(Tahap Revisi)
Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.
"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.
"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Hani baru saja mengabari bibi nya bahwa dirinya sedang kerja lembur. Kemungkinkan dirinya akan pulang larut malam, mengingat dirinya masih dalam tahap orientasi di tempat kerjanya.
"Huhh...untung bibi percaya dan tidak banyak tanya, soalnya aku belum beritahu bibi bahwa aku kerja di villa. Kalau bibi sampai tahu, bisa-bisa aku kena marah dan tak bakalan dikasi makan" gumam Hani sambil menggenggam ponsel jadulnya yang baru saja mengabari bibi nya. Dia sudah membayangkan bagaimana reaksinya bibi nya saat tahu kerja di Villa.
Bi Lilis tampak bersiap untuk pulang, saat mendapati Hani tengah asyik melamun di ruang tamu, dia pun bergegas untuk mendekatinya.
"Hani, bibi pulang duluan ya, soalnya bibi ada tamu dari kampung. Nanti kamu pulang setelah jam sembilan malam, soalnya tuan muda dan nyonya besar terkadang datang berkunjung malam-malam" jelas Bi Lilis memberitahu salah satu aturan di Villa tersebut.
Jangan sampai pemilik dari Villa datang berkunjung dan mendapati villa sudah kosong tanpa satupun pelayan yang siap melayani segala keperluan sang majikan.
"Iya Bi, hati-hati. Jangan lupa oleh-oleh nya dari kampung besok pagi" teriak Hani sambil menatap kepergian Bi Lilis. Mereka sudah akrab, apalagi Hani anaknya hambel dan mudah bergaul dengan siapa saja.
"Oke deh, bibi pasti sisakan untukmu" sahut Bi Lilis hingga tak terlihat lagi di balik pintu kayu yang menjulang tinggi.
Hani mengunci pintu, setelah itu memilih menyalakan TV lalu dengan santainya rebahan di atas karpet berbulu sembari menunggu waktu jam pulangnya. Dia sangat capek habis membersihkan sembilan kamar di lantai dua yang kesemuanya tidak terpakai, namun harus selalu dibersihkan setiap hari, sungguh menguras tenaga bukan.
Saat ini Hani persis seperti pemilik dari Villa mewah tersebut. Bantal Sofa digunakan untuk menutupi pahanya yang terekspos saat posisinya berbaring.
Maklum Hani menggunakan seragam pelayan berwarna biru yang mirip karyawan di hotel-hotel, di mana panjang roknya sebatas lutut hingga lekuk tubuhnya nampak menggoda dan begitu sedap dipandang. Seragam yang dikenakannya itu memang dikhususkan untuk penjaga Villa. Kalau Bi Lilis sendiri model seragamnya lebih sopan dan sangat sesuai dengan umurnya.
Hani sangat menikmati waktu bersantainya ditemani kripik singkong buatan Bi Lilis. Namun mendadak dia terkesiap mendengar suara hantu dari film yang ditontonnya, bahkan bulu kuduk nya sampai berdiri.
Hani sampai dibuat merinding menonton film bergenre horor, apalagi saat ini dirinya sendirian di villa mewah itu. Sedangkan dua satpam yang menjaga Villa berada di pos nya yang juga sedang asyik menonton bola.
"Kenapa kesannya jadi serem begini" ucap Hani sambil melihat disekelilingnya. Dia pun segera mengganti channel TV dengan takut-takut dan memilih menonton film bergenre komedi. Bodoh sendiri kenapa harus menonton film horor ditengah suasana malam yang sepi, padahal dirinya tipikal gadis penakut jika hal yang berbau horor dan mistis.
"Ha ha ha ha, gila! lucu banget!"
Hani tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan film komedi yang selalu huru hara di layar televisi Nasional dan seringkali di tayangin setiap hari libur ataupun hari-hari besar.
Matanya sudah berair karena terlalu sering tertawa melihat adegan lucu dalam film sampai-sampai dia tidak mendengar suara bel berbunyi di luar sana.
Tindonggg...Tindongggg
"Dimana Bi Lilis?" tanya sosok pria berperawakan tinggi yang terus menekan bel pintu Villa dengan tidak sabaran.
"Kami minta maaf sebelumnya tuan muda, sebenarnya bi Lilis sudah pulang sedari tadi" jawab kedua satpam dengan kompaknya. Tampak mereka takut-takut melihat tiga bodyguard bertubuh kekar mengawal tuan mudanya.
"Lalu siapa orang di dalam? aku bahkan mendengar suara tawa dan suara TV yang sangat besar" bentaknya yang sudah kesal karena terlalu lama berdiri di depan pintu.
"Itu...itu..eeh pelayan baru tuan muda, namanya Hani" ucap Syamsul gugup sambil menyenggol lengan temannya untuk membantunya berbicara.
"Betul tuan muda, neng Hani orangnya cantik dan juga ramah" sahut Udin membenarkan ucapan rekannya.
