Plakk
suara tamparan terdengar menggema di ruangan tersebut.
"Amelia"
"Diamm"
Teriak wanita dengan nama Amelia itu ketika melihat suaminya ingin membela adiknya.
"Ini urusan antara kakak dan adiknya, dan kau tidak berhak untuk ikut campur"
Amelia menunjuk wajah pria itu, menatapnya dengan dingin, tidak ada lagi tatapan cinta untuk suaminya seperti dulu, kini tatapan itu hanya memancarkan sakit, kecewa, dan benci yang menjadi satu.
"Kakak"
"Jangan panggil aku Kakk"
Amelia kembali berteriak dengan keras, wanita itu seolah kehilangan kendalinya.
"Kau ingat? dengan tangan ini aku membesarkanmu, membesarkan adikku dengan penuh cinta dan air mata"
Amelia menatap kedua tangannya dengan berkaca kaca.
"Tapi siapa sangka jika selama ini yang ku anggap adik ternyata seekor landak yang menusuk orang yang memeluknya"
Pandangannya kembali jatuh pada Liliana adiknya.
"Kau adik yang ku besarkan dengan segala perjuanganku, ternyata menusukku tanpa ampun"
"Kau bermain dengan suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghianati
Drtt Drrtt
Meli menatap ponselnya dimana nama sang mama tertera di benda pipih tersebut.
"Aku akan menjawab telfon ibuku, aku akan keluar sebentar"
Ucap Meli ke arah Liliana yang tampak memainkan ponselnya.
Gadis itu segera lari keluar, ke arah dimana mamanya tidak akan mendengar suara dentuman musik yang akan membuatnya mendengar ceramah panjang.
Di dalam Club, Liliana tampak melihat deretan pesan yang di kirimkan Amelia untuknya dia terkekeh beberapa waktu.
"Bukankah kakak Amelia begitu kolot, Ohh astaga ini baru jam sepuluh dan dia sudah mengirimkan ku sejuta pesan"
Gadis itu tertawa ringan.
Pada akhirnya Liliana memilih tidak menanggapinya, Beralih membuka sosial medianya untuk mengurangi rasa bosan.
Namun dia terkejut ketika melihat Meli berlari ke arahnya.
"Kakak iparmu datang, bagaimana ini?"
Meli berkata dengan panik, dia jelas saja takut pada kakak ipar temannya yang terlihat begitu marah saat ini.
Liliana mematung beberapa saat, Kemudian meneguk botol alkohol di depannya.
"Katakan jika aku mabuk, dan buatlah alasan jika aku yang memaksamu kemari"
Ucap gadis itu kemudian.
"Faktanya memang kau memaksaku datang kemari"
Meli tampak kesal mengatakannya.
"Sekarang berektinglah dengan baik oke, Katakan jika aku mabuk"
Ucap Liliana kembali yang kini menjatuhkan kepalanya di atas meja.
Meli benar benar tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Liliana, namun saat melihat kakak ipar temannya berada di ambang pintu gadis itu dengan cepat duduk sembari memainkan ponselnya untuk menutupi kegugupannya saat ini.
Noah mengedarkan pandangannya untuk mencari gadis pembuat masalah itu, Dan dilihatnya di ujung sana Liliana tampak terkantuk kantuk di atas meja. Dia bisa menebak jika gadis itu sedang mabuk berat.
Tanpa buang buang dengan langkah besar pria itu segera menghampiri adik iparnya.
Semakin mendengar langkah kaki yang mendekat semakin cepat pula jantung Meli berdetak saat ini. Hingga sebuah suara yang terdengar lantang ke arahnya membuat gadis itu terperanjat kaget.
"Kalian benar benar berani membohongiku"
Ucap Noah dengan marah setelah sampai di depan mereka kedua gadis itu.
Meli segera berdiri kemudian menatap Noah dengan takut takut.
"Kakak Noah, kami tidak berbohong kami baru saja menyelesaikan tugas sekolah, kakak bisa periksa buku kami nanti"
Ucap gadis itu yang kini kakinya terlihat gemetar.
"Aku bukan guru kalian"
Desis pria itu dengan emosi
Meli semakin takut saja, dia kembali berkata
"Jangan marah padaku kak, Liliana yang memaksaku untung datang kemari, Aku tidak ingin menemaninya tapi dia mengancam akan pergi sendiri, aku tidak mungkin membiarkan dia datang sendiri, bagaimana jika dia di lukai orang lain"
Jelas Meli panjang lebar dengan jantungnya yang terasa ingin meloncat keluar.
"Kalau begitu, saat Liliana memanggilmu ke neraka kau juga harus ikut, Kau pasti tidak tega juga melihatnya di siksa di neraka nanti"
Sarkas Noah membuat Meli mematung.
"Yang benar saja, Kalau di neraka mah ogah, Dosa kan di tanggung masing masing"
Batin gadis itu dengan sedikit tidak terima apa yang dikatakan oleh Noah.
Meli hanya diam ketika Liliana kini di bopoh oleh Noah agar segera pergi dari sana. Dan ketika Noah benar benar pergi gadis itu akhirnya bisa bernafas lega.
