌷
sabar gara jangan esmosi..mending fokus sm acara kamu bsk
Nur Faris
permainan dimulai nich,...🤗
waaaaaaaah kira2 gimana y reaksi Mak lampir th lakinya udah buntingin calon mantu idaman???🤔🤔🤔🤪
Nur Faris
cembokur nieeeee
kaylla salsabella
wah kira" siapa yang di tampar
kaylla salsabella
wah bang Sagara cemburu
Sinta Febrianti
ah selalu deh di gantung kya gni bkin penasaran. mana upny 2hri sekali. coba klo sehari sekali 2 bab. kan enak thor bcanya puas
Reni Mardiana: di usahakan lagi ya, maklum punya toddler susah diaturnya 🙏
total 1 replies
Arwondo Arni
semoga cahanya jodoh Sagara dan bima mendapatkan ibu sprt cahaya hidup bahagia,yg berniat jahat kena batunya
sri Anita asri
Luar biasa
kaylla salsabella
ayo Sagara garcep keburu cahaya di tikung kasa😁😁
Nur Faris
cieeee yg mulai cembokur,ati2 gara gak gercep lewat tu Yaya diembat kasa😂😂😂
kaylla salsabella
ya minta sagar bikin kan tabungan cahaya
🌷💚SITI.R💚🌷
ayo gara gercap dr pada keduluan angkasa tr nyesel de..nunggu kehancuran mahya akbar jg rachel..kpn ketahuany ya
Kadek Bella: lanjut thoor
Reni Mardiana: kejutan dong 😅
total 2 replies
jaran goyang
ᥲᥡ᥆ sᥲgᥲ... ᥴ⍴𝗍 ძі ᥣᥲmᥲr
jaran goyang
ȷᥲᥙһ kᥒ ᥣһ ძr ᥲᥒk" ᥲ𝗊 ᥡᥲ ᥲᥣᥣᥲһ... mk ᥒᥡ ȷgᥒ ᑲᥡk ᥊ ᥣᥲkі"
jaran goyang
⍴ᥲ⍴ᥲ sᥲgᥲ gᥱrᥴᥱ⍴ ძ᥆ᥒg
🌷💚SITI.R💚🌷
lah gmn klu sagara di psksa tunsngan sm ulat bulu dan kebohongaby blm terungkap kasian saga dong
Dewi kunti
bukan naruh hati tp dah nyolong hatinya Yaya ,buruan dilamar nnt keduluan nangis lho
Dewi kunti
papa Sagara bikinin mama Yaya tabungan dong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!