NovelToon NovelToon
Suami Kontrak Miss Perfeksionist

Suami Kontrak Miss Perfeksionist

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fafafe 3

"Menikahlah denganku, maka akan kutanggung semua kebutuhanmu!"

Karina Anastasya harus terjebak dengan keputusan pengacara keluarganya, gadis sebatang kara itu adalah pewaris tunggal aset keluarga yang sudah diamanatkan untuknya.
Karina harus menikah terlebih dahulu sebagai syarat agar semua warisannya jatuh kepadanya. Hingga pada suatu malam ia bertemu dengan Raditya Pandu, seorang Bartender sebuah club yang akan mengubah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafafe 3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tekanan yang Semakin Berat

Langit tampak mendung, seolah-olah menggambarkan suasana hati Pandu. Dia berdiri di depan rumah sakit, memandang pintu besar yang sering ia kunjungi. Kini, setiap kali ia melangkah masuk, tekanan yang dirasakan semakin berat. Ia tahu apa yang akan terjadi di dalam, tuntutan, harapan, dan rasa kecewa yang tergantung pada bahunya seperti batu yang kian memberat.

Saat ia membuka pintu, ayahnya, Pak Darma, sudah menunggu, duduk dengan tangan disilangkan di depan dada, wajahnya tegang. Tak ada sapaan hangat, hanya tatapan yang penuh tuntutan.

"Pandu. Sudah waktunya kita bicara serius," suara ayahnya terdengar berat, langsung menuju pokok pembicaraan.

Pandu menghela napas pelan, bersiap menghadapi pembicaraan yang sudah ia duga akan berjalan sulit.

"Apa yang perlu dibicarakan, Pa?" tanya Pandu, mencoba terdengar tenang. Ia tahu ini akan mengenai bisnis, sesuatu yang selalu menjadi sumber konflik.

Pak Darma berdiri, berjalan mondar-mandir di depan Pandu. "Ibumu semakin parah, dan perusahaan membutuhkanmu lebih dari sebelumnya. Aku tak bisa lagi menjalankan semuanya sendiri. Kamu adalah pewaris bisnis ini, Pandu. Kamu tidak bisa terus mengabaikan tanggung jawabmu. Mulai sekarang, kamu harus lebih banyak menghabiskan waktu di sini, fokus pada perusahaan."

Pandu merasa kepalanya berdenyut. Ia menatap ayahnya, matanya penuh kebingungan. "Aku tidak mengabaikan tanggung jawabku, Pa. Tapi aku juga punya kewajiban pada Karin. Dia sedang berjuang melawan OCD, dan dia butuh aku di sisinya."

Ayahnya menghentikan langkahnya, menatap Pandu dengan tatapan dingin. "Perusahaan ini lebih dari sekedar tanggung jawab, Pandu. Ini warisan keluarga kita. Kamu tidak bisa begitu saja melepaskannya hanya karena masalah pribadi."

Pandu merasa emosinya memuncak. "Ini bukan masalah pribadi, Ayah! Ini soal Karin, istri aku! Dia sedang berjuang, dan aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja demi perusahaan."

Pak Darma mendengus. "Setiap orang punya masalah, Pandu. Tapi bisnis ini... jika kamu tidak mengambil alih, kita akan kehilangan semuanya. Apa kamu mau menanggung akibatnya?"

Ada keheningan yang panjang, sementara Pandu merasakan tekanan semakin menekan dadanya. Di dalam dirinya, ada dua dunia yang berseteru, kesetiaannya pada keluarga dan komitmennya pada Karin.

"Aku sudah memikirkannya, Pa," ujar Pandu, akhirnya mengumpulkan keberanian. "Aku tidak bisa sepenuhnya menyerahkan hidupku untuk bisnis keluarga. Aku harus ada untuk Karin. Dia tidak bisa menghadapinya sendirian."