Namun sebuah suara mengalun di telinganya membuat tubuhnya mematung
"Bagaimana bisa ada adik iparku yang cantik ini ada di club"
Meli lantas membalikkan badannya, dilihatnya Festor kakak iparnya kini menatapnya dengan senyum mengerikan di bibirnya.
"Kakak ipar"
gumam gadis itu
Di sisi lainnya.
Noah menghempaskan tubuh Liliana dengan kasar kedalam mobil.
Rasanya gadis itu ingin berteriak ketika merasa tubuhnya terbentur cukup keras ke arah belakang.
Noah melajukan mobilnya dengan wajahnya yang mengeras, Dia benar benar marah bagaimana tidak, lihatlah baju adik iparnya saat ini benar benar begitu terbuka dia tidak bisa menebak kecewanya istrinya nanti ketika melihat penampilan adiknya.
"Argghhh panas"
Liliana Menggeliatkan tubuhnya, membuat dress pendeknya semakin terangkat ke atas memperlihatkan paha mulusnya.
Melihat itu membuat Noah mengumpat, dia pria normal menurutnya wajar jika dia bergairah.
Liliana tersenyum tipis ketika tidak sengaja melihat kakak iparnya melirik ke arah pahanya.
"Ohh siapa pria tampan ini? Kau siapa"
Gadis itu bertanya seolah dirinya benar benar mabuk.
Dia meraba wajah tampan Noah dengan gerakan yang begitu menggoda.
"Liliana duduk dengan baik"
Sentak Noah yang mendorong kasar tubuh Liliana yang mendekat ke arahnya.
Liliana jelas saja tidak menyerah semudah itu, meski tidak di pungkiri hatinya sedikit tersentil mendapat penolakan dari kakak iparnya.
"Kau kakak Noah? Kakak iparku yang tampan? Apa itu benar kau?"
Liliana kembali berbicara.
Noah hanya diam, dia berusaha menahan hasratnya saat ini, dia masih mengingat istrinya yang saat ini berada di rumah menunggunya.
"Kak Noah kau tau, Kau sangat tampan, Aku menyukaimu"
Noah terkejut mendengar apa yang di katakan oleh adik iparnya, namun dia berfikir jika gadis itu sedang mabuk jadi wajar saja jika mengatakan hal yang tidak masuk akal.
"Ahhh panas"
Tangan Liliana bergerak membuka resleting bagian depan dadanya, membuat kedua bola itu terlihat akan melompat dari tempatnya.
Noah meneguk ludahnya kasar, Benda itu merupakan benda favoritnya.
"Liliana kancing kan bajumu"
Desis pria itu
Namun gadis itu seolah tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh kakak iparnya, dia benar benar tidak peduli
Noah merasakan kepalanya berdenyut, terlebih saat ini tangan Liliana mengerayangi tubuhnya membuat dia benar benar kelimpungan.
Dia tidak habis fikir, apakah mabuk gadis itu separah itu hingga mampu melakukan hal hal di luar nalar seperti ini.
Hingga pada saat tangan gadis itu menyentuh bagian luar senjata miliknya membuat Noah mengeram.
Pria itu lantas membanting stirnya ke arah kiri, membuat mobil itu berhenti di pinggiran jalan yang sangat sepi.
Liliana sedikit terkejut, Dia pikir mungkin saat ini kakak iparnya akan memukulnya, namun di luar dari perkiraannya pria itu malah melumat bibirnya dengan rakus.
Liliana tersenyum tipis, Dia kemudian melingkarkan tangannya di leher pria itu.
"Emhhh"
Gadis itu mengeluarkan suara indahnya kala tangan Noah kini bergerak masuk menyentuh dadanya dengan gerakan begitu lihai.
Noah benar benar merasa kehilangan akalnya, seolah otaknya kini di penuhi oleh kabut gairah. Namun saat Liliana berniat membuka resleting miliknya dia segera tersadar.
Pria itu melepaskan bibirnya.
"Apa yang aku lakukan"
Gumam Noah yang merasa terkejut setelah menyadari perbuatannya.
"Arghhh sial"
Pria itu mengacak acak rambutnya frustasi.
Liliana merasa kecewa ketika kakak iparnya menghentikan kegiatan mereka, namun di sisi lain dia merasa senang.
"Dengan mencium ku itu sudah berarti kau mengkhianati kakak ku, kakak ipar"
Batin gadis itu dengan perasaan bahagia.
Noah kembali melajukan mobilnya, dia sedikit melirik ke arah Liliana yang mungkin saja tertidur karna tidak melakukan pergerakan apapun saat ini.
Saat sampai di rumah, Noah segera menghubungi Anisa agar segera membatu Liliana ke kamarnya.
"Tuan"
Noah menganggukkan kepalanya.
"Bawa dia ke kamar, Jangan sampai istriku melihat penampilannya"
Anisa hanya mengangguk dengan raut wajah terkejutnya.
Noah tidak terlalu peduli dengan ekspresi Anisa, setelah mengatakannya dia memilih pergi dari sana.
Anisa mematung dalam posisinya, Dia jelas saja terkejut ketika melihat bibir merah Noah yang terlihat begitu berantakan karna lipstik.
"Ya tuhan, Jangan bilang kalau"