Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Elang keluar setelah Bella matikan teleponnya. Elang lebih dulu menaiki ranjangnya. Ia tidak mau tidur di sofa lagi seperti tadi malam. Tanpa Elang duga Bella juga mendekat ke ranjang ingin merebahkan tubuhnya di sana.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Elang tajam.
"Apa masih perlu aku menjawab pertanyaan bodoh itu?" Bella menatap Elang heran.
"Aku tidak sudi satu ranjang denganmu!!"
"Kalau begitu kau bisa tidur di sofa seperti tadi malam!!" Balas Bella tak kalah sengit.
"Kenapa tidak kau saja?" Elang tak mau kalah.
"Namanya tidur ya di ranjang, ternyata CEO ini bodoh sekali!!" Gerutu Bella tapi terdengar jelas di telinga Elang. Bella merebahkan dirinya tanpa mempedulikan Elang lagi. Bella memiringkan badannya membelakangi Elang. Bella tersenyum sinis saat merasakan Elang beranjak dari ranjang menuju sofa. Dengan sangat terpaksa malam ini Elang kembali tidur di sofa.
***
"Hey lang?" Elang terkejut karena Rayan sudah tiba di rumahnya pagi-pagi seperti ini.
"Ngapain lo pagi-pagi udah di sini?" Elang yang sudah siap dengan pakaian kantornya mendekati Rayan.
"Oh, cuma mau balikin mobil Bella. Tadi malam mogok di jalan. Untung gue lewat terus gue suruh orang buat benerin. Dan nih udah jadi" Rayan menunjukkan kunci mobil milik Bella.
"Balikin ya ke rumahnya, ngapain ke sini?" Ketus Elang. Ternyata tadi malam Elang sempat salah sangka kepada Bella. Tapi Elang heran kenapa bella sama sekali tidak membantah jika tuduhannya tidak benar.
"Ya elah, kata bunda Bella di sini makanya gue kesini, mau ketemu siapa juga di rumah Bella? Marisa? Dih males banget" Cibir Rayan.
"S*alan lo" Delik Elang.
Perhatian Rayan teralihkan kala melihat Bella muncul di belakang Elang.
"Pagi Bella, mobil kamu udah jadi nih" Rayan menunjukkan kunci mobilnya seperti saat menunjukkan pada Elang tadi.
"Oh makasih Kak Rayan. Maaf ngerepotin" Bella meraih kunci mobilnya dengan senyuman di wajahnya.
Elang sempat melongo melihat senyum di wajah Bella.
"Dih bermuka dua, bisa senyum juga nih batu. Dan apa tadi? Makasih? Maaf? Kesambet apa makhluk ini?" Elang terheran-heran dengan perubahan Bella ketika berbicara dengan Rayan.
"Udah kumpul semua nih, kita sarapan bareng yuk. Kamu udah lama kan yan, nggak makan masakan bunda?" Nadia datang dari dapur.
"Wah jadi ngerepotin Bunda dong" Ucap Rayan sungkan.
"Bunda ngga merasa direpotkan kok, ayok keburu telat kalian ke kantor" Mereka tidak bisa membantah jika Bunda sudah berkehendak. Sementara Rayan dengan senang hati menuruti kemauan Bunda selain karena masakannya yang enak, Bella adalah alasan lainnya.
Rayan duduk di depan Bella sedangkan Elang mau tak mau bersebelahan dengan Bella, lalu di ikuti Bunda duduk di antara Rayan dan Elang.
"Bella ambilkan suamimu nasi, sekarang sudah bukan tugas bunda lagi. Kan sudah kamu, istrinya" Nadia tersenyum menatap putrinya kesayangannya itu.
"Iya Bunda" Bella tidak bisa membantah Nadia. Tangannya mulai mengambil nasi goreng ke piring Elang, Bella juga menambahkan telur mata sapi setengah matang kesukaan Elang.
Elang mengerutkan keningnya, kenapa Bella mengambil yang setengah matang sedangkan di sana juga ada yang matang. Dalam hati Elang bertanya kenapa Bella bisa tau makanan kesukaannya.
Semua makan dengan hening, Rayan juga tau kebiasaan Nadia yang satu ini. Rayan berkali kali mencuri pandang ke arah Bella dengan senyum tipis di bibirnya. Hal itu tak luput dari pandangan Elang.
