Novel ini mengisahkan seorang pemuda lugu yang kekuatannya tertutup racun sejak kecil, dia bertemu dengan seorang kakek yang menolongnya dan memberinya kekuatan yang bisa mengalahkan para dewa.
Dia punya tubuh antik yang jarang dimiliki oleh banyak orang, tapi titik kekuatan yang dia punya hanya terbuka satu saja, padahal ada tiga titik kekuatan yang harus dibuka untuk setiap orang yang belajar beladiri.
Pemuda ini tidak tahu siapa kedua orang tuanya, dia berpetualang mengelilingi kerajaan-kerajaan hingga akhirnya dapat menemukan orang tuanya yang saat ini kekuatannya sudah hilang sama sekali karena titik kekuatannya sudah dihancurkan semua oleh seorang yang mempunyai kekuatan super power juga.
Orang yang mempunyai kekuatan super power itu ternyata adalah saudaranya sendiri yang menapaki jalan hitam dalam kehidupannya.
Dengan segenap keinginan dan semangat yang membara, tokoh utama dari novel ini mempelajari ilmu spiritual dan berusaha untuk membuka semua titik kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelompok Macan Ngamuk
Kelompok ini di ketuai oleh seorang kakek gemuk yang berjenggot putih, dia terkenal sangat kejam kepada siapapun, bahkan murid-murid yang gagal menjalankan perintah darinya, langsung dikasih hukuman dengan diserap seluruh kekuatan dan jiwanya.
“Ki Buana sudah berkhianat!, Target kita kali ini adalah memberi hukuman kepada ki Buana Abadi, cari dia!, jangan kasih ampun!, Bagi yang bisa membawanya kehadapanku, Akan ku beri hadiah pil peningkatan kekuatan spiritual tingkat peningkatan langit yang bisa membantu kalian untuk menembus ranah Peningkatan langit dengan cepat!”. Bentak seorang tua gemuk berjenggot putih yang bernama Mbah Kebo Nyungkur.
“Baik Tuan, Baik Tuan, Baik Tuan”. Suara suara yang dikeluarkan oleh para pasukan Kelompok macan ngamuk yang rata rata sudah di tingkatan awal langit itu.
Satu persatu dari pasukan Kelompok macan ngamuk mulai meninggalkan gua pertemuan itu, ada yang terbang, ada yang berubah menjadi asap lalu menghilang, ada yang masuk kedalam tanah lalu menghilang, ada yang berjalan dan ada yang berlari dengan sangat cepat.
“Kali ini aku harus bisa membuat Kepala Kelompok Akaash Semesta memandangku, aku harus mendapatkan muka didepannya, Gara-gara Si kurus Jenggot Bledek”. Gumam Mbah Kebo Nyungkur sambil membayangkan masa lalu.
Dimasa lalu dimana Mbah Kebo Nyungkur sedang melaporkan didepan Kepala kelompok Akaash Semesta mengenai tugas yang sudah mereka jalankan.
“Lapor kepala kelompok!, Tugas yang panjenengan berikan sudah saya selesaikan semua”. Kata Jenggot Bledek sambil melapor dan sedikit melirik sinis kepada Mbah Kebo Nyungkur.
“Saya juga akan melaporkan kejadian yang terjadi saat Saya akan menyelesaikan tugas yang panjengan kasihkan tuan”. Kata mbah Kebo Nyungkur.
“Saat saya sedang bertarung dengan siluman Harimau dan serigala yang sangat banyak, dan hampir saja saya akan membunuh raja dari harimau tersebut, tiba-tiba Jenggot bledek datang dan menghalangi serangan saya, sehingga siluman harimau itu bisa melarikan diri”. Lanjut mbah Kebo Nyungkur
“Siapa yang menghalangimu mbah? Saat itu aku sedang terlempar karena terkena pukulan dari Siluman singa yang membuatku terjatuh tepat didepanmu saat itu, bahkan saat itu kau pun hampir saja membunuhku dengan kekuatanmu itu”. Jawab Jenggot Bledek
“Anda saja saat itu kau tidak jatuh tepat didepanku, aku sudah membunuh siluman Harimau itu, bagaimana mungkin aku tidak marah dan ingin sekali membunuhmu, usaha yang sudah ku lakukan kau gagalkan hanya dengan jatuhmu itu saja!”. Bentak mbah Kebo Nyungkur
“Bagaimana kau bisa mengalahkan siluman singa itu Jenggot bledek?” Tanya kepala kelompok Akaash Semesta yang masih juga belum terlihat bentuk mukanya.
