NovelToon NovelToon
One Day With You

One Day With You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Playboy / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:15.6k
Nilai: 5
Nama Author: IamLovelyvi

Baron adalah mimpi buruk di mata Evelyn sejak pertama kali mereka bertemu. Berharap tidak bertemu lagi dengan Baron, namun takdir berkata tidak. Bagaimana mungkin Evelyn tidak trauma, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Baron bercinta dengan pacarnya. Lalu bagaimana jadinya Evelyn malah terikat dengan Baron seumur hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IamLovelyvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 35

Berita kehancuran sebuah perusahaan raksasa di negara bagian Eropa mulai bermunculan di berbagai media. Devano Rodriguez menjadi sorotan publik sebagai pewaris yang muncul tiba-tiba. Pria itu dianggap sebagai pembawa sial, karena setelah mengambil alih perusahaan, D'Corps Company tiba-tiba jatuh. Banyak opini publik yang menghujat Devano habis-habisan.

Evelyn menonton berita utama di berbagai chanel televisi. Wajah Devano dan ayahnya terpampang di sana, pemilik dan pewaris perusahaan yang telah diambang kehancuran. Gadis itu menyimak berita yang disampaikan, ia menyayangkan kebangkrutan Devano. Gadis itu menatap dengan nanar, harapannya yang digantung pada Devano telah pupus.

Namun, kening Evelyn berkerut ketika pembawa berita menyebutkan perusahaan Badger telah mengakuisisi perusahaan milik Devano. Gadis itu merasa ada yang janggal dengan berita besar ini. D'Corps Company adalah perusahaan terkuat, sangat mengherankan ketika perusahaan itu tiba-tiba mengalami krisis seperti saat ini. Apalagi setelah mendengar keterlibatan perusahaan Badger yang dipimpin oleh Peter dan Baron menimbulkan kecurigaan dalam benak Evelyn.

Evelyn menghela nafas panjang saat menyadari dirinya telah ketahuan oleh Baron. Pria itu benar-benar tidak melepas pengawasan terhadapnya. Evelyn ingin marah, tapi tidak ada gunanya. Hasil dari kemarahannya adalah sia-sia karena Baron pasti akan selalu menekannnya dan merenggut kebebasannya.

Evelyn mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Devano. "Halo Pak Devano." sapa Evelyn begitu panggilan terhubung. Tidak ada sahutan dari sana membuat Evelyn berpikir Devano sedang kalut. "Aku baru saja mendengar berita di televisi. Apakah kau baik-baik saja?" cecar Evelyn.

"Dari pada mencemaskan orang lain, lebih baik cemaskan dirimu sendiri, Nona Lawrence." bukan suara Devano, melainkan sebuah suara yang terdengar suram dan penuh ancaman yang terdengar familiar di telinga Evelyn. Baron, satu nama yang terpatri di kepalanya setelah mendengar suara itu.

"Baron?" gumam Evelyn. Kecurigaannya telah terbuktikan.

"Ya, ini aku Evelyn Lawrence."

...----------------...

Pintu kamar Evelyn terbuka ketika ia sedang melamun di tepi ranjangnya. Ia sudah menebak bahwa Baron yang datang ke kamarnya. Pria itu masih memakai pakaian kerjanya namun sudah acak-acakan. Ia melempar tas kerjanya di atas sofa, pertanda pria itu langsung ke kamarnya begitu sampai di rumah.

Ia masih belum bicara sama sekali. Dengan santai ia menyelipkan sebatang rokok di antara bibirnya lalu memantik api di tembakau tersebut. Kepulan asap menguar di antara mereka membuat Evelyn terbatuk karena Baron sengaja menghembus asap rokok di wajahnya. Baron memindai wajah Evelyn yang tegang dan dipenuhi kemarahan. Ia dapat merasakan makian gadis itu melalui ekspresi wajahnya. Ia tersenyum puas, terasa menyenangkan melihat Evelyn selalu berusaha menantang dirinya. Gadis itu begitu gigih meski tahu tidak akan pernah berhasil.

Baron kemudian duduk bersandar di sofa, lalu menepuk pahanya untuk memberi isyarat agar Evelyn duduk di sana. "Kemarilah." perintah pria itu sambil menyelipkan rokoknya di antara jari tengah dan telunjuknya.

Evelyn tidak menurut, justru semakin menantang pria itu. "Dimana Pak Devano?" pertanyaan yang justru membuat emosi Baron tersulut. Pria itu sangat benci ketika Evelyn menyebut nama pria lain di depannya. Saat Evelyn berusaha menghubungi Devano untuk menanyakan kabarnya hampir membuatnya berencana menghabisi nyawa Devano.

