Sedang tahap REVISI
"Mari kita bercerai! Sesuai yang dituliskan di kontrak, kamu akan menceraikan aku setelah dua tahun."
Aillard tersenyum smirk, "Siapa yang akan mematuhi kontrak itu? Apakah kamu tidak tau bahwa pihak A bisa merubah isi kontrak sesuai keinginan mereka?"
Clarisse segera membalik kertas itu berulang-ulang kali, ketika dia menemukan bahwa ketentuan itu ada di dalam kontrak, wajahnya langsung memucat ketakutan.
Sial, dia telah ditipu.
***
Clarisse Edith van Leonore adalah seorang putri dari kerajaan Leonore. Kehidupannya sangat menderita hingga semua anggota kerajaan membencinya.
Di kehidupan sebelumnya dia meninggal karena dibunuh oleh pemberontak. Tidak puas dengan kematiannya yang tidak adil, Clarisse menggunakan pusaka klannya memutar balik waktu kembali ke dua tahun yang lalu.
Dia bertekad untuk mengubah takdirnya dengan cara menikahi Grand Duke yang terkenal kejam dan membalas dendam kepada orang yang telah menyakitinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KimHana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 2 - MENGULANG KEMBALI WAKTU
Perlahan ia menoleh ke belakang dan betapa terkejutnya dia ketika melihat siapa yang memanggilnya.
"Salam Yang mulia pangeran Kendrick." Clarisse membungkukkan tubuhnya lalu memberikan hormat standar pelayan. Dia tidak lupa saat ini, ia adalah seorang pelayan yang sedang menyamar.
"Pangeran." Laki-laki itu mengernyitkan dahinya mendengar panggilan wanita itu terhadap dirinya. Wajahnya tertutup jelaga dan pakaiannya ternoda darah yang membuat dia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
Lalu setelah di amati dengan cermat, dia menyadari ada yang aneh dari wanita ini. Rambutnya berwarna pirang platinum tidak bisa di tutupi oleh noda yang melekat di wajahnya.
"Tangkap pelayan itu!" Mendengar nada suara tanpa emosi itu membuat Clarisse mendongakkan kepalanya kaget, ia tidak mengerti kenapa dia bisa di tangkap.
"Lepas..lepas." Clarisse berteriak panik melihat para prajurit membawa paksa dirinya. "Apa salah saya, Pangeran?" ujar Clarisse tidak tahan lagi. Ia memandang Kendrick dengan amarah berharap bisa membunuh Kendrick ribuan kali.
"Salahmu?" Kendrick terkekeh kecil mendengar perkataan Clarisse, lalu dengan dingin dia menjawab, "Panggilanmu."
"Panggilan." Clarisse bergumam sambil memandang Kendrick dengan linglung. Tiba-tiba dia teringat sesuatu yang membuat ia membelalakkan matanya ketakutan. Ia menatap Kendrick dengan gugup sambil menyembunyikan tangannya yang gemetar.
"Kurasa kamu sudah tau." Kendrick terkekeh sambil menunjuk tangan kanan Clarisse yang gemetar. Menyadari pandangan pangeran Kendrick terhadap tangannya, Clarisse refleks menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya.
"Bawa dia!"
Clarisse dengan cepat di seret ke aula kerajaan. Ini sia-sia. Anne sudah bersusah payah mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya, namun hanya karena mulutnya yang ceroboh semuanya menjadi hancur berantakan.
Anne pasti mengutuknya ketika tau ini terjadi. Clarisse terkekeh kecil ketika membayangkan mulut Anne yang cemberut dengan penuh semangat mengutuknya.
"Apa dia gila?" prajurit itu bertanya kepada rekan di sebelahnya yang hanya di respon gelengan kepala.
"Sudah, ikuti saja intruksi Yang mulia sebelum Yang mulia memenggal kepala kita."
Prajurit itu membelalakkan matanya ketakutan lalu dengan cepat menyusul Kendrick yang sudah berjalan di depan.
Baamm......
Clarisse terhempas di lantai yang membuat dia langsung mengaduh kesakitan. Ia mendongak menatap Kendrick yang sedang menatapnya tanpa emosi.
"Putri Clarisse, pilih sendiri bagaimana kematianmu! Karena kamu sudah menyelamatkanku sekali, aku dengan berbaik hati membiarkan kamu memilih kematianmu sendiri." Kendrick mengeluarkan sebotol racun yang berada di sakunya lalu mengambil pedang yang berada di pinggangnya, setelah itu ia meletakkannya di depan Clarisse.
".........." Mata Clarisse terbelalak mendengar perkataan Kendrick. Ia beringsut mundur mencoba menjauh dari pemuda yang sudah yang membantai keluarganya ini.
Kendrick terkekeh kecil melihat reaksi Clarissse yang ketakutan. Seolah-olah dia dalam suasana hati yang baik, dengan riang dia berkata, "Kenapa? Terkejut?" tanyanya gembira. Ia melangkah mendekati Clarisse lalu menjambak rambutnya dengan kuat.