“Setelah saya terjatuh tepat didepan mbah Kebo Nyungkur, saya ditendang olehnya dan terlempar kembali kehadapan Siluman singa yang terlihat sudah terluka parah karena mendapatkan serangan dari saya sebelumnya, sehingga saya bisa menghabisinya dengan mudah”. Ki Jenggot Bledek menerangkan.
“Baiklah, Aku sudah berkali-kali mengatakan, siapapun yang berhasil membawa inti aura siluman dia yang akan aku beri kekuatan, dan siapa yang gagal akan aku hukum”. Kata kepala kelompok Akaash Semesta dengan sedikit menengok kebelakang.
Kembali kesaat ini, mbah Kebo Nyungkur terlihat garang dan ingin sekali membalas dendam kepada Ki Jenggot Bledek gara-gara kejadian tersebut, yang membuat mbah Kebo Nyungkur diasingkan didalam goa dan diharuskan membuat kelompok kecil.
“kruyuuuk, Kruyuuuk”. Terdengar suara dari perut Ki Buana abadi
“Kamu laparkah ki?”.
“iiii, iya tuan muda”. Jawab Ki Buana Abadi
“Baiklah, kita turun dulu untuk makan di bawah, kali saja ada sesuatu yang menarik juga dibawah sana”. Kata Rama
Sesampainya disebuah kedai makanan, Rama dan Ki Buana Abadi memesan makanan, dan diebelah meja makannya ada beberapa orang yang sedang menggosip.
“Gara-gara kelompok Geni Pelangi dikalahkan, sekarang dunia semakin tidak tentu.” Kata salah seorang
“Benar, sekarang kelompok Macan ngamuk sudah memerintahkan tujuh anggota terkuatnya untuk mencari pemimpin kelompok Geni Pelangi yang kabarnya bergabung dengan pihak kerajaan”. Lanjut yang lainnya.
“Katanya yang mengalahkan ketua kelompok Geni Pelangi anak muda yang titik kekuatan pertamanya saja belum terbuka?, anda saja aku bisa bertemu dengannya, Anakku akan ku kawinkan dengannya, dia pasti orang yang luar biasa hebatnya”. Jawab yang lain lagi
“Benar, mungkin saking hebatnya dia, dia bisa menyembunyikan kekuatan aslinya itu”.
Rama yang mendengarkan gosipan dari meja sebelah bertanya
“Ketujuh orang yang diutus tingkatannya sudah diranah apa ki?”
“Ada empat orang yang sudah di ranah penguasaan Langit, dua orang di tingkat peningkatan langit, dan satu orang sedang ditahap tingkat langkah awal dewa, tuan muda”. Jawab Ki Buana Abadi
“Oooo, keahlian mereka apa saja?”
“Dua orang ahli dipenguasaan Guntur langir, satu orang di penguasaan bayangan dengan kecepatan yang luar biasa, dua orang sangat ahli dalam pengendalian racun, satu orang punya kekuatan yang bisa menghancurkan gunung dengan pukulan bogem raksasanya dan satu lagi yang sudah di tahap langkah awal dewa dia sangat ahli membuat ilusi”. Kata Ki Buana Abadi.
“Oooo, Baiklah”
“Kamu!, perempuan desa tak tahu diri!, sudah mencuri tidak mau mengaku!”. Terdengar teriakan seseorang dari luar kedai.
Rama langsung keluar melihat suasanya yang terjadi diluar kedai.
“Ada apa paman?, kenapa gadis kecil ini diikat?”.
“Dia makan di kedaiku banyak sekali dan tidak mau membayar, dasar sampah!.” Bentaknya
“Sebentar paman, berapa yang harus dibayarkan?”.
“sepuluh keping emas”. Jawabnya
“Hah?, makan sebanyak itukah?”. Tanya rama sambil kaget
“Ini ambil sebelas keping emas, lepaskan gadis kecil itu sekarang!” lanjut Rama
“Terima kasih tuan muda, hidup saya sekarang sudah ditangan anda”. Kata gadis kecil tersebut yang bernama Purwati
“Masuklah bersamaku, kita makan didalam, kebetulan pesanan kita juga belum disiapkan”. Rama menawarkan.
“Te… Terima kasih banyak tuan muda”. Jawab Purwati kembali
Mereka akhirnya masuk kedalam kedai dan makan hidangan yang sudah disiapkan.
