Rasa cinta yang sangat besar pada Gentala Wiliam Manggala membuat Alena secara ugal ugalan mengejar cintanya. berkali kali di tolak tidak membuat gadis itu menyerah, hingga suatu hari dia mendengar kalimat menyakitkan dari Wiliam.
"wajar kau bertanya seperti itu? kau pikir aku semurah itu? aku hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan, paham!!" -kalimat Wiliam yang secara tidak sengaja menghancurkan hati Alena.
bukan, bukan karena di tolak lagi, tapi kalimat yang mengatakan 'hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan' membuat Alena runtuh.
sore itu di tengah hujan deras Alena terlibat kecelakaan maut hingga gadis itu di larikan ke rumah sakit.
ajaibnya, setelah satu Minggu di rawat, Alena kembali tersadar, tapi yang membingungkan Alena tersadar di raga orang asing bernama Nadira Fernandez, seorang gadis yang di kucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
di kantin
"APA??" tidak hanya Sella tapi Sonya pun memekik tak percaya.mereka cukup tahu tentang Nadira selama ini dari cerita Sella, bahkan sering juga mereka bertemu Nadira kala bertamu di rumah Sella saat SMP.
"iya Nadira, kalian tahu tadi pagi dia datang satu mobil dengan kak Wiliam ke sekolah__"
"WHATT??" belum selesai Rere bercerita,lagi mereka secara bersamaan memekik, Sella berpikir pantas saja kakak kesayangannya itu tidak pulang semalam, rupanya sedang berpacaran dengan Wiliam. Sella mengepal tangannya kuat, kali ini Nadira lebih dulu mencuri start.
"hanya gosip, dia memang seperti itu orangnya suka nempel pada pria manapun,,buktinya satu Minggu yang lalu dia ngajak kak Vallerio ke rumah,pasti mereka pacaran,lihat deh sekarang mereka berduaan makan di sana" tidak mau percaya begitu saja,Sella mengeleng kepalanya pelan.
"benarkah? Wahhh Nadira memang sudah banyak berubah semenjak terakhir kali aku melihatnya, dulu dia seperti gadis cupu tapi sekarang penampilannya berubah seratus delapan puluh derajat, tidak hanya penampilan saja, pergaulannya pun lebih luas sekarang" timpal Sonya yang merasakan perubahan Nadira akhir ini.
"udahlah,ayok kita samperin mereka!" Sella,Rere dan Sonya berlalu menghampiri meja kantin dimana Alena dan Vallerio sedang asik makan.
"kak Dira.." panggil Sella dengan suara lembut dan senyum cantiknya.Alena menoleh sebentar,kemudian lanjut makan.
"kakak kami boleh gabung disini nggak?" lanjut Sella,dalam hatinya dia geram sendiri mendapati sikap Alena yang selalu cuek.
"duduk saja!!" jawab Alena dengan datar, sella dan kedua antek anteknya duduk bersama Alena dan Vallerio. Mereka memesan makanan, sembari menunggu Sella tidak hentinya berceloteh walau Alena dan Vallerio tidak terlihat menanggapi sama sekali. suasana kantin begitu ramai, banyak anak sekolah yang bergabung disana dengan cerita versi mereka masing masing.
.
.
kantin yang awalnya ramai dengan suara anak anak lain kini hening. Tidak terdengar lagi suara suara heboh seperti sebelumnya. Kini seolah kedatangan monster pencabut nyawa. keheningan itu ternyata di ciptakan karena kehadiran Wiliam yang memang sangat jarang pergi ke kantin. dia makan di tempat itu bisa di hitung hanya beberapa kali.
"kenapa pada hening ya?" tanya Alena pada Vallerio yang terlihat sama bingungnya, pria itu menggeleng kepala lalu kembali pada makanannya.
"kak Wiliam datang ke kantin? Tumben tumbennya?" Sahut Rere memandang Wiliam yang berjalan tegap dan tenang.
Sosok Wiliam berjalan mendekat mencari tempat duduk gadisnya, langkah tenangnya mengayun ke meja yang Alena dan Vallerio duduki.
"what? Demi apa kak Wiliam berjalan kemari? Aku harus tampil cantik ini" Sella bergumam dalam hati, suatu keberuntungan di samperin bintang sekolah,gadis itu merapikan rambutnya sekilas,dia merubah mimik wajahnya mengembangkan senyum terus menerus.
tidak hanya Sella yang kagum, banyak anak anak lain yang memperhatikan langkah Wiliam, sementara sang empunya tidak peduli dengan tatapan semacam itu,sudah menjadi makanan sehari hari bagi seorang Wiliam mendapati kekaguman dari para penggemarnya.
"ckk bisa bisanya dia tebar pesona!" guman Alena sangat pelan yang hanya dapat di dengar oleh Vallerio. Pria itu tersenyum penuh arti,ingin meledek tapi tidak sekarang.