"Berhenti membahas bedebah itu dan turuti perintahku!" Baron menggeram marah.

Semakin Baron mengintimidasi dirinya, semakin besar gadis itu memberontak "Tidak mau! Cepat katakan dimana Pak Devano! Dia tidak bersalah, aku yang membuatnya terlibat dalam hal ini." cecar Evelyn.

Baron tidak tahan menahan emosinya. Hatinya sangat panas mendengar Evelyn lebih memikirkan pria lain. Ia menekan ujung rokoknya yang merah ke meja kaca sehingga padam. Dengan langkah cepat menghampiri Evelyn dan meraih rahangnya, menekan kuat membuat Evelyn kesakitan.

Di mata Baron sangat jelas amarah yang terbakar. Kuku pria itu menancap di pipi Evelyn dan terasa menyakitkan. "Sekali lagi mulutmu menyebut pria lain di depanku, aku akan membuatmu menyesal!"

Suara Baron yang keras dan belum pernah ia dengar sebelumnya membuat Evelyn ketakutan. Kali ini ia tidak mengenali Baron. Biasanya pria itu mengancam dengan seringaian licik dan tawa mengejek yang selalu membuatnya merasa jengkel. Namun sekarang Baron seperti singa yang hendak mengoyak mangsanya.

Air mata Evelyn lolos begitu saja mengaliri pipinya. Tubuhnya bergetar hebat ketika melihat mata Baron yang menyala. "Kau sangat kepala Evelyn. Aku sudah mengingatkanmu berulang kali tapi kau menganggap remeh peringatanku. Lihat saja, aku benar-benar akan membuatmu jera!" suara Baron penuh ancaman.

Baron masih belum melepaskan tangannya, bahkan cengkramannya semakin kuat membuat kulit pipi Evelyn mati rasa. "Tidak hanya Devano, aku juga akan menghancurkan keluargamu satu per satu. Lihat saja dalam waktu dekat kau akan melihat kehancuran perusahaan keluargamu." tegas pria itu sambil melepaskan tangannya dengan sedikit dorongan membuat Evelyn terhuyung di atas tempat tidur.

Evelyn tidak menyangka Baron berani menyentuh keluarganya. "Apa katamu? Keluargaku?" air matanya tidak terkendali lagi.

"Ya dan aku tidak main-main dengan ucapanku. Aku akan memberimu pelajaran dengan hancurnya keluargamu, mungkin dengan begitu kau akan jera dan menurut padaku."

Dalam sekejap Evelyn diliputi penyesalan. Hanya karena keinginannya banyak orang menjadi korban. Harusnya ia tidak melibatkan orang lain dalam masalahnya.

Gadis itu tiba-tiba bersimpuh di depan Baron dan mengatupkan tangannya seolah memohon "Baiklah, aku berjanji akan menuruti semua perintahmu. Aku tidak akan berusaha melarikan diri darimu lagi. Tapi tolong jangan sentuh keluargaku dan kembalikan perusahaan Pak Devano seperti dulu." Evelyn menengadah sambil berurai air mata bagaikan anak kecil yang merindukan ibunya.

Baron tersenyum miris karena Evelyn masih saja memikirkan Devano. "Aku tidak bisa. Perbuatanmu terlalu fatal kali ini. Sejak awal aku sudah mengetahui perbuatanmu di belakangku, tapi aku memilih diam karena masih berharap kau mengubah pemikiranmu dan memilih tunduk padaku. Dan kesabaranku sudah habis, aku tidak bisa berhenti hanya karena tangisanmu itu." kini suara dan wajah Baron menjadi dingin.

Pria itu duduk kembali di sofa sambil menyalakan rokoknya lagi, tidak peduli dengan perasaan Evelyn sama sekali.

"Baron, Mama Ellen sedang sakit, jika kau menghancurkan mereka, bagaimana perasaannya nanti." Evelyn menangis pilu, terduduk di lantai yang dingin seperti orang putus asa.

Baron tersenyum ironi karena Evelyn menangisi orang yang tidak pantas ditangisi. Tidakkah gadis ini tahu orang yang merawatnya selama ini adalah manusia paling kejam yang merenggut nyawa ibu kandungnya? Evelyn terlalu polos sehingga tertipu oleh topeng palsu Charles dan Ellen. Dan malah menganggap dirinya penjahat yang sebenarnya adalah sandaran hidupnya kelak. Evelyn akan menyadarinya saat tahu bahwa semua kebenarannya.

1
Km Manik
kak belum ada lanjutanya y
Km Manik
kak kok belum ada lanjutanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!