“Nama kamu siapa gadis kecil?”. Tanya Rama kepada gadis itu
“Purwati, tuan muda”.
“Ayah dan ibumu dimana?, kenapa kamu pergi sendirian ditengah kota yang ramai seperti ini?”. Tanya Rama kembali
“Ayahku seorang petani di desa, Ibuku sudah tiada saat aku masih bayi, dan aku ingin mencari pengalaman hidup, akhirnya aku pergi kesini, ternyata hidup disini begitu merepotkan”. Jawab Purwati.
“Hahahaha, kamu masih terlalu kecil, nanti ikut saja denganku, sambil melihat dunia yang sangat luas ini”. Rama menawarkan
“Baik tuan muda”
“Jangan panggil aku tuan muda!, panggil saja kakak, namaku Rama”. Lanjut Rama.
Setelah mereka kenyang, lalu mereka melanjutkan perjalanan menggunakan burung Elang besarnya ki Buana Abadi.
“Kak Rama, Aku baru pertama kali melihat suasana kota dari ketinggian, ternyata sungguh indah sekali kak”.
“Kamu pernah belajar beladirikah?” Tanya Rama
“Aku pernah kak, tapi karena aku sangat lemah, jadi lagi-lagi aku dikeluarkan dari padepokan”. Jawab Purwati
“Kenapa kamu sangat lemah?”.
“Aku hanya bisa membuka titik kekuatan awal saja, dan tidak bisa berkembang lagi”. Jawabnya
“Hahahaha, kamu masih mending, kakakmu ini bahkan titik kekuatan pertamapun tak mampu membukanya sampai sekarang, Hahahahaha”. Jawab Rama sambil tertawa.
“Ah, kak Rama bohong!”.
“Aku orang yang tak pandai berbohong adikku”.
“Jangan-jangan dia juga punya satu paru-paru disebelah kanan dan ginjal ganda?”. Gumam Rama dalam hati.
“Apa baiknya aku tanyakan ke mbah Ananta saja ya?.” Lanjutnya dalam gumamannya.
Rama kemudian duduk sila diatas punggung Elang itu dan memejamkan matanya.
“Mbah, Rama ketemu sama seorang gadis kecil, dia tidak mampu membuka titik kekuatan keduanya, apakah dia juga termasuk orang yang spesial juga?”. Tanya rama dalam teletabisnya (Telepati maksudnya)
“Woy bocah, Koe tau tidak, kakekmu ini lagi istirahat, malah dibangunin Cuma buat ditanyain masalah sepele begitu”. Jawab mbah ananta diteletabisnya
“Waduh mbah, maaf mbah, silahkan dilanjutkan istirahatnya”. Jawab rama dengan wajah yang merasa tidak enak hati.
“Siapa nama gadis kecil itu?”. Tanya mbah Ananta
“Namanya Purwati mbah, dia dari desa gunung lor, anak seorang petani”. Jawab Rama
“Baiklah, Kamu turun dulu di bukit yang ada didepanmu, aku kesana sekarang”. Jawab ki Ananta
“Ki Buana, kita istirahat dulu di bukit itu”. Kata Rama sambil menunjuk ke sebuah bukit yang ada didepannya
“Baik tuan muda”. Jawab ki Buana Abadi.
Lima jam kemudian, datanglah mbah Ananta menemui Rama yang sedang bermeditasi dan langsung memukul kepalanya.
“Hey bocah, Aku sudah datang, kenapa tidak menyambutku”. Kata mbah Ananta
Dengan wajah kaget, Rama membuka matanya dan langsung menyambut mbah Ananta, Ki Buana abadi dan Purwati terlihat sedang tidur.
“Gadis kecil inikah yang kau bilang itu?”. Tanya mbah Ananta
“Nggih mbah”.
“Hm……., Gadis ini mempunyai dua paru-paru, tapi kenapa dia tidak bisa membuka kekuatan keduanya ya, hah?, ini lebih aneh darimu Rama, paru-parunya normal tapi dia punya ginjal ganda, jika dia memakan daging sapi super maka di dunia ini bahkan dialam manapun tidak akan ada yang dapat mengalahkannya nanti”. Jawab mbah Ananta
“Terus bagaimana selanjutnya mbah?, apa gadis kecil ini harus dibawa ke rumah simbah?”. Tanya Rama
“Belum waktunya, nanti saja, ketika waktunya tepat, anak ini akan datang sendiri ke gunung dan menemuiku, untuk saat ini aku titipkan buah ini biar dia makan”. Kata mbah Ananta sambil mengambil buah yang bentuknya mirip anggur.
