Dokter yang hampir dipecat tiba tiba mendapatkan kemampuan supranatural, setelah Jason mendapatkan kemampuan itu, dia tidak hanya mengetahui penyakit pasien dengan akurat tapi dia juga bisa melakukan operasi besar dan operasi kecil setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon azmya cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34
"Astaga. Bos Jayden bagaimana kalau kamu tanya? Aku penasaran sekali."
Jayden menatap ponselnya dengan kaget, jangan bilang ternyata memang Jason. Lalu Jayden berjalan menghampiri meja kerja Dokter Elan.
Disana terlihat Dokter Elan sedang berdiskusi dengan Dokter Tirta, Dokter Elan terkejut melihat kedatangan Jayden tiba tiba muncul.
"Kenapa denganmu? Ada apa?"
"Dokter Elan, bukannya dokter magang yang melakukan operasi arteri koroner torakoskopi dengan dokter hari itu .. Juga datang untuk menghadiri seminar?
"Memangnya kenapa? Namanya Jason, apa kalian saling kenal?"
"Ada teman sekelasku yang namanya Jason, dia juga bilang melakukan operasi itu bersama dengan Dokter."
"Haha Jason yang melakukan operasi denganku itu seorang dokter genius, tidak mungkin setiap anak yang bernama Jason itu genius, tahu? Siapa sih teman sekelas mu itu, coba aku mau lihat muka nya seperti apa. Jangan asal percaya bualan nya. Jason yang melakukan operasi denganku itu tidak bisa di bandingkan dengan orang biasa."
Jayden mengangguk setuju "Betul, sudah ku bilang pasti bukan dia, tapi dia malah memintaku untuk bertanya pada Dokter." sambil memperlihatkan whatsapp Jason.
Tepat pada saat itu Dokter Elan melihat foto profil Jason "Eh tunggu, tunggu."
"Kenapa Dokter Elan? Aku lagi mencari foto buat ditunjukkan kepada Dokter."
Ekspresi Elan tampak terkejut "Tunggu dulu, kenapa foto profil bernama Jason itu sama dengan foto Jason di ponselku?"
"Hah?" Jayden dan Dokter Elan sontak saling pandang.
"Dia teman sekelasku." Jayden menunjuk ke arah foto profil yang terpampang dilayar ponselnya.
Dokter Elan buru buru mengambil ponsel Jayden, foto profilnya sama bahkan nomor nya pun sama.
Dokter Elan menepuk bahu Jayden "Haha ternyata kamu kenal Jason, apa kalian berteman? Bagus sekali. Bagaimana kalau kamu bantu bujuk Jason untuk pindah ke rumah sakit ini?"
Jayden sontak terdiam, lalu menyunggingkan senyuman kaku "Maaf, Dokter aku tidak begitu kenal dengan Jason."
Setelah itu Jayden langsung meninggalkan ruangan Dokter Elan. Kebetulan sekali Lany yang berada di depan pintu mendengar semua percakapan barusan, ternyata benar Jason yang melakukan operasi itu dengan Dokter Elan.
Perasaan Lany langsung menjadi campur aduk, rasanya dia baru saja kehilangan sesuatu yang sangat besar.
Saat Jayden membuka pintu ia melihat Lany sedang melamun, "Kamu sedang memikirkan apa?"
"Aku? Bukan apa apa, aku cuma kaget saja ternyata memang benar Jason yang melakukan nya."
Beberapa saat kemudian ponselnya kembali berdering ada yang mengirim pesan di grup.
"@Jason, terima kasih banyak. Aku sudah menemukan penyebabnya dan sudah memberitahukan kepada guruku. Pasien itu sudah diberikan pengobatan sesuai prosedur peradangan alveoli akibat alergi. Pasti sebentar lagi ada efeknya."
"Sama sama."
"Kamu hebat sekali, Jason. Guru ku kaget waktu aku beri tahu bahwa yang menganalisis penyebab penyakit pasien ini adalah temanku. Beliau bilang ternyata murid bodoh sepertiku punya teman secerdas itu."
"@Jayden, kamu sudah bertanya belum pada Direktur mu? Apa katanya?"
Lany yang berada di sebelah Jayden pun langsung mengetik pesan "Ya, Dokter Elan bilang memang benar Dokter magang itu teman kita, Jason."
"Ya ampun. Benarkah?"
"Sungguhan?"
"Astaga, hebat sekali."
"Kamu luar biasa, Jason."
Semua temannya Jason kagum terhadapnya, hanya tidak bertemu setahun dia sudah sehebat itu.
Jason hanya membaca pujian pujian itu, lalu menyimpan ponselnya lagi dan kembali bekerja.
