"Aku mencintai Humairah, gadis cantik yang mempunyai suara indah dan merdu itu."
Shaka begitu bahagia saat kedua orangtuanya akan menjodohkannya dengan gadis yang dia kagumi. Dia merasa takdir benar-benar menyatukannya dengan Humairah, gadis sholeha, yang memiliki wajah cantik tersembunyi dan hanya dia yang beruntung mendapatkannya.
Gabungan: Sahabatku Ambang Pernikahanku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5
Shaka masuk ke dalam kelas dengan kacamata yang masih melekat di matanya.
Shaka berdehem, saat semua teman kelasnya menatap semua ke arahnya. Ia duduk dengan tenang.
Teman kelasnya heran, tiba-tiba banget cowok itu memakai kacamata?
"Ngapain lo pake kacamata?" tanya teman sebangku Shaka.
Shaka menoleh, dia tidak menjawab ucapan teman sebangkunya itu, dia memilih untuk merebahkan kepalanya di meja.
Hingga guru datang pun Shaka tak bangun-bangun. Guru pun mulai menegurnya, Shaka adalah murid di siplin, tidak mungkin melanggar peraturan kelas.
"Shaka, kenapa kamu?"
Shaka menoleh, mendapati gurunya.
"Bisulan bu matanya," celetuk Arvi.
Shaka melototkan matanya ke arah Arvi, walaupun Arvi tidak akan melihat sebab dia memakai kacamata.
"Benaran? Kenapa ke sekolah kalau kamu lagi sakit? Sana istirahat di uks aja, nak."
Begitulah jadi anak pintar, jadi kesayangan guru. Shaka tersenyum, dia berdiri dan berpamitan kepada gurunya untuk menuju uks.
"Bu, Arvi temani Shaka ya?" Arvi mengangkat tangannya.
"Tidak! Kamu di kelas."
Arvi mencibikkan bibirnya, kenapa dia begitu dibedakan dengan Shaka? Tapi emang sih Shaka orang pintar, beda dirinya sedikit bodoh, tapi enggak bodoh banget.
"Sialan Shaka, dia diizinin bolos jam pelajaran? Padahal dia tuh enggak sakit, cuma begadang tadi malam."
...----------------...
Shaka tak langsug ke uks, dia menuju kantin. Dia akan membeli minum lalu ke uks.
Shaka mengerutkan keningnya, melihat Humairah bersama dengan pedagang di kantin.
"Benaran kamu mau bikinin kue buat saya?" tanya mbak kantin.
Humairah mengangguk. "InsyaAllah, mbak."
"Yaudah besok kamu ikut saya ke rumah, kamu bikinnya di rumah."
"Baik mbak."
"Sana kembali ke kelasmu."
Humairah pun melangkah keluar kantin. Dia berpas-pasaan dengan Shaka.
Humairah melangkah melewati Shaka. Shaka pun merasa kesal kepada gadis itu, Shaka mendekati mbak kantin.
"Tadi mbak bicara apa sama cewek itu?" tanya Shaka tiba-tiba.
"Eh Shaka, tumben banget nanyain gadis, suka ya?" tanya mbak Kantin membuat Shaka menggeleng. "Tadi gadis itu, mau bantuin saya buat kue, nanti saya kasih upah."
Shaka mengangguk mengerti. Setelah membeli minuman dia meninggalkan kantin.
"Dia mau kerja?" gumam Shaka.
Pulang sekolah, Humairah menunggu di luar sekolah.
"Dari mana kamu dapat nomor?" tanya Shaka kepada kembarannya.
"Lo tadi nanya mulu tentang Humairah, naksir lo sama dia?" tanya Arvi memicingkan matanya.
"Enggak! Selera gue bukan kek dia."
"Oh kek Naya?" tanya Arvi menggoda.
"Ck lo enggak jelas banget." Shaka memilih menatap ke luar jendela mobil.
Arvi terkekeh, dia berhenti saat sudah berada agak jauh dari sekolah, menyuruh Humairah masuk ke dalam mobil.
"Gimana Ra hari ini?" tanya Arvi basa-basi.
"Enggak gimana-gimana," jawab Humairah.
"Lo enggak usah canggung gitu sama kita, kita serumah, kita nih udah bagaikan saudara, lo enggak usah malu-malu."
Humairah mengangguk.
"Iya."
Arvi terus mencari topik pembicaraan, agar suasana di mobil enggak tegang-tegang banget. Apalagi Shaka yang hanya diam.
Arvi tipe orang friendly, dia menyama ratakan sikapnya ke semua orang. Namun, sebagian orang terutama cewek menganggap perilaku Arvi itu tanda menyukai dirinya.
Mereka sampai di rumah. Dan tepat sekali Arika di rumah, menyambut mereka.
