Cinta, apakah sungguh-sungguh ada di dunia ini, Zea nyaris tak percaya, menikah apakah akan menjadikan kebahagiaan? Zea pun nyaris tak percaya, pernikahan hanya pintu untuk seruntutan peristiwa yang memusingkan dan mengecewakan. Lelah berpikir tentang cinta, jodoh dan pernikahan Zea justru sibuk dengan berkebun dan berkuda, baginya hal ini lebih menyenangkan.
Namun siapa sangka hadirnya pemuda yang jauh dari usianya itu mampu mengacaukan pondasi dan perasaanya. Lalu bagaimana kah kisah selanjutnya? Akankah dirinya bisa merasakan indahnya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di kolam renang
"Astagfirullah. Allll, Bisa gak sih salam dulu? Jangan asal masuk! " Zea terkejut bukan kepalang saat keluar dari kolam renang belakang rumahnya, dirinya di kejutkan oleh kehadiran Al Jovano di rumahnya.
Zea memakai baju renang hijab, namun tetap saja baju yang basah membuat semua tercetak jelas, Zea buru-buru masuk kembali ke dalam kolam renang.
"Tunggu dulu di ruang tamu sana!" Kata Zea kesal.
"Ckkk apa sih, siapa suruh gak jawab, aku kan jadi kesini, bibi kemana juga sih? aku kan khawatir, tau gak aku capek memanggil berkali-kali, tapi tak ada orang sama sekali yang jawab. " Protes Al Jovano.
"Bu Asih pulang kampung sama Pak amad, udah sana dulu! malu ih! Dasar Bocah!" Teriak Zea semakin kesal.
"Ikut renang ya? boleh?" Tanya Al Jovano sambil nyengir.
"Kagak! Awas kolam ku tercemar nanti! " Teriak Zea mengusir Al Jovano dengan wajah malunya.
Al Jovano tergelak rasanya baru kali ini dirinya melihat wajah Zea se merona ini, Al Jovano bukanya pergi namun justru menatap wajah Zea dengan dalam.
"Zea" Ucap Al Jovano memanggil nama Zea yang masih bersembunyi di dalam air.
"Andai aku menolak beasiswa itu bagaimana?" Kata Al Jovano sendu.
"Kenapa lagi?" Tanya Zea, jujur mendapatkan beasiswa seperti itu tidak mudah mengapa Al Jovano ingin mundur pikirnya.
"Tidak melihatmu sehari rasanya aku tak bisa bernafas. " Kata Al Jovano parau.
"Ckkk, Kamu bisa aja tuh tidak melihat orang tuamu dalam beberapa hari, lalu kenapa aku yang bukan siapa-siapa kau risau kan?" Terang Zea mencoba membuka pikiran Al Jovano.
"Yakin deh. Seminggu di sana kamu akan lupa bagaimana perasaanmu padaku, di sana banyak wanita cantik." Kata Zea kemudian.
"Itu prasangkamu. Aku yakin aku akan sakit menahan rindu. " Kata Al Jovano menyanggah Zea, selalu Zea menganggap perasaan pada dirinya sebuah rasa yang semu.
Zea terdiam lalu masuk kedalam air dan berenang menjauh dari hadapan Al Jovano, Zea lelah jika harus berpikir tentang perasaan, meski saat ini hatinya sedang tidak baik-baik saja, namun Zea tak ingin semakin bodoh jika meyakini perasaan yang hadir tanpa inginnya itu.
Byurrrrr
"Allll! " Zea berteriak terkejut saat Al Jovano sudah melepas semua bajunya dan menyisakan celana pendek saja untuk masuk kedalam kolam renang Zea.
"Iiih, kamu ngapain masuk mana gak pakai baju. Kalau keluargaku datang lihat kita berdua di sini, mereka bisa salah paham tau!" Tegur Zea pada Al Jovano namun bukannya mendengar Al Jovano justru menikmati renangnya tanpa beban.
Andai di salah pahami saat ini dirinya justru bersyukur, Al Jovano justru berharap hal itu terjadi dan dirinya bisa seperti novel-novel yang dia baca dan cerita lain di film-film, bisa di paksa menikah karena di kira mesum.
Zea keluar dari kolam namun Al meraih kakinya hingga dirinya tercebur lagi, "Astaghfirullah. Al, Ckkk, jangan sentuh-sentuh! Haram pegang-pegang!" Tegur Zea pada Al Jovano.
Al Jovano menatap dalam wajah Zea lalu mengikis jarak membuat Zea semakin mundur, mendadak bulu kuduknya merinding saat melihat tatapan Al Jovano.
"Istighfar Al. Kamu jangan macem-macem! " Tegur Zea sambil mundur perlahan menghindari Al Jovano.
