Kisah masa lalu Ayahnya juga Bundanya terlalu membekas hingga Intan tak bisa percaya pada Cinta dan kesetiaan.
Baginya Kesetiaan adalah hal yang langka yang sudah hilang di muka bumi.
Keputusannya untuk menikah hanya untuk menyelamatkan perusahaan dan menghibur orang tuanya saja.
Jodohpun sama-sama mempertemukan dirinya dengan orang yang sama-sama tak mempercayai Cinta.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Akan kah Dia mempercayai Cinta dan Kesetiaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menepi
Masih di Rumah Sakit.
Plak
Plak
Plak
Tamparan bertubi-tubi yang Ayah Arsya berikan pada Reihan menantunya. Ayah Arsya langsung datang sendiri tanpa memberitahu Bunda Mutia karena istrinya itu juga baru sakit, dia tak mau jika kesehatan istrinya semakin parah saat tau kondisi putri sulungnya saat ini.
Ayah Arsya mendapat pesan dari Intan jika kondisinya sakit dan di rawat di rumah sakit, namun saat datang dirinya melihat Intan mimisan dan baru mendapati perawatan suster, dengan kantung darah tersalur ke tubuh Intan.
Ayah Arsya langsung datang pada dokter yang menangani Intan dan menanyakan kondisi sesungguhnya Intan, lalu begitu mendengar penjelasan dokter Ayah Arsya langsung merasa marah juga sedih.
Ayah Arsya tak mampu menahan emosinya begitu datang kembali ke ruang Intan dan mendapati Intan sedang berdebat dengan Reihan bahkan meminta cerai, namun Reihan bersikukuh tak mau menceraikan Reihan.
Intan menutup mulut begitu melihat tangan Ayah Arsya yang penyayang menampar suaminya berkali-kali.
"Yah...??? " Intan terkejut.
Reihan pasrah lalu bersimpuh di hadapan Ayah Arsya, dengan menundukkan kepalanya.
Intan merasa bersalah karena perdebatan dirinya dan kondisinya Reihan mendapat tamparan dari Ayah Arsya.
"Maaf Yah... Aku akui aku salah... tapi Aku sungguh-sungguh saat ingin menikah dengan putri Ayah... "Kata Reihan.
"Aku sudah bilang, perlakukan putriku dengan baik!!! lalu apa yang kau lakukan hingga dia bisa seperti sekarang??? bahkan disaat hamil muda bisa meminta cerai??? " Ayah Arsya mengangkat tangannya lagi namun jeritan Intan menahannya.
"Ayahhh..... Jangan!!! Maaf... Intan mohon jangan lukai tangan Ayah yang berharga... jangan pula sakiti Ayah dari bayi-bayi ku... " Intan terisak lagi sehingga mimisan kembali.
"Bee... " Reihan beranjak dan mengambil tisu untuk Intan, lalu mengelap darah segar yang keluar dari hidung istrinya itu.
Intan semakin pucat, kondisinya semakin melemah, Perawat pun datang dan mengganti kantung darah yang akan habis itu.
Intan merasa pusing lalu memejamkan matanya, rasanya tubuhnya semakin tidak terasa. Suster memberikan obat penenang agar pasien bisa istirahat dengan baik.
"Maaf... kebutuhan kantung darah AB tinggal yang kami berikan ini, kami menghubungi PMI namun persediaan sedang kosong... Kami masih membutuhkan 6 kantung lagi jika ada keluarga atau teman yang memiliki golongan darah yang sama mohon bantuannya... " Kata suster itu.
"Baik Dok... kami akan coba cari... lakukan yang terbaik untuk istri saya...! " Kata Reihan lalu menghubungi teman-temannya barang kali ada yang biasa mendonorkan darah.
Sedangkan Ayah Arsya langsung menghubungi Zea dan mengabarkan konsisi Intan namun meminta untuk tidak mengabari Bunda Mutia.
Ayah Arsya kemudian keluar menghampiri Reihan, menatap Reihan begitu dalamnya. Reihan menunduk penuh rasa penyesalan atas apa yang terjadi pada Intan dan perlakuan yang Reihan berikan pada Intan.
"Maaf Yah... " Ucap Reihan sambil menunduk.
"Aku menyerahkan dia dengan baik dan harapan yang tinggi... Agar dia mendapatkan kebahagiaan... namun apa yang kau lakukan??? Seorang suami haruslah mempunyai sifat serta perilaku yang baik kepada istrinya.... Ditambah lagi dengan ikatan suci pernikahan yang kalian lakukan meski dengan kesepakatan yang kalian sepakati... kamu itu sudah berjanji tak hanya di hadapan keluarga saja... tapi juga di hadapan Allah SWT, kamu janji akan membahagiakan Intan... tapi mana??? " Kata Ayah Arsya.
"Maaf Yah... Reihan tak akan mengulanginya lagi... " Kata Reihan.