"Aaaaahh... Aaaaaaah..." Clarisse berteriak kesakitan ketika merasakan kulit kepalanya ikut ketarik karena perbuatan Kendrick.
"Lain kali warnai juga rambutmu sebelum melarikan diri." Itu saran yang ramah namun itu terdengar seperti nasihat kematian. Siapa yang tidak tau kalau rambut pirang platinum adalah simbol kerajaan Leonore. Semua anggota kerajaan pasti memilikinya termasuk putri Clarisse yang merupakan salah satu anak raja.
Perlahan Kendrick melepaskan tangannya dari rambut Clarisse lalu berjalan sejauh dua langkah darinya. Ia bersedekap sambil memandang perempuan di depannya dengan dingin. "Cepat pilih! Aku tidak punya waktu untuk melihat hal-hal yang tidak berguna."
Bibir Clarisse bergetar menghadapi bayangan kematian yang menyerbu dirinya. Ia sekarang menyesal kenapa menyelamatkan laki-laki ini. Seharusnya ia membiarkannya mati saja tenggelam di dalam danau yang mengerikan itu.
Kendrick tersenyum senang melihat Clarisse yang gemetar lalu dengan ramah berkata, "Saranku, lebih baik kamu menggunakan pedang ini. Ini sangat tajam sehingga membuatmu tidak akan merasakan sakit." ujarnya sambil menyerahkan pedang itu kepada Clarisse.
"Aku jamin kamu pasti akan langsung ke surga." sambungnya seolah-olah dia malaikat yang baik hati.
"........" Clarisse terpaksa mengambilnya dengan tangan gemetar.
"Pegang yang baik! Kalau kamu terus bergetar seperti ini, kamu pasti akan kesakitan." kata Kendrick sambil membungkuk meletakkan pedang itu di tangan Clarisse.
Raut wajah Clarisse sangat pucat hingga ia tidak mempunyai aliran darah mengalir di wajahnya. Ia memejamkan mata sambil menggenggam kalung yang berada di lehernya. Ini harus berhasil. Dia meyakinkan dirinya ketika mengingat nasihat ibunya ketika menggunakan kalung ini.
Benda yang berada di lehernya merupakan peninggalan ibunya yang merupakan artefak suku Regen. Ibunya merupakan keturunan suku Regen, suku yang hidup di pedalaman hutan timur. Tidak ada yang mengetahui mereka masih hidup karena mereka sangat memisahkan dirinya dari dunia luar. Ibunya sendiri kabur dari kakeknya sampai dia bertemu kaisar dan melahirkan dirinya.
Untuk pertama kalinya dia menggunakan benda ini walaupun dia harus menanggung konsekuensi yang sangat fatal.
Perlahan Clarisse mendekatkan pedang itu ke lehernya, lalu dengan cepat meng*****nya. Gerakan itu tidak ragu-ragu, karena dia tau jika dia ragu-ragu dia pasti akan merasakan sakit. Namun walaupun begitu, ia masih bisa merasakan sensasi dagingnya yang terkoyak karena pedang.
Ia memejamkan mata merasakan darah menyembur keluar dari lehernya bak air mancur. Perlahan tapi pasti ia merasakan kesadarannya mulai kabur dan kegelapan menelannya sepenuhnya. Satu hal yang tidak Clarisse ketahui, cahaya terang mulai bersinar dari kalungnya lalu menyelimuti tempat itu.
...****************...
"Yang mulia, bangunlah!" Anne menggoyang-goyangkan tubuh Clarisse sambil menarik nafas jengkel. Ini sudah sangat siang hingga Anne curiga apakah tuannya sedang tidur atau pingsan. Sudah berulang-ulang kali dia memanggilnya, namun dia tidak kunjung bangun. Dia mulai khawatir apakah tuannya jatuh sakit.
Sepertinya dia juga bermimpi buruk karena dalam tidurnya dia terus gelisah dan berkeringat dingin. Namun tidak ada waktu lagi untuk memikirkan semua itu, karena kepala pelayan permaisuri sebentar lagi akan datang kesini.
Anne mulai cemas jika tuannya tidak kunjung bangun, hukuman untuk dirinya akan bertambah berkali-kali lipat.
"Yang mulia, anda harus bangun!" kata Anne sekali lagi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Clarisse dengan lebih kuat. Lama kelamaan netra biru muda itu terbuka dengan sendirinya yang membuat Anne menghela nafas lega.
"Huft." Anne menepuk dadanya menenangkan detak jantungnya yang tidak beraturan, namun setelah itu kekhawatiran melanda dirinya dalam sekejap, "Yang mulia, ada yang terjadi denganmu? Aku sudah mencoba membangunkan mu berkali-kali, namun anda tidak kunjung bangun. Apakah anda sakit?" ujarnya dengan tatapan khawatirnya yang tidak bisa dia sembunyikan.
Clarisse mengerjapkan matanya menatap Anne dengan bingung. Apakah ini surga? Karena dia melihat Anne berdiri sehat di hadapannya.