Pak Darma terdiam sejenak, sebelum suaranya terdengar lebih tegas. "Kalau begitu, jangan harap kamu bisa kembali ke perusahaan ini. Jika kamu memilih untuk bersama istrimu, kamu harus siap menerima konsekuensinya. Kami membutuhkanmu di sini. Jika kamu tidak bisa berkomitmen penuh, maka perusahaan ini akan jatuh ke tangan orang lain."

Kata-kata ayahnya bagaikan hantaman keras bagi Pandu, membuat pikirannya semakin kacau. Namun, sebelum ia bisa merespons, suara lembut terdengar dari ujung ruangan.

"Izinkan aku bicara," ucap ibunya yang terbaring di brankar, terlihat semakin lemah. Ibu Pandu, meski tampak lemah fisik, suaranya tetap tenang dan penuh pengertian.

Pandu mendekat, menggenggam tangan ibunya yang kurus dan lemah. "Ma..."

Ibu Pandu menatap Pandu dengan senyuman kecil. "Pandu, aku tahu kamu berada di persimpangan yang sulit. Tapi percayalah, kamu melakukan hal yang benar. Jangan pernah meninggalkan Karin. Dia butuh kamu, dan aku... aku hanya ingin melihatmu bahagia."

Pak Darma terlihat tidak percaya dengan kata-kata istrinya, tapi ia diam, membiarkan pernyataan itu memenuhi ruangan.

"Aku tidak ingin perusahaan ini menjadi beban yang menghancurkan kebahagiaanmu. Kamu boleh menjalani apa pun yang kamu anggap benar, selama kamu yakin dengan hatimu," lanjut ibunya dengan suara lemah, tapi penuh kehangatan.

Pandu merasa lega mendengar dukungan ibunya, meskipun tekanan dari ayahnya masih menggantung berat.

"Papamu mungkin kecewa," ibunya melirik Pak Darma sejenak, "tapi ini hidupmu. Pilihanmu. Jangan sampai kamu kehilangan Karin hanya karena tanggung jawab yang bisa kita atur bersama."

Pandu menunduk, merasakan air mata menggenang di matanya. Ia mencium tangan ibunya dengan penuh rasa syukur, berterima kasih atas dukungannya. Namun, ketegangan di udara tetap terasa tebal.

Ayahnya berdeham, jelas masih tidak setuju, tapi sebelum dia sempat mengatakan apa-apa lagi, telepon Pandu berdering. Pandu mengerutkan kening dan melihat layar ponselnya. Itu telepon dari Karin.

Dia mengangkatnya dengan cepat. "Karin, ada apa?"

Di ujung telepon, terdengar suara Karin yang panik dan gemetar. "Pandu, aku... aku butuh kamu sekarang. Sesuatu terjadi... aku merasa tidak bisa mengendalikannya lagi."

Pandu langsung berdiri, wajahnya berubah cemas. "Aku akan segera ke sana, Karin. Tenang, aku akan segera pulang."

Setelah menutup telepon, Pandu menatap kedua orang tuanya dengan tatapan yang penuh rasa bersalah dan kebingungan.

"Aku harus pergi," katanya singkat, sebelum buru-buru menuju pintu. Namun, sebelum ia melangkah keluar, ayahnya memanggilnya.

"Pandu, ini belum selesai," kata Pak Darma dengan nada tajam. "Kamu harus segera membuat keputusan. Jangan biarkan keluarga ini menunggu."

Pandu berhenti sejenak di pintu, menoleh ke belakang, dan dengan suara berat berkata, "Aku akan kembali setelah memastikan Karin baik-baik saja."

Pandu bergegas keluar rumah, sementara di dalam, ayahnya terlihat semakin tegang dan ibunya hanya bisa menatap penuh harapan. Apakah Pandu akan tiba tepat waktu untuk menenangkan Karin? Dan apa keputusan yang akan diambilnya setelah semua tekanan ini memuncak?

1
Gus Surani26
seru nih
Gus Surani26
wahhh, kira2 gmn ya cara mereka melakukan nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!