"Lanjutkan kembali pekerjaan kalian" perintah pria yang dipanggil tuan muda oleh kedua satpam dan pria itu adalah Hans.
Hans terus menekan bel berulangkali dengan raut wajah terlihat dingin dan sorot mata begitu tajam namun anehnya kedua matanya tampak memerah persis orang yang sedang mabuk. Ditambah keringat dingin mulai membasahi kening dan tengkuknya.
"Biar kami saja...."
Salah satu bodyguardnya langsung menggantung ucapannya karena Hans mengangkat sebelah tangannya, itu pertanda agar ketiga bodyguardnya tak perlu ikut campur.
Ceklek...
"Tamu tidak punya sopan santun, kamu bisa merusak bel nya jika terus menekannya!" teriak Hani dengan suara meninggi yang langsung memarahi pria berperawakan tinggi yang berdiri di hadapannya.
Hans hanya mengerutkan keningnya melihat tingkah gadis asing di hadapannya, namun anehnya gadis itu memakai seragam pelayan. Dia sangat yakin gadis itu pelayan baru di Villa nya.
"Minggir!" ucap Hans dengan ketusnya, karena gadis itu menghalangi jalannya.
"Maaf, aku tidak akan memberimu jalan, sebelum kamu memperlihatkan identitas mu terlebih dahulu" ucap Hani sambil merentangkan kedua tangannya guna menghadang pria itu. Jangan sampai dirinya salah menerima tamu, apalagi sekarang sedang maraknya perampokan dan modus kejahatan.
Ketiga bodyguard Hans hanya mampu diam memperhatikan pertengkaran tuan muda nya dengan seorang pelayan. Mereka sangat salut melihat tingkah laku gadis aneh nan pemberani yang sedang menantang tuan muda nya.
"Ayo, biarkan tuan muda mengurus pelayannya" ucap salah satu bodyguard dan di angguki oleh rekannya. Merekapun memutuskan untuk berjaga-jaga di teras Villa daripada menjadi penonton pertengkaran tuan muda nya.
Sedangkan Hans tidak menggubris ucapan Hani, dia malah menyelonong masuk dan tak sengaja menyenggol tetek montok Hani yang lumayan besar.
Glekk
Hans tidak melanjutkan langkahnya dia melirik kearah bawah, lebih tepatnya pada aset kejantanannya lalu melirik kearah Hani, salah lebih tepatnya tetek montok Hani yang menjadi pusat perhatiannya.
Deg!
Hans menelan salivanya dengan susah payah, dia tidak menyangka burungnya yang mati suri mendadak terbangun. 'Kok bisa?' hal itu menjadi tanda tanya besar bahkan mulai bersarang di kepala atas dan di kepala bawahnya.
Sementara Hani tampak menyentuh dada kanannya yang sempat disenggol habis oleh lengan kekar Hans, hingga membuatnya sempat berguncang hebat. Hani dapat merasakannya.
"Apa lihat-lihat ? Kenapa terus menatapku?" tanya Hani dengan mode galaknya.
"Kamu pelayan baru"
"Iya, memangnya kenapa!" jawab Hani sambil bertolak pinggang dengan gaya menantang.
"Seperti inikah sikap pelayan kepada majikannya" ucap Hans tersenyum sinis dan berusaha keras menahan sesuatu yang terasa aneh menjalar di tubuhnya dan belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Pulanglah, jangan lupa perbaiki sikapmu" ucap Hans lalu berbalik badan.
"Hei! kamu bukan majikan ku, jadi jangan sok tahu!" ucap Hani marah lalu dengan cepat menarik paksa lengan kekar Hans. Sedangkan Hans tidak tinggal diam dia berusaha melepaskan diri, hingga terjadi aksi saling tarik menarik.
Hani terlihat begitu kesetanan melawan Hans bahkan sebelah tangannya menarik rambut Hans alias majikannya dengan brutalnya. Aksinya itu benar-benar ingin melempar habis tubuh Hans keluar Villa.
Padahal orang yang dihadapinya itu adalah anak dari majikannya. Pasalnya BI Lilis hanya memberitahunya bahwa pemilik villa itu adalah kakek tua dan wanita paruh baya yang sering berkunjung di malam hari atau waktu tertentu.
Ketiga bodyguard yang mendengar keributan langsung melerai mereka. Kedua bodyguard Hans langsung mencekal tangan Hani.
"Lepaskan aku, apa kalian tuli hah!" bentak Hani.
Hans hanya menatap tajam kearah Hani lalu menyentuh kejantanannya yang masih berdiri kokoh dibalik celananya.
"Bawa gadis itu ke kamar utama" perintah Hans dengan suara beratnya lalu melangkah terlebih dahulu menuju kamar yang dimaksud.
Sementara Hani langsung memberontak untuk lepas saat kedua bodyguard Hans ingin membawanya. Namun Hani kalah telak, tubuhnya dibopong oleh kedua bodyguard Hans ke kamar utama.
Bersambung.....