“Baik mbah”.
“Kamu, duduk, aku akan membukakan titik kekuatan pertamamu, agar nantinya kamu bisa membuka titik kekuatan yang lainnya, jika titik pertama sudah kebuka, maka efek kekuatan dari air spiritual dan daging sapi yang pernah kau makan akan lebih besar nantinya”. Kata mbah Ananta Ajya
“Nggih mbah”.
Rama duduk bersila sambil memejamkan matanya, dan mbah ananta menempelkan telunjuknya di kening Rama, keluarlah cahaya terang yang membuat rama sedikit merasa kesakitan di bagian kanan bawah perutnya, dan membuat purwati terbangun dari tidurnya.
“Kak Rama, apakah kamu baik-baik saja?”. Tanya purwati.
Rama tidak menggubris pertanyaan dari Purwati, dan tetap fokus sambil menahan rasa sakit ditubuhnya itu.
Tak lama kemudian, proses pembukaan titik kekuatan pertama selesai dan mbah Ananta langsung menemui Purwati.
“Gadis kecil, sepertinya kamu juga masih garis keturunanku, perlihatkan bagian kepalamu itu”. Kata mbah Ananta
Purwati menurut dan membalikkan badannya lalu menyibakkan rambutnya keatas, mbah Ananta menempelkan telapak tangannya tepat dibawah kepala bagian belakangnya.
“Sudah, kamu memang gadis keturunanku, pantas saja kamu mempunyai keanehan, kamu jangan kaget, mulai besok kamu sudah bisa melihat tingkat kekuatan orang lain, kecuali tingkat kekuatannya Rama saja”. Kata mbah Ananta kembali.
“Begitukah mbah?, terus kalau sudah tahu kekuatan lawannya Purwati harus ngapain mbah?”. Tanya purwati sambil garuk-garuk kepala.
“Ya nanti simbahmu ini ajarin kamu seni beladiri pedang ya”. Kata mbah Ananta
“Asiiik, Kak Rama, Purwati mau diajarin seni beladiri pedang sama simbah”. Kata Purwati manja dihadapan rama.
“Ya, tapi nanti ya, untuk saat ini temani kak Rama keliling dunia dulu ya”. Kata Rama sambil mengelus-elus kepala Purwati.
“Gadis kecil, Ini ada pil untuk ayahmu, kasihkan kedia, dan suruh diminum sehari lima kali, agar titik kekuatan yang sudah rusak kembali normal, dan bilang kedia, kata simbah ayahnya harus menanam tanaman-tanaman herbal”. Kata mbah Ananta
“Nggih mbah”.
Mbah anantapun terbang kembali kegunung, tiba tiba terdengar suara minta tolong dari jalan yang tidak jauh dari lokasi Rama, Ki Buana Abadi dan Purwati beristirahat.
“Purwati, ayuk ikut dengan kak rama lihat ada apa dijalan itu, sekalian bangunkan ki Buana Abadi itu, tidur udah mengalahkan kebo”. Kata Rama
“Baik kak Rama”
Tibalah mereka bertiga di depan para begal hutan yang sedang merampok sekawanan orang yang membawa kereta panggul.
“Hey, kalian lagi pada ngapain?”. Tanya Rama.
“Bocah, kamu tidak usah ikut campur, ini urusan orang dewasa!”. Bentak salah seorang begal itu.
“Purwati, coba gunakan matamu untuk menditeksi kekuatan orang-orang ini”. Bisik Rama kepada Purwati.
Purwati langsung menutup matanya dan membukanya kembali, tiba-tiba mata Purwati berubah menjadi warna hijau dan mampu melihat tingkat kekuatan orang-orang yang disekitarnya, hanya kekuatan Rama saja yang tidak terlihat sama sekali.
“Kak Rama, Orang yang memegang pedang besar itu tingkat spiritualnya sudah diranah menaiki langit dan tingkat kekuatan fisiknya sudah di Sabuk pelangi tahap satu, orang yang memegang kapak, tingkat kekuatannya di tingkat pengembangan tapi kekuatan fisiknya sudah di sabuk putih tingkat tiga, yang lain masih di tingkatan Sabuk ungu dan tingkat spiritualnya masih ditingkatan pengembangan semua”. Jawab Purwati.