Sementara di rumah sakit sebelah baru saja ada pasien masuk UGD. "Cepat, bawa donor plasma kesini. Telepon PMI, minta mereka siapkan darah utuh, sel darah merah dan plasma."
Pasien kali ini adalah seorang anak perempuan berusia kurang lebih delapan tahun, jika dilihat dari noda di tubuhnya sepertinya habis mengalami kecelakaan. Jika diperhatikan ke bawah, ternyata betis kanan anak itu sudah hilang. Napasnya begitu cepat wajahnya pucat.
"Pasien terlibat dalam kecelakaan mobil, betis kanannya putus. Ini betisnya."
"Ibunya ada di ambulance, mereka berdua menyebrang jalan menggunakan motor listrik lalu tertabrak mobil. Ibunya mungkin mengalami pneumotoraks trauma. Betis putrinya putus, dia juga mengalami syok akibat pendarahan yang parah. Aku tidak tahu apa ada organ dalam yang terluka tapi segera lah berikan dia penanganan dan selamatkan nyawanya."
Dokter Zaki menangani anak perempuan itu, melihat tekanan darahnya telah sedikit pulih ia merasa sedikit lega, akhirnya anak itu bisa selamat. Hanya saja melihat kakinya ini...
Dokter Zaki juga mempunyai seorang anak perempuan dia sangat berharap dokter ahli ortopedi bisa menyambungkannya.
Tak lama kemudian datanglah Dokter Yongki dari departemen bedah ortopedi. Dia berjalan ke sisi tempat tidur kemudian dia mengerutkan kening dan bertanya "Apa kakinya sudah di rontgen?"
Lalu Dokter Zaki menyerahkan hasil rontgen, totalnya ada dua hasil yang satu terputus di ujung proksimal dan satu lagi di ujung distal. Artinya kedua bagian betis ini semuanya hancur. Ini hanya masalah di tulang saja.
Pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya belum diperiksa. Sementara hasil ibunya hanya mengalami pneumotoraks trauma, ditambah memar di jaringan lunaknya.
Hal pertama yang dia lakukan ketika dia sadar adalah mencari putrinya. "Caca, kamu dimana?"
"Bu tenang saja, putri ibu sedang bersama dokter. Dia sedang diperiksa sekarang."
"Bu bagaimana keadaan putriku? Apa dia baik baik saja?"
"Tidak apa apa, saat ini putri ibu sudah melewati masa kritisnya. Ibu jangan panik ya."
"Oh iya ibu bisa menghubungi pihak keluarga dulu untuk membantu ibu menyelesaikan prosedur biaya nya. Ibu dan putri ibu akan menjalani operasi jadi perlu anggota keluarga untuk menandatangani nya."
Sementara diruangan lain terdengar suara tangisan pilu seorang anak, awalnya dia setengah pingsan namun terbangun karena rasa sakit saat perbannya dibuka.
Mendengar tangisan ini, wanita itu berontak untuk bangun. Namun perawat menghentikan nya "Ibu sendiri terluka, jangan bergerak dulu, dadamu masih ada selang. Hati hati."
"Tapi aku ingin melihat putriku, aku ingin melihatnya sebentar saja."
Perawat itu tampak serba salah dan berkata "Kaki kanan putri ibu patah, sekarang dokter sedang memeriksanya. Jangan ganggu pemeriksaan dokter, beritahu anggota dulu agar bisa menandatangani persetujuan operasi nanti."
Barulah wanita itu menelepon anggota keluarganya untuk datang ke rumah sakit.
Sementara diruangan anak perempuan masih menangis karena kesakitan, kedua perawat itu dengan lembut menekan tangannya dan menenangkan nya.
"Jangan menangis nak, tahan sedikit ya dokter sedang memeriksa mu, nurut ya."
"Huhu huhu sakit, sakit sekali."
"Kita suntik pereda rasa sakit dulu."
Anak itu sudah mulai pulih dari syok, kesadaran sudah lebih terjaga juga. Orang dewasa saja mungkin tidak sanggup menanggung rasa seperti ini, apalagi anak kecil.
"Bawa tourniquet itu dan letakkan di paha kanan." lanjut Dokter Yongki
"Baik."
Selesai memeriksa ujung proksimal dari ekstremitas yang patah. Lalu melihat lagi ujung distal dari jari yang terputus. Betis yang ramping dan pucat di letakkan diatas meja operasi.
Dokter Yongki dan dua asisten nya dengan cermat mengamati seluruh betis. Kedua asisten pun menggelengkan kepalanya.
Ekspresi Dokter Yongki tidak lebih baik. Fraktur remuk bubuk kemungkinan besar harus amputasi.
Akan tetapi gadis ini masih terlalu kecil, kehidupannya baru saja dimulai Dokter Yongki tidak tega.
update yg banyak ya