***
Setelah 5 hari di rawat kondisi Intan sudah mulai membaik, Intan mendapat donor dari adik-adiknya yang kebetulan memiliki golongan yang sama, hari ini Intan sudah boleh pulang, Bunda Mutia tidak tau tentang kondisi Intan, karena semua orang merahasiakannya, yang menjaga di rumah sakit Zea dan Zia juga Reihan.
Saat Ini Reihan ada meeting yang tak bisa di tinggalkan, Intan mengajak Zea dan Zia untuk pulang ke rumahnya sendiri, dia sudah memutuskan untuk pergi dari Reihan sementara waktu sampai kondisi fisik dan mentalnya benar-benar sehat, bahkan jika Intan tega dirinya ingin pergi selamanya dari kehidupan Reihan namun entah ikatan apa yang membuat dirinya tak tega melakukannya.
Suster melepas selang infus Intan lalu memindahkan ke kursi Roda, Intan di dorong Zea keluar dari rumah sakit setelah Intan meminta Difa mengurus administrasinya.
"Kak... " Zia ragu untuk bicara.
"Hmmm... " Intan menjawab sambil melamun.
"Kak Intan yakin pulang ke rumah kita??? " Tanya Zia kemudian.
Intan hanya mengangguk tak mau memberi penjelasan lebih pada kedua adik kembarnya, dia tak mau adiknya semakin memiliki trauma dengan pernikahan setelah tau cerita tentang rumah tangganya.
"Kak... Tapi nanti kalau kak Reihan nyariin gimana??? " Tanya Zea lebih ceplas-ceplos.
"Bumil itu harusnya lebih sering dekat sama suami loh... nanti kalau dedek bayinya yang di perut kangen Papinya gmn??? " Tanya Zea lagi.
Intan tak menjawab masih fokus melihat ke depan, sehingga membuat Zea dan Zia saling senggol-senggolan. Difa paham pun langsung mendorong lebih cepat kursi roda yang di duduki Intan.
"Difa... Selama sebulan ini aku harus istirahat, handle semua karyawan di kantor ya... Laporan langsung antar ke rumah aku... " Kata Intan.
"Siap Bu Intan..." Jawab Difa masih sambil mendorong Intan.
Zea dan Zia saling pandang, dirinya merasa jika kakaknya sedang tidak baik-baik saja. Zea membuka pintu mobil lalu membantu kakaknya masuk kedalam mobil.
Setelah Intan masuk Zea dan Zia masuk ke mobilnya sendiri, mereka mengikuti mobil Intan yang di kendarai Difa, dimana mobil itu membawa Intan pulang.
Di dalam mobil Intan bersandar lalu mengambil earphone miliknya dan mendengarkan lagu sambil memejamkan mata. Air mata menetes kembali begitu syair lagu terputar di telinga Intan.
Resah jiwaku menepi
Mengingat semua yang terlewati
Saat kau masih ada di sisi
Mendekap ku dalam hangatnya cintamu
Lambat sang waktu berganti
Endapkan lara ku di sini
Coba 'tuk lupakan bayangan dirimu
Yang selalu saja memaksa 'tuk merindu mu
Sekian lama aku mencoba
Menepikan diriku di redupnya hatiku
Letih menahan perih yang kurasakan
Walau ku tahu, ku masih mendamba mu
Lambat sang waktu berganti
Endapkan lara ku di sini
Coba 'tuk lupakan bayangan dirimu
Yang selalu saja memaksa 'tuk merindu mu
Sekian lama aku mencoba
Menepikan diriku di redupnya hatiku
Letih menahan perih yang kurasakan
Walau ku tahu, ku masih mendamba mu
Lihatlah aku di sini
Melawan getirnya takdirku sendiri
Tanpamu, aku lemah
Dan tiada berarti
Sekian lama aku mencoba
Menepikan diriku di redupnya hatiku
Letih menahan perih yang kurasakan
Walau ku tahu, ku masih mendamba mu
Sekian lama aku mencoba
Menepikan diriku di redupnya hatiku
Letih menahan perih yang kurasakan
Walau ku tahu, ku masih mendamba mu
"Tuhan apa iya sebenarnya aku memiliki rasa untuknya??? tapi kenapa rasa itu menghadirkan rasa sakit??? Apa karena dari awal langkah yang aku ambil salah??? Apa karena aku begitu keras kepala???" Batin Intan sembari mendengarkan lagu itu.
"Tuhan apa yang harus aku lakukan??? jika berada di sisinya aku merasa sakit... namun jika jauh tak memandangnya aku juga merasa sakit... Aku harus bagaimana???" Batin Intan lagi lalu mengusap air matanya.
"Maaf Mas... Aku butuh waktu sendiri... aku ingin menepi... mencoba memahami diriku sendiri dulu... " Batin Intan lagi.
***
Hari ini author gak bisa dobel up ya... tapi tetap tolong beri dukungan dan jejaknya ya... 🤗