“Ooo, baiklah, Ki, Habisi mereka semua, kekuatanmu akan sangat entheng untuk menghabisi mereka semua” Suruh Rama.
“Baik tuan muda”. Jawab Ki Buana Abadi
“Kalian, serang mereka!”. Teriak orang yang membawa pedang besar kepada pasukannya.
Merekapun langsung maju menyerang Ki Buana Abadi, tapi cukup dengan menggerakkan satu tangannya saja, mereka semua terlempar sangat jauh.
“Hey orang tua!, Kau berani menghabisi anak buahku, terimalah seranganku ini!”. Kata orang yang membawa Kapak sambil mengangkat kapaknya keatas kepalanya, kekuatan energi spiritual yang sangat luar biasa keluar dari kapaknya membentuk cahaya emas yang berbentuk kapak yang sangat besar diatasnya.
“Matilah Kaliaaaan”. Teriaknya sambil mengayunkan kapaknya kehadapan Ki Buana Abadi, dengan tenangnya Ki Buana Abadi menangkap kapak yang jatuh tepat diatas kepalanya hanya dengan dua jarinya saja dan melemparnya kesamping membuat orang yang memegang kapak ikut terpental dan mengeluarkan cairan merah dari mulutnya.
“Kakak, aku tak mampu melawan orang tua ini!”. Katanya sambil jongkok menahan sakit.
“Baiklah, kini giliranku melawanmu orang tua!”. Teriak orang yang membawa pedang besa sambil mencabut pedangnya dari wadahnya.
“Pedang Langit membelah bumi, Hancurkan!”. Teriak orang itu sambil memegang pedang tersebut didepan wajahnya dan keluarkan ribuan pedang-pedang kecil berwarna merah yang mengarah langsung ke Ki Buana Abadi, Ki Buana Abadi membuat penghalang untuk orang-orang yang ada dibelakangnya, dan dia menepis semua pedang yang menghampirinya hanya dengan satu tangannya saja.
“Hey bocah, Ilmu murahan seperti ini kau pamerkan didepanku?”. Kata Ki Buana Abadi sambil meremehkan.
“Kak Rama, Sebenarnya siapa Orang tua ini kak?”. Tanya Purwati
“Dia mantan ketua kelompok Geni Pelangi”.
“Hah!?, pantas saja kekuatannya sudah ditingkat langit pertama”. Kata Purwati.
Ki Buana abad mengangkat satu telunjuknya dan langsung diarahkan ke orang yang memegang pedang besar itu.
“Lihat Kekuatanku ini!, Lihat baik-baik bocaaaah”. Teriak Ki Buana Abadi.
Wuushh, kilatan petir ungu meluncur kedepan orang yang memegang pedang besar itu dan mengenai tepat didadanya yang membuatnya terpental kebelakang.
“Orang tua, jika kamu berani membunuhku, maka kamu akan berhadapan dengan kelompok Geni Pelangi!”. Kata orang yang memegang pedang besar itu sambil memuntahkan banyak sekali cairan merah dari mulutnya.
“Apa kau bilang!?, Kelompok Geni Pelangi tidak punya bawahan seperti kalian!”. Bentak Ki Buana Abadi yang merasa kelompoknya sudah dilecehkan.
“Kalian Pantas mati!”. Lanjutnya
Ki Buana Abadi menjetikkan jarinya yang mengeluarkan petir kecil yang sangat tajam dan menghunus langsung keulu hati orang yang memegang pedang besar dan kapak itu dan tewas seketika.
“Sudah beres tuan muda”. Kata Ki Buana Abadi.
Tiba-tiba keluarlah seorang wanita yang sangat cantik dari dalam kereta memakai baju yang mewah, seperti seorang putrid kerajaan.
“Tuan muda, Pak tua, Gadis kecil, siapakah kalian dan darimana kalian?”. Tanya wanita itu.
“A, a, Aku Rama, dan ini pengawalku Ki Buana, ini adikku Purwati, kami hanya pengelana yang ingin ke kerajaan Singo Ngaung, mau menemui teman saya disana”. Jawab Rama sambil memperkenalkan
“Kebetulan sekali, kami juga akan kesana, bisakah kami bersama kalian berjalan menuju ke kerajaan Singo Ngaung?”. Kata wanita itu.
“Ba, Ba, Baiklah”. Jawab Rama.
“Pengawal, siapkan tiga kuda untuk mereka!”. Teriak wanita itu
“Baik tuan puteri”. Jawab pasukan tersebut.