Elang memperhatikan Rayan kemudian beralih ke Bella yang hanya diam menikmati sarapannya tanpa mempedulikan tatapan Rayan. Wajah Bella tampak cantik dari sisi Elang saati ini, wajah tanpa riasan saat bangun tidur justru sangat mempesona, Elang mengakui itu meski hatinya di selimuti kebencian yang mendalam. Tatapan mata Elang turun ke baju Bella yang masih menggunakan piyama tipis bertali spaghetti, hal itu membuat Elang membelalakkan matanya. Buka karena ia terpesona tapi karena ada laki-laki lain di ruangan ini yang sedang memperhatikan Bella.
Elang meneguk segelas air putih di depannya hingga tandas. Lalu berdiri menyambar jas yang tersampir di kursi yang didudukinya.
"Elang sudah selesai Bun" Elang membuka jasnya lalu menutup tubuh Bella dari bagian depan. Elang membungkukkan badannya berbisik di telinga Bella.
"Kalau mau telanjang di kamar aja dengan senang hati aku mau melihatnya" Bisikan itu sontak membuat Bella terkejut dan menatap Elang tajam. Tapi Elang tidak mempedulikan itu.
"Lang tunggu gue!! Bunda makasih sarapannya, dan Bella samapi ketemu lagi" Rayan menyusul kepergian Elang dengan tergesa.
"Main tinggal aja lo!!"
"Lo lama!!" Ketus Elang.
"Kenapa sih sensi amat? Oh ya bro ada yang mau gue omongin" Rayan bersandar pada kap mobil milik Elang.
"Apaan? Buruan gue udah telat!!"
"Gini bro, lo sama Bella menikah karena jebakan Bella kan?" Rayan menunggu jawaban Elang.
"Hemm terus?"
"Lo nggak cinta sama dia kan?" Tanya Rayan lagi.
"Langsung aja, ribet banget!!" Ucap Elang tak sabaran.
"Gue mau ajak lo bersaing secara sehat. Gue suka Bella udah dari dulu, dan gue bakal kejar Bella. Gue ngga bakalan pakai cara licik untuk menghancurkan rumah tangga lo. Tapi biar Bella sendiri yang menentukan pilihannya. Oke?"
"Jadi lo lagi minta ijin suami buat selingkuhi istrinya?" Elang tersenyum sinis.
"Semacam itu" Jawab Rayan santai.
Bella keluar dari rumah Elang masih menggunakan jas milik Elang yang menyelimutinya. Dengan santai Bella terus berjalan menuju rumahnya tanpa mempedulikan dua orang pria tampan yang memperhatikannya.
"Lihat sendiri kan? Pesona Bella emang ngga ada tandingannya" Rayan terus memandangi Bella hingga wanita cantik itu di telan pintu rumahnya.
"Terserah lo, ambil aja gue ngga butuh!!" Elang meninggalkan Rayan memasuki mobilnya.
"Gue pegang omongan lo!!" Teriak Rayan agar Elang mendengar suaranya.
"Gue nggak yakin sama omongan lo Lang" Batin Rayan setelah kepergian Elang.
***
Hari ini Marisa kembali bekerja seperti biasa. Mencoba menutup telinganya dari gunjingan yang akan ia dengar di kantornya. Semua ini demi masa depannya dan juga demi Mirna yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Marisa selalu menjadi pusat perhatian karena wajahnya yang cantik dan bentuk tubuhnya yang indah. Pinggulnya bergerak ke kiri dan ke kanan bak seorang model di atas catwalk. Dengan senyum yang selalu mengembang di wajahnya Marisa menyapa setiap orang yang berpapasan dengannya.
Tak seperti perkiraannya jika dia akan di hujat sama sini. Justru yang ia tangkap di indra pendengarannya adalah, ucapan prihatin karena Bella datang sebagai orang ketiga di hubungannya dengan Elang. Mereka malah menyalahkan Bella karena hadir di antara Elang dan Marisa. Mereka semua tidak tau kebenarannya, yang mereka tau hanya Bella sebagai seorang pelakor.
-
-
-
-
-
Happy reading 😘