Humairah menyalami tangan Arika membuat Arika tersenyum.
"Gimana sekolahnya?" tanya Arika. "Ada yang buat kamu enggak nyaman?"
"Enggak kok tante," jawab Humairah. "Semuanya baik."
Arika mengangguk, dia menyuruh gadis itu untuk berganti pakaian.
Shaka yang melihat mommynya. Serasa ingin mengadu bahwa Humairah berniat untuk bekerja, tapi dia berpikir ngapain juga dia urusi gadis itu?
"Kok gue malah kepikiran terus sama tuh cewek sih?" tanya Shaka.
Pemuda itu menuju kamarnya untuk mengganti pakaian.
Dia jadi kesal pada dirinya sendiri, kenapa dia begitu kepo dengan hidup Humairah?
Shaka melepas dengan kasar sepatunya, lalu mengganti seragam sekolahnya ke pakaian biasa.
"Shaka ayo turun," teriak sang mommy membuat Shaka keluar dari kamarnya.
Sebelum turun, Shaka menatap ke kamar Humairah yang terbuka. Dia mengusap wajahnya kasar dan melangkah menurungi anak tangga.
"Kenapa mommy?"
"Tolong kamu bantu Humairah sana di taman, dia maksa mau nanam bunga. Kamu bantuin dia."
"Arvi aja, mom."
"Arvi mommy suruh ke kantor daddy kamu jemput Ainun di sana."
"Iya-iya." Shaka menuju taman belakang rumah.
Shaka melihat Humairah dengan serius menanam bunga di taman itu.
"Sini gue gali tanahnya," ucap Shaka tiba-tiba membuat Humairah menoleh.
Humairah memberikan sekopan kecil itu kepada Shaka, Shaka pun menggali tanah dan menarohnya di pot bunga, sedangkan Humairah bagian menanamnya.
"Aaaa." Humairah refleks berdiri dan bersembunyi di badan Shaka yang tengah berjongkok.
"Kenapa?" tanya Shaka.
"Semut."
Shaka ikutan berdiri, dia melihat kaki Humairah jadi merah-merah.
"Lo sih ngapain enggak pake sendal?" tanya Shaka.
Humairah duduk di kursi yang berada di taman itu, menggaruk kakinya yang gatal.
"Jangan di garuk bego," bentak Shaka.
Humairah hanya meringis, Shaka pun meninggalkannya sendiri di taman membuat Humairah mendengus kesal melihat lelaki itu.
Namun, dugaan Humairah salah, lelaki itu kembali membawa kotak p3k.
Humairah melihat Shaka memberi salep di kakinya dengan menggunakan handuk agar kulit mereka enggak bersentuhan.
"Kalau memer gini jangan di garuk, nanti bintik merahnya semakin menyebar," sahut Shaka.
Humairah hanya diam memperhatikan lelaki itu.
"Iya maaf."
Shaka hanya berdehem, setelah memberi salep. Shaka menyuruh Humairah memakai sendal dan masuk ke dalam rumah.
"Biar gue aja yang selesain, lo masuk ke dalam."
"Tapi..."
"Gue bilang masuk!"
Humairah menghela napas, dia pun melangkah masuk meninggalkan Shaka sendiri di taman.
"Cowok aneh, kadang perhatian kadang emosi." gumam Humairah.
"Kaki kamu kenapa, nak?" tanya Arika melihat Humairah.
"Enggak apa-apa tante, ini kaki Humairah cuma ke gigit semut."
"Aku ke kamar dulu ya, tan."
Arika mengangguk, Humairah pun menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, Humairah mencari ponselnya. Dia akan menelpon orang tuanya.
Dan beruntungnya, ternyata di kampung sedang ada jaringan jadi cepat di angkat telponnya.
"Asslamualaikum," ucap Humairah membuat uminya membalas salamnya.
"Walaikumsslam, nak. Gimana kabarmu di sana?" tanya sang umi begitu antusias.
"Orang-orang sini baik kok, umi. Tante Arika dan keluarganya juga baik."
"Alhamdulillah, umi sama Etta senang dengarnya."
Humairah sangat rindu kepada keduanya, padahal mereka berpisah baru tiga hari, tapi Humairah begitu kangen pelukan umi dan ettanya.
"Umi kangen sekali Aira sama umi dan Etta." Gadis itu sesengukan membuat kedua orang tuanya terkekeh di balik telpon.
"Nanti kalau selesai panen, insyaAllah, umi sana etta ke sana, nak."
"Betul?" tanya Humairah membuat kedua orangtuanya berdehem.
Humairah pun tersenyum, dia menghapus air matanya dan tak sabar orang tuanya datang mengunjunginya.