Calista Izora, seorang mahasiswi, terjerumus ke dalam malam yang kelam saat dia diajak teman-temannya ke klub malam. Dalam keadaan mabuk, keputusan buruk membuatnya terbangun di hotel bersama Kenneth, seorang pria asing. Ketika kabar kehamilan Calista muncul, dunia mereka terbalik.
Orang tua Calista, terutama papa Artama, sangat marah dan kecewa, sedangkan Kenneth berusaha menunjukkan tanggung jawab. Di tengah ketegangan keluarga, Calista merasa hancur dan bersalah, namun dukungan keluarga Kenneth dan kakak-kakaknya memberi harapan baru.
Dengan rencana pernikahan yang mendesak dan tanggung jawab baru sebagai calon ibu, Calista berjuang untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.
Dalam perjalanan ini, Calista belajar bahwa setiap kesalahan bisa menjadi langkah menuju pertumbuhan dan harapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
malam pertama du rumah baru
Pukul 9 malam lewat, Kenneth baru saja masuk ke kamar dan menemukan Calista yang sudah tertidur lelap. Suasana tenang mengisi ruangan, dengan lampu kecil di samping tempat tidur yang memberikan cahaya lembut. Kenneth menatap wajah Calista yang tampak damai, senyum kecil mengembang di bibirnya. Setelah makan malam yang sederhana, dia telah menyuruh Calista untuk istirahat, dan kini semua usaha itu tampaknya berhasil.
Kenneth pun segera mematikan lampu kamar, membiarkan suasana nyaman dengan cahaya remang-remang. Dia menarik selimut untuk menutupi mereka berdua agar tidak kedinginan. Kenneth yang juga sudah sangat mengantuk pun memutuskan untuk tidur, membiarkan kelelahan seharian melanda tubuhnya.
Namun, beberapa jam kemudian, saat Kenneth terlelap, dia tiba-tiba terbangun karena wajahnya tertepak oleh tangan Calista. Dia mengerjap, berusaha menyesuaikan diri dengan kegelapan. Sambil berusaha menenangkan diri, dia perlahan memindahkan tangan Calista dari wajahnya.
“Kenapa sih, Cal?” gumam Kenneth, sambil memperbaiki posisinya. Namun, reaksi Calista justru membuatnya terkejut lagi—kaki Calista yang hangat kini naik ke atas kaki Kenneth, membuatnya semakin terjepit.
Kenneth menghela napas panjang. Ini sudah kali ketiga Calista berubah posisi, dan sepertinya dia tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Kenneth pun pasrah, tidak mungkin membangunkan Calista hanya untuk mengomelinya. Dia mengerti betul bahwa hamil membuat Calista sering merasa tidak nyaman.
Setelah beberapa kali Calista mengubah posisi, Kenneth merasa mulai lelah. Kakinya yang terjepit membuatnya tidak nyaman, tetapi dia berusaha untuk bersabar. “Hnggg,” gumam Calista, dan dalam sekejap, dia berbalik tengkurap. Kenneth sontak terbangun dan dengan cepat membalikkan tubuh Calista agar kembali terlentang.
“Kasian bayi-nya, Cal. Kalau kamu tengkurap begini, nanti dia kejepit,” bisik Kenneth, berusaha membujuk Calista agar tidak merubah posisi lagi. Namun, Calista tidak mau mendengarkan. Dia kembali berusaha tengkurap, dan Kenneth sekali lagi menahan tubuhnya.
“Mau tidur aja susah sih...” rengek Kenneth, merasa frustrasi. Jam di dinding menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Kenapa tidur menjadi begitu sulit malam ini? Dia menengok ke arah Calista yang masih terlelap, wajahnya tampak polos dan tidak bersalah.
Calista menggumam, seolah merasakan kehadiran Kenneth, dan perlahan, dia beralih menjadi posisi memeluk Kenneth. Awalnya, Kenneth kaget. Tapi saat dia menatap wajah Calista yang kembali tenang, perasaannya berubah menjadi nyaman.