"Ayo kita halalkan biar ini tidak salah, Zee. Kamu anggap aku apa selama ini? " Tatap Al Jovano dalam.
Zea membeku jika di tanya dirinya juga tak tau, Zea tak pernah membalas perasaan Al Jovano, Zea juga tak pernah berkata iya saat Al mengajaknya berpacaran ataupun menikah.
"Cukup! Kamu sudah lepas kendali, pulanglah!" Zea mendorong Al Jovano lalu keluar dari kolam renang dan berlari meninggal Al Jovano, Zea menuju kamarnya.
***
✉️"Aku pulang. 🌷❤"
Pesan dari Al Jovano, Zea hanya membaca tanpa membalas, hatinya masih kesal pada bocah itu karena sudah mulai lancang terhadap dirinya.
✉️"Maaf. Aku lelah kau acuh kan."
Pesan dari Al Jovano lagi, Zea menarik nafas dalam dan membalas pesan Al Jovano, berharap bocah itu tidak berharap lagi padanya.
✉️"Kau ku anggap Adik, tolong jaga sikapmu. Maaf tak sesuai harapan. " Balas Zea.
✉️"Aku masih berharap." Balas Al Jovano lagi.
✉️"Besok aku berangkat, pukul 08.00 pagi. " Pesan Al Jovano lagi.
✉️"Pergi lah! hati-hati, Aku tak akan datang, jangan menunggu. " Balas Zea.
Zea mengintip dari kamarnya mobil Al Jovano masih di halaman rumahnya, Zea masih tak habis pikir dengan jalan cerita hidupnya. Bagaimana dirinya bisa begitu di cintai oleh brondong seperti Al Jovano.
Di mobil Al Jovano meraup wajahnya kesal dengan sikap Zea yang tak pernah berubah, wanita keras kepala yang begitu tega mengacuhkan perasaanya namun tak pernah menghindar dari dirinya dan perhatiannya.
Al Jovano memutar lagu yang sialnya justru mirip kisahnya saat ini, Al Jovano melaju meninggalkan rumah Zea dengan sejuta perasaan sedih dan kecewa.
Lelah ku mengharapmu.
Karena sampai saat ini
Kau tak juga menolehku
Jenuh ku mimpikanmu.
Karna kau hanya membisu
Bagaimana aku, bisa lewat
Jika keteduhan hatimu, menarik langkahku untuk selalu dan selalu di dekatmu
Bagaimana rasaku bisa berpindah, jika memandangmu hilanglah resah
Kini senja itu pergi
Ku terpejam dalam lelap lamunan yang kian hari merajai diri ini
Dan rasa ini tak dapat terbendung lagi
Ouw..... kembali ke Apakah kau rasa,
Ku Fikirkan ku dambakan
Kembali ke Kau yang aku fikirkan
Kau yang aku dambakan
Kau yang aku impikan
Kau yang aku impikan
Jika memandangmu hilanglah resah
Al Jovano mematikan musik itu, hatinya justru semakin tak karuan setelah mendengarkan lagu itu.
Sementara di kamar Zea menatap mobil yang melaju meninggalkan rumahnya dengan perasaan yang sesak, Zea bingung perasaan apa yang ada pada hatinya itu.
Zea tutup jendelanya lalu melangkah ke ranjang dan memeluk gulingnya, hatinya resah ada yang hilang dan sunyi di hatinya setelah Al Jovano pergi.
Zea bangkit lalu mengambil kunci mobilnya, tak ingin larut dalam perasaan yang tak karuan dirinya memilih menaiki Sanja kuda kesayangannya di Stable kuda miliknya.
Zea mengunci pintu rumah dan keluar dengan mobilnya, sampai di gerbang dirinya mengunci gerbang itu, kemudian kembali ke mobil dan melaju ke Zee Horse Stable, rumah belajar kuda yang dia kelola sendiri karena hobinya.
Sampai di sana Zea buang perasaanya dengan menunggangi Sanja, berlari dan melompat indah bersama Sanja kemudian Bang Iyan memberikan panah pesanannya saat Zea sudah berhenti.
Zea berjalan lagi bersama Sanja dan memanah kan panah pada papan yang tersedia, jika panah ini adalah perasaanya saat ini, Zea ingin rasa itu pergi hingga menyisakan lega tanpa sakit di hatinya.
***
Makasih yang sudah mampir di cerita Zea...
Jangan lupa like, komen dan Subscribe ya...
Semoga yang meninggalkan jejak selalu sehat dan di mudahkan semua urusannya... 🤲🤲🤗
Yang tidak meninggalkan jejak jangan lupa tetap harus meninggalkan jejaknya... 😁😁🙏🙏🙏