"Mari kita bercerai, Kakak kembar mu sudah kembali." Elmer berucap dengan nada dingin.
Wanita itu meremas tespack yang ia pegang, sebuah kado yang ingin berikan, ternyata dirinyalah yang mendapatkan kado terindah dari suami tercintanya.
Dibenci oleh kedua orang tuanya dan suaminya.
Gerarda Lewis di hidupkan kembali setelah menerima kenyataan pahit, dimana suaminya Elmer Richards menyatakan akan menikahi saudara kembarnya Geraldine Lewis, sang kekasih yang telah kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataannya Menyakitkan
Kedua matanya bagaikan patung yang tak bisa berkedip, ia memegang dadanya yang terasa panas. "Aku, aku bernafas."
"Nyonya, nyonya sudah sadar." Seru seseorang dari pintu, wanita itu berlari dan tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Bibi Ang,"
Wanita berumur sekitar 50 tahun dengan di sapa Bibi Ang, dia mendekat dan duduk berjongkok di lantai. Kemudian menggenggam tangan sang nyonya. "Syukurlah nyonya sudah sadar,"
"Sadar?" Tanya Gege. "Bukankah aku kecelakaan?" tanya Gege bingung.
"Apa yang di maksud nyonya? Nyonya kemarin malam kehujanan dan demam tinggi."
Kening Gege berkerut, ia teringat kejadian tiga bulan yang lalu, jadi anaknya masih ada. Ia memegang perutnya yang masih rata. "Aku kembali," gumamnya. Ia menghapus air matanya dan bersyukur.
"Iya nyonya masih hidup, saya mohon jangan lakukan hal yang membahayakan tubuh nyonya. Apa lagi nyonya dalam keadaan hamil," ucap Bibi Ang. Ia tidak ingin terjafi sesuatu pada Gege. Wanita di depannya terlalu baik jika ada sesuatu yang menyakitinya. Ia tidam terima, wanita sebaik Gege harus mendapatkan kesakitan.
Gege meraih tangan Bibi Ang. "Jangan katakan pada siapa pun, hanya kau yang tau." Gege memohon sepenuh hatinya.
"Tapi nyonya,"
Gege menggeleng lemah, tatapannya sangat terluka dan penuh permohonan. Elmer pasti senang mendengarkan kabar jika Gege hamil.
"Baiklah, tapi nyonya harus makan bubur dulu. Saya akan siapkan." Ia menyerah, ia berpikir Gege akan mengatakannya secara langsung.
Gege mengangguk, perlahan dia menoleh dan menatap lurus kedepan, hingga kedua matanya bertemu dengan sebuah foto besar yang di pajang di dinding. Foto pernikahannya dengan Elmer, kekasih dari kakaknya.
Tidak ada hal yang menyakitkan ketika merasakan di benci oleh orang tua dan suaminya yang ia cintai, ia memang mencintai Elmer, tapi ia tidak pernah menjebaknya. Justru ia rela cintanya bertepum sebelah tangan demi kebahagian pria yang ia cintai.
"Aku lelah, tapi aku akan berjuang demi anak ku."
....
Waktu telah menunjuk jam 12 malam, seorang pria tengah sibuk memeriksa beberapa dokumen yang tak lain Elmer Richard. Sudah berhari-hari ia tidak pulang dan tidak tau keadaan istrinya yang pada saat itu meninggalkannya di jalan. Ia tidak peduli dengan lebatnya hujan, ia yakin wanita itu akan baik-baik saja.
Dengan perasaan tak nyaman, ia pun membereskan dokumen yang belum selesai itu dan bergegas pulang, hatinya seolah menyuruhnya untuk pulang, entahlah ia tidak paham.
Tak butuh waktu lama, Elmer telah sampai. Jarak dari perusahaan dan mansionya terbilang cukup dekat. Ia keluar dari mobilnya dan bergegas ke lantai atas. Kemudian memasuki salah satu kamar, aneh. Ia merasa rumah ini seperti asing baginya.
"Tuan," sapa Bibi Ang. Setiap jam 12 malam ia akan berkeliling ke seluruh mansion dan memeriksa para pelayan di rumahnya. Ada sekitar 12 pelayan yang bekerja dan masing-masing memiliki tugas.
"Tuan sudah pulang," Bibi Ang teringat dengan perkataan nyonya mudanya. Ia pun mengurungkan niatnya.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Tidak Tuan," jawab Bibi Ang.
Elmer membuka pintu kamarnya dan meninggalkan bibi Ang yang berdiri di depan tengah pintu antara kamar Gege dan Elmer.
"Andai tuan tau," Bibi Ang menghela nafas.
Ia teringat dengan kejadian tadi siang, nyonya mudanya menyuruhnya menurunkan semua foto pernikahannya. Padahal dulu, nyonya mudalah yang menaruhnya sendiri dan tidak membiarkan orang lain yang menaruhnya dan sekarang setelah tersadar dari koma, justru semua foto pernikahannya di turunkan. Bahkan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, foto kecil di atas nakas di bakar dan foto yang lain di buang ke gudang.
Dalam sekejap semuanya berubah, antara senang atau sedih, ia senang nyonya mudanya, Gege, tidak lagi bersedih dan sedih kerena di kehamilan pertamanya, tanpa seorang suami yang menjaganya justru harus di rahasiakan.
Bahkan semua gorden di rumah ini, tata letaknya kembali seperti semula sewaktu nyonya mudanya baru menapaki kakinya. Semua letak benda yang dulu dan gorden berwarna hijau adalah kesukaan dari Rara, bahkan wanita itulah yang mendekorasinya.
"Hah,"
sudah menghilang baru terasa sakit nya
bahwa kehadirannya sungguh berharga....