Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 09. Terkejut
Di apartemen Radi kini Hasna berada. Apartemen tersebut lumayan luas untuk ukuran seorang pria single. Hasna duduk di salah satu sofa samblil memindai seluruh isi apartemen itu.
" Bagaimana apakah cukup nyaman untukmu menyusun skripsi."
" Perfect pak. Tapi satu pertanyaan saya. Mengapa bapak meminta saya jadi pacar pura pura bapak?"
Hah ... Radi membuang nafasnya kasar. Ia berjalan ke dapur dan mengambil dua buah botol minuman dingin. Pria itu kembali lalu menyerahkan satu botol minuman dingin itu kepada Hasna.
" Orang tuaku akan menjodohkan ku. Dan aku tidak mau."
" Ooh jadi bapak pura pura punya pacar agar rencana perjodohan itu batal?"
Radi mengangguk membenarkan ucapan Hasna.
" Tapi mengapa harus saya, kan banyak teman teman bapak yang lain. Atau dosen perempuan di kampus misalnya."
" Saya males, takutnya mereka baper. Saya maunya hanya pura pura, tapi nanti mereka berharap lebih dari itu."
Hasna mengerti dengan kekhawatiran sang dosen. Pria dengan tingkat kesempurnaan 9 itu merupakan idola para wanita. Mereka akan mau mau saja dijadikan pacar bohongan nya, bahkan mungkin akan dengan senang hati. Tapi akibat dibelakangnya pasti akan mengerikan. Bisa jadi mereka akan memproklamirkan hubungan pura pura itu menjadi realita. Sungguh tingkat halu yang tinggi.
" Tapi pak, mengapa bapak yakin kalau saya tidak akan baper?"
" Entah, melihat kamu yang begitu sembarangan dan ceroboh saya yakin kamu tidak mudah baper dengan pria di dekatmu." Bahkan Dipta yang memiliki pandangan memuja mu itu saja kamu tidak sadar.
Radi melanjutkan kalimat terakhirnya dalam hati. Entah apa yang pria dewasa itu pikirkan tapi ia tidak ingin Hasna tahu jika Dipta memiliki rasa kepadanya.
Radi bisa melihat dari tatapan mata Dipta yang menyimpan rasa suka untuk Hasna. Dari cara temannya itu bersikap dan bertutur kata terhadap Hasna, Radi yakin akan hal tersebut.
Tapi entah tidak peka atau memang gadis ini sedikit bodoh, dia sama sekali tidak menyadari ketertarikan bosnya itu.
" Oh iya ... Sudah berapa lama bekerja di kafe Dipta?"
" Lumayan lama pak, 2 tahun lebih."
" Ooh ... "
" Kenapa pak?"
" Tidak ada apa apa. Baiklah, saya tinggalkan kamu di sini. Saya akan pulang. Nanti saya kabari kapan kita akan beraksi. Oh iya segera selesaikan Bab 2 mu dan laporan kuisioner itu."
Hasna membuang nafasnya kasar. Dosen killer itu tetap saja mengingatkannya mengenai skripsi yang harus ia selesaikan.
Hasna menuju ke kamar yang dia yakini milik si dosen. Ia merebahkan tubuhnya di kasur king size yang benar benar empuk.
" Ughh ... Nyamannya. Aah ... Sebaiknya aku mandi dulu. Sial ... Baju baju ku masih di tas dan tas nya masih di rumah Mang Jaja. Baiklah kita lihat apakah ada yang bisa dipakai di sini untuk ganti."
Hasna bangkit dari posisi tidurnya dan berjalan menuju lemari yang ada di kamar tersebut. Ia membuka lemari itu, di sana terdapat baju baju milik sang dosen. Hasna mengambil salah satu kemeja yang menurutnya cukup untuk ia pakai.
" Kayaknya ini cukup, tapi agak kebesaran. Tak apa yang penting bisa untuk ganti sementara. Apalagi lagi haid gini kudu cepet mandi."
Hasna segera menuju ke kamar mandi. Ia sungguh merasa senang, kamar mandi milik pak dosen itu sungguh nyaman. Ia merasa pasti akan betah tinggal di sana.
Sesampainya di basemen parkiran Radi mengingat ada barang yang lupa dia bawa pulang saat membuka pintu mobil. Akhirnya pria jangkung itu pun kembali menutup mobilnya dan berjalan menuju apartemen miliknya.
" Kalau tidak aku bawa sekarang besok besok akan tidak enak untuk datang ke apartemen lagi."
Radi bergumam sepanjang lorong. Ia pun sampai di depan pintu apartemennya lalu membuka pintu dengan menekan nomor pin nya. Pria itu juga baru ingat kalau di lupa memberi tahu nomor pin pintu apartemen miliknya.
" Has ... " Radi berteriak memanggil nama sang mahasiswa.
Hasna yang baru selesai mandi langsung segera keluar mendengar namanya di panggil.
" Ya pak, ada apa lagi."
Glek ...
Radi menelan saliva nya dengan susah payah melihat penampilan Hasna. Hasna keluar dari kamar dengan rambut yang masih basah dan memakai kemeja putih kebesaran milik Radi yang hanya sebatas paha. Paha dan kaki jenjangnya yang putih mulus terekspos sempurna. Radi bahkan bisa melihat Hasna tidak menggunakan penutup kaca mata untuk dadanya sehingga puncak bukit itu terlihat.
" Astagfirullaah ... "
Radi membalikkan tubuhnya membelakangi Hasna. Hasna yang sedikit bingung dengan tingkah sang dosen hanya menaikkan kedua bahunya.
" Hasna, jangan lagi keluar dengan pakaian seperti itu saat ada orang lain."
" Maksud bapak, ooh ini maaf pak saya pinjam baju bapak soalnya ... "
Hasna menghentikan kalimatnya saat mengerti maksud dari sang dosen.
" Aaaaah......!!!"
Hasna berteriak saat melihat tampilan dirinnya. Ia pun segera masuk ke dalam dan mencari bathrobe dan kemudain memakainya.
Radi membuang nafasnya kasar, tiba tiba jantungnya berdetak kencang saat mengingat penampilan Hasna tadi.
" Huft ... Gadis itu benar benar sembarangan dan sembrono."
" Pak Radi ... "
Radi membalikkan tubuhnya, ia lega tubuh Hasna sudah tertutup sempurna. Gadis itu menunduk malu.
" Saya mau mengambil buku, dan catat nomer pin apartemen ini. 350191. Itu pin nya."
" Baik pak terimakasih."
" Oh iya, jangan lagi berpenampilan begitu. Saya pergi dulu, assalmualaikum."
" Waalaikumsalam."
Hasna menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia merutuki kebodohannya yang bertindak sembarang.
" Bodoh... Bodoh ... Malu banget gue ya Allaah. Mana tadi ngga pake br* lagi. Tuh dosen killer lihat nggak ya. Haduuuh mau ditaruh di mana muka gue nanti kalau ketemu."
TBC