“Tuan puteri?”. Gumam Rama dalam hatinya.
“Kalau boleh tahu, siapakah nama mbak yang cantik ini? Dan darimanakah mbaknya ini?”. Tanya rama dengan pipi yang memerah
“Namaku Pelangi Wulan, aku juga dari kerajaan Singo Ngaung”. Jawabnya
“Apa jangan-jangan dia puteri kerajaan Singo Ngaung???”. Rama makin penasaran.
Berjalanlah mereka semua menuju kerajaan Singo Ngaung, setibanya digerbang kerajaan singo ngaung, Purwati bertanya kembali
“Kak Rama, Apakah ini kerajaan Singo Ngaung yang terkenal sangat makmur itu?”
“Iya adekkuuuuh yang imuuud”. Jawab Rama
“ Kerajaan ini memang sangat makmur, karena orang-orang terkuat di kekaisaran ini hampir semuanya dari kerajaan ini, jadi tidak akan ada yang berani mengusik kerajaan ini”. Lanjut Ki Buana Abadi menerangkan
“Ooo begitu ya, kak Rama bolehkah aku ikut belajar ilmu beladiri disini sebentar?”. Tanya Purwati kembali
“Yaaa, meneketehe, kan ini bukan kerajaan kakakmu ini”. Jawab rama sambil memasang muka judes
“Ki, Kamu bisa menguasai ilmu pedangkan?”. Tanya Rama kepada Ki Buana Abadi
“Hanya sedikit tuan muda, memangnya kenapa?”. Jawab Ki Buana Abadi
“Ini, Purwati kamu latih lah ilmu pedangmu itu”.
“Baik tuan muda”
Rama melemparkan sebuah kantung kepada Ki Buana Abadi.
“Buseeeeeeeeeeeeet, ini tanaman-tanaman langka!”. Mata Ki Buana Abadi kembali melotot keluar, kaget melihat isi dari kantung yang dilemparkan kepadanya
“Manfaatkan sebaik-baiknya!”. Bentak rama
“Ba, Baik tuan muda, Terima kasih banyak”. Jawabnya
Ditengah kota sedang ada perkelahian dua pemuda kekar yang masing masing sudah diranah Penguasaan Langit, salah satu dari pemuda itu sedang mengeluarkan cahaya besar berbentuk macan yang sangat besar dibelakangnya dan yang satunya lagi mengeluarkan cahaya berbentuk ular yang sangat berwarna biru.
Terlihat mereka berdua sama-sama kuatnya dan tidak ada yang mau kalah.
“Mereka berdua adalah murid dari padepokan Petir Nirwana”. Kata Sang putri
“Wah hebat, masih muda sudah diranah penguasaan langit”. Kata Ki Buana Abadi.
“Nanti kita akan beristirahat di padepokan Petir Nirwana, setelah itu terserah kalian, mau ikut bersama kami ke kerajaan atau mau melanjutkan perjalanan kalian lagi” lanjut sang Putri
“Baiklah, yang penting isi perut dulu, cacing sudah pada demo iniiiiiiiiiiiiii”. Kata Rama
Sang putri tersenyum.
Sesampainya di padepokan Petir Nirwana, mereka langsung disambut dengan sangat hangat oleh ketua padepokan dan diberikan pelayanan yang sangat mewah.
“Tuan putri memang sangat cantik ya”. Kata salah satu murid padepokan itu
“Andai saja aku bisa menjadi pengawalnya, aku akan sangat bahagia karna selalu berada disamping tuan putri”. Kata murid yang lain
“Siapa anak muda, gadis kecil dan orang tua itu ya? Perasaan tuan putri tidak pernah membawa orang-orang it?”. Tanya salah seorang murid kepada murid yang lain.
“Ah tak tahulah aku”.
“Eh iya, kabarnya Tuan muda Wicaksana sudah ditingkatan Langkah awal dewa tahap kedua ya?”. Tanya murid itu.
“Kabarnya begitu, memang luar biasa tuan muda Wicaksana, umurnya masih muda tapi sudah mempunyai tingkatan dewa”. Jawab yang lain.
“Apakah wicaksana adalah temanku saat masih kecil di padepokan Daivan Sejati itu?” Gumam Rama
“Ah, mana mungkin itu adalah dia, dia kan orang bodoh yang tak tahu malu”. Lanjut gumaman Rama.
atas bawah... yg baca jdi rada bingung.