Malam itu, meskipun dia merasa terusik, ada kehangatan dalam pelukan Calista. Kenneth merasakan detak jantung Calista yang lembut, dan dalam sekejap, rasa lelahnya mulai sirna. Mereka berdua tertidur dalam posisi saling berpelukan, seakan dunia di luar sana tidak ada artinya.
Seiring berjalannya waktu, Kenneth menyadari bahwa ada hal-hal yang perlu dia lakukan untuk menjaga kedamaian tidur mereka. Meskipun Calista sering berubah posisi dengan aneh, dia bertekad untuk melindungi sang anak dalam kandungan. “Aku akan jaga kamu, nak,” bisiknya dalam hati.
Setelah beberapa saat, Kenneth kembali terbangun. Dia merasakan Calista sekali lagi berusaha untuk berpindah posisi. Kali ini, dia berusaha beradaptasi dengan situasi tersebut. Kenneth memutuskan untuk menaruh tangan di pinggang Calista, menahan gerakannya agar tidak terlalu jauh.
“Coba jangan bergerak terlalu banyak ya, Cal,” bisiknya pelan. Dia berharap Calista mendengar, meskipun matanya masih terpejam. Dia mengingat betapa pentingnya menjaga posisi yang aman bagi Calista dan bayi mereka.
Malam semakin larut, dan ketenangan menyelimuti rumah baru mereka. Kenneth mulai menyadari bahwa setiap malam akan ada perjuangan baru, tetapi itu semua sepadan untuk kebahagiaan keluarga kecil yang sedang mereka bangun. Dia siap untuk menghadapi setiap tantangan yang datang, termasuk tidur yang tidak nyenyak.
Akhirnya, Kenneth merasakan kelelahan mulai mengambil alih. Dia berusaha berdoa agar Calista dan bayi mereka selalu dalam lindungan. “Ya Tuhan, berikanlah kami kekuatan untuk melalui semua ini. Jaga mereka dalam setiap langkah kami,” doanya dalam hati.
Malam itu, Kenneth terlelap kembali, dengan satu tangan tetap berada di pinggang Calista. Dia merasa tenang, meskipun tubuhnya tidak sepenuhnya bebas untuk bergerak. Di dalam ketiduran, dia bermimpi tentang masa depan mereka, rumah penuh cinta dan tawa, di mana bayi mereka akan tumbuh dengan bahagia.
Sekali lagi, Kenneth terbangun, dan Calista kini telah kembali ke posisi awalnya, terbaring di sampingnya. Kenneth merasa lega, setidaknya kali ini, mereka berada dalam posisi yang lebih aman. Dia kembali menempelkan tubuhnya ke Calista, merasakan hangatnya, dan merasakan betapa berartinya momen ini.
Dia memandangi wajah Calista yang tampak damai, dan senyuman tak tertahan muncul di bibirnya. “Kalau ini yang harus aku lalui setiap malam, aku rela,” ucapnya dalam hati. Cinta Kenneth terhadap Calista semakin tumbuh seiring dengan pertumbuhan janin di dalam perutnya.
Malam yang panjang itu akhirnya berlalu, dan ketika fajar mulai menyingsing, Kenneth merasa beruntung. Meskipun ada tantangan yang harus dihadapi, dia tahu bahwa cinta dan komitmennya terhadap keluarga adalah segalanya. Kelelahan yang ia rasakan tidak ada artinya dibandingkan kebahagiaan yang akan mereka capai bersama.
Saat matahari mulai muncul, sinar lembutnya menyentuh wajah Calista, dan Kenneth tersenyum, bersyukur atas setiap momen yang mereka lewati bersama. Dia tahu, malam-malam berikutnya akan selalu penuh dengan tantangan, tetapi di situlah letak keindahan dalam sebuah pernikahan—memahami, mencintai, dan terus saling mendukung, tidak peduli seberapa sulitnya.
Dengan perasaan syukur dan cinta yang mendalam, Kenneth menantikan hari baru bersama Calista dan bayi mereka, siap untuk mengarungi semua yang akan datang.