Janetta, gadis empat puluh tahun, berkarier sebagai auditor di lembaga pemerintahan. Bertahan tetap single hingga usia empat puluh karena ditinggalkan kekasihnya yang ditentang oleh orang tua Janetta. Pekerjaan yang membawanya mengelilingi Indonesia, sehingga tanpa diduga bertemu kembali dengan mantah kekasihnya yang sudah duda dua kali dan memiliki anak. Pertemuan yang kemudian berlanjut menghadirkan banyak peristiwa tidak menyenangkan bagi Janetta. Mungkinkah cintanya akan bersemi kembali atau rekan kerja yang telah lama menginginkan Janetta yang menjadi pemilik hati Janetta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arneetha.Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
Aku telah tiba di Bandara Kualanamu setelah perjalanan dua jam dari Jakarta untuk transit selama tiga jam dan perjalanan satu jam dari kota Jogjakarta. Waktu menunjukkan pukul tiga sore ketika aku keluar dari bandara. Aku sudah pernah beberapa kali ke kota ini dalam rangka perjalanan dinas. Karena itu ketika ditawari dijemput oleh supir kantor, aku menolak. Aku memilih naik kereta saja dan dari sana naik taksi menuju hotel tempat aku sementara menginap sebelum esok aku mencari kost yang sesuai untukku.
Aku telah sampai di hotel dan segera menuju kamar yang sudah kupesan sebelumnya lewat aplikasi travel online. Aku masuk ke kamar, merebahkan diriku sesaat untuk mengurangi kelelahan akibat perjalanan hari ini. Terasa perutku keroncongan, karena tadi di bandara Soekarno Hatta, aku hanya makan roti dan minum air mineral sebagai penahan lapar. Dan baru kusadari dari pagi aku belum makan dengan benar. Aku bergegas mandi karena aku ingin makan makanan yang kurindukan di salah satu mall di kota ini.
Selesai mandi dan berbenah, aku memesan taksi online, lalu turun ke lobby. Dan kini sampailah aku di restoran yang makanannya cukup kusukai di kota ini. Aku memesan hidangan favoritku dan sembari menunggu pesananku diantar, aku berselancar di dunia maya mencari tempat kost yang sesuai seleraku. Sudah ada beberapa referensi dari teman-teman kerjaku, namun aku menginginkan lebih banyak pilihan buat jaga-jaga siapa tahu yang disarankan teman-temanku kurang pas di hati dan kantong. Lagi asyik memainkan handphone, tiba-tiba seorang anak balita berusia tiga tahun menghampiri mejaku. Dia tersenyum lucu dan aku pun membalas senyumnya. Aku tidak mau wajahku yang tanpa senyum ini akan menakuti anak kecil itu. Melihat senyumku, anak kecil itu malah tertawa, sampai aku berpikir apa ada yang lucu di wajahku. Buru-buru aku berkaca di handphoneku dan aku tidak melihat ada yang janggal di wajahku.
“Anetta, sini Nak, nggak boleh mengganggu orang lho,” kudengar suara seorang perempuan di belakangku. Aku tak menoleh namun tetap tersenyum sampai anak kecil itu kembali ke meja orangtuanya. Pesananku datang dan aku makan dengan khusyuk. Selesai makan, kupanggil pelayan dan meminta bill. Sebelum bill datang, ternyata pengunjung di meja belakangku telah selesai dan bergerak akan keluar dari restoran. Mereka bergerak melewatiku, tanpa sadar aku melihat ke anak kecil tadi yang ternyata melambaikan tangan padaku dalam gendongan ayahnya. Spontan aku melambaikan tangan juga dan jantung terasa berhenti. Lelaki itu, ayah anak kecil yang dipanggil Anetta tadi, aku merasa sangat mengenalnya. Aku ingin memanggilnya, namun cepat kutangkupkan tanganku ke mulutku agar dia tidak mendengarku. Mereka, ayah, anak kecil itu dan neneknya telah keluar dari restoran tanpa menoleh padaku. Aku lega dan lunglai, sampai-sampai pelayan yang mengantar bill tidak kuacuhkan. Bagaimana mungkin, jarak Manado dan Medan sangat jauh. Bagaimana mungkin aku bertemu dengannya disini. Degup jantungku masih berdetak kencang saat melihatnya, aku bahkan ingin memanggil namanya. Apa ini Janetta ? Kau masih cinta dengannya ? Kau bilang kau sudah move on karena dia sudah jadi suami orang. Tapi mengapa tiba-tiba rasa rindu itu begitu menyengat sampai ke tulangku. Aku segera menepis keterkejutanku, aku yakin itu bukan Antonio. Dia hanya mirip dengan Antonio. Lagipula perempuan tua tadi bukan ibunya Antonio. Ah, tidak, tidak, mereka hanya mirip saja dari belakang. Dan oh, bagaimana bisa, aku masih mengingat visual Antonio bahkan dari belakang. Tidak, tidak, ini tidak benar. Aku hanya berhalusinasi karena kelelahan. Buru-buru kubayar bill di kasir. Bergegas aku kembali ke hotel untuk istirahat. Karena tubuhku benar-benar sangat kelelahan. Besok pagi aku harus punya stamina cukup untuk mejelajahi kost-kost yang sudah ada di daftarku.