"kenapa kau senyum senyum?" tanya Alena dengan nada juteknya, moodnya saat ini sedang tidak baik baik saja.
"enggak apa apa,cuma lucu aja bakso ini sedari tadi tidak masuk di garpu" jawab Vallerio dengan asal.
saat ini Wiliam sudah berdiri di depan bangku mereka, tatapan tajam dia layangkan pada Vallerio yang begitu dekat duduknya dengan Alena.
"hai kak Wiliam" Sella orang pertama yang menyapanya,sementara Vallerio dan Alena asik sendiri. Tidak ada jawaban sama sekali, mata Wiliam memberi syarat pada Vallerio untuk berpindah tempat duduk tapi pria itu pura pura tidak mengerti.
"minggir!!" tidak mempan hanya dengan kodean, kini Wiliam meminta Vallerio berpindah.
"nggak ya,aku tetap mau disini, lagi pula itu masih ada tempat kosong" jawab Vallerio mempertahankan tempat duduknya, mendengar itu Wiliam geram sendiri, tangan kekarnya menarik paksa tubuh Vallerio agar berpindah.
Banyak pasang mata menatap tidak percaya,mereka takut terjadi sesuatu pada Vallerio nantinya, lagi pula pria itu apa susahnya sih untuk pindah aja,pikir mereka.
"kak Wiliam duduk di samping Sella aja,masih pas kok disini" Sella menepuk tempat di sampingnya yang memang masih muat untuk duduk satu orang bahkan dua orang sekalipun bisa. Vallerio mengangguk setuju,
"iya mending Lo duduk di situ aja" timpal Vallerio enggan berpindah. Aura Wiliam berubah, aura gelap dia pancarkan membuat Vallerio meneguk ludahnya sendiri.
"i iya ud__"
"kalian kapan makannya?? Kalau mau ribut jangan disini,, ganggu yang lain saja!!" Alena meletakkan sendok dengan kasar menciptakan suara yang cukup nyaring. ditambah Omelan gadis itu membuat orang orang berpikir bahwa dia punya nyali yang bagus. Tidak ada orang yang berani membentak iblis seperti Wiliam, mendekat padanya saja tidak ada selain Jerry temannya dan Alena tentunya.
"kau pindah sendiri atau aku tendang!!!" datar Wiliam, Vallerio mengangkat piringnya berpindah ke samping Sella,sedangkan saat ini Wiliam duduk di dekat Alena,memperhatikan gadis itu yang hanya fokus pada makanan.
"kenapa tidak menungguku?" tanya Wiliam, Alena sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.
"ckk kalau ditanya bisa tidak di jawab hmm" masih dengan sabar, Wiliam memandang lekat wajah Alena, dia tidak terlihat memesan makanan,kerjaannya hanya memandang Alena makan.
"kak Wiliam mending nggak usah bertanya sama dia, tabiat kakakku memang sangat buruk, dia tidak mau menjawab orang lain seolah dia yang paling baik di dunia ini" Sella memulai aksi mengompor, dia berharap Wiliam percaya begitu saja dengan ucapannya,tapi dia harus menelan pil pahit kala Wiliam tidak menanggapinya sama sekali. Dia juga tidak terlihat marah sama sekali walau Alena cuek padanya.
"sa__"
"berhenti nggak bicaranya, aku tidak suka diajak bicara saat makan, kamu juga,kenapa hanya melihatku?" ujar Alena beralih menatap tajam Wiliam yang sama sekali tidak mengalihkan pandanganya.
"aku boleh makan yang itu?" tunjuknya pada mangkok bakso yang sudah hampir habis punya Alena, wanita itu memicingkan matanya, tak lama dia menggeser mangkok tersebut di depan Wiliam, biarlah pria itu memakan sisanya, Alena tidak begitu peduli dengan pandangan orang orang padanya sekarang.
"mau di suapin" Wiliam menggeser kembali mangkoknya minta Alena suapin, mendengar permintaan seperti itu tentu saja membawa ingatan Alena ke masa lalu.
"tidak jadi!!" ujarnya menghabiskan sendiri sisa bakso yang seharusnya menjadi milik Wiliam tadi. Tanpa kata Alena berdiri dari sana, dia dengan cepat membayar makanan punyanya dan Vallerio. Selesai membayar Alena tidak kembali ke tempat duduknya melainkan kembali ke kelas.
"eh Al em Dira kok pergi.." teriak Vallerio ikut berdiri dari sana mengejar langkah Alena. Wiliam mengepal tangannya kuat, di tinggal begitu saja bukan hal yang dia inginkan. Kembali dia berdiri mengejar Alena yang sudah mulai hilang dari pandangannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tidak semudah itu bang Wil😊