Pengkhianatan Dalam Pernikahan

Evan yang mendengar pertanyaan itu pun sedikit terkejut. Tidak biasanya sang istri menanyakan hal ini kepada dirinya. Ini sungguh aneh.

"Sa,,, sayang. Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu? Apakah kamu mencurigai aku berselingkuh dengan wanita lain di belakangmu? Astaga.... Buang semua kecurigaanmu itu. Aku mana mungkin mengkhianati cinta kita. Ada-ada saja kamu ini." Kata Evan seraya mengusap wajahnya gusar. Pertanyaan sang istri benar-benar membuat Evan merasa cemas sekarang. Sedangkan Gladis, ia nampak tersenyum, melihat kegundahan yang di tampilkan oleh suaminya saat ini.

"Aku hanya sekedar bertanya, Mas. Memangnya salah aku bertanya seperti itu? Lagian, aku juga sama sekali tidak mencurigaimu, Mas. Bagaimana mungkin pria yang aku cintai dan aku hormati tega mengkhianati aku di belakang? Iya'kan, Mas?" tanya Gladis dengan penuh penekanan. Menatap suaminya yang terlihat masih gelisah karena pertanyaan istrinya tersebut.

"Mas! Kenapa kamu seperti gelisah begitu? Apakah kamu.... "

"Sayang, mas lelah. Bolehkah kita istirahat sekarang?" Evan langsung mengalihkan pembicaraannya. Ia menatap istrinya dengan tatapan yang memohon. Ia tidak ingin keceplosan, atau istrinya akan benar-benar mencurigainya. Ya meskipun sang istri sudah tahu kebusukannya, tetapi saat ini yang Evan tahu, Gladis belum mencium pengkhianatan yang di lakukan olehnya. Maka dari itu, pria brengsek ini sebisa mungkin untuk tidak membahas tentang perselingkuhan yang di tanyakan oleh istrinya tadi.

"Baiklah, kita istirahat sekarang." Gladis menghela nafasnya panjang. Masih banyak waktu bagi Gladis untuk mengikuti permainan suaminya tersebut. Lihat saja, sampai mana Evan bisa bertahan dalam permainannya sendiri.

Beranjak dari tempat duduk, Gladis pun langsung berjalan melewati suaminya begitu saja. Tidak ada lagi kata yang di ucapkan oleh Gladis, sehingga membuat Evan merasa lega.

"Hampir saja. Aaarghh kenapa Gladis tiba-tiba bertanya tentang perselingkuhan? Apakah dia mulai mencurigaiku? Ah tidak mungkin, kalau dia memang curiga, dia pasti akan memberondongku dengan berbagai pertanyaan seperti yang istri Doni lakukan waktu itu saat dia mencurigai Doni berselingkuh. Sudahlah, lebih baik aku tidur saja. Daripada memikirkan hal ini, membuatku pusing saja." Gumam Evan sebelum ia akhirnya memilih untuk berjalan menyusul istrinya ke dalam kamar.

***

Jarum jam sudah menunjukkan angka enam pagi. Gladis sudah bergulat di dapur, membuat sarapan serta kopi untuk suami brengseknya itu. Sekalipun hati Gladis sakit, namun ia masih harus bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, dan tidak mengetahui pengkhianatan suaminya tersebut.

Gladis akan mengikuti permainan yang akan di mainkan oleh suaminya saat ini. Berpura-pura bodoh dan tidak tahu dengan kelakuan bejad sang suami di belakang. Namun, meskipun begitu, Gladis akan terus memantau whatsapp sang suami, siapa tahu suatu saat nanti, Evan dan Amelia akan pergi memesan hotel, dengan begitu Gladis bisa mengikutinya dan memergoki perselingkuhan mereka di depan matanya.

Sarapan pagi sudah selesai di buat, Gladis sajikan di atas meja makan, begitupun juga dengan kopi yang terlihat masih panas, mengeluarkan uap asapnya. Aroma itu langsung tercium oleh hidung Evan yang saat ini sudah berjalan menuju ruang makan.

Evan segera menghampiri istrinya yang saat ini sedang berdiri membelakanginya. Memeluk tubuh istrinya, lalu memberikan kecupan mesra di pucuk kepala sang istri.

"Selamat pagi, sayang. Tumben pagi-pagi sudah keramas hmmm." Bisik Evan sambil mengendus-endus ceruk leher sang istri yang membangkitkan gairah kelelakiannya. Maklum, keduanya sudah lama tidak melakukan hubungan suami istri, karena sang istri yang berhalangan.

"Lepas, Mas. Cepat sarapan, nanti kamu kesiangan!" seru Gladis terdengar sedikit dingin di telinga Evan. Ah ntah itu hanya perasaan Evan saja, atau memang suara Gladis sedikit dingin? Evan sendiri tidak memperdulikannya.

Melepaskan pelukannya, kemudian Evan berjalan dan menarik kursi untuk ia duduki. Mengambil segelas minuman, lalu meneguknya dengan perlahan.

"Sayang, sepertinya minggu ini aku hari keluar kota. Bos memintaku untuk menyusul Doni. Sesuatu sedang terjadi di sana," ucap Evan sambil menatap lekat istrinya yang terlihat cantik itu.

"Oh, benarkah?" tanya Gladis, seolah-olah tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh suaminya tersebut. Tentu saja ia tidak akan percaya, dia sudah di bohongi dan di khianati oleh suaminya. Mana mungkin ia percaya lagi dengan ucapan suaminya itu?

"Benar sayang. Apa kamu tidak percaya sama Mas? Apa perlu Mas telpon bos Mas untuk... "

"Tidak perlu! Aku percaya sama kamu. Cepat habiskan sarapanmu, jangan sampai kesiangan." Sela Gladis dengan cepat dan dingin hingga membuat Evan terdiam sejenak, menilik raut wajah sang istri.

"Sayang, ada apa denganmu? Apakah kamu sedang ada masalah?" tanya Evan tidak mengindahkan ucapan istrinya.

"Tidak ada. Aku hanya kepikiran sesuatu."

"Apa itu? Bicaralah, Mas tidak ingin kamu berkata dingin lagi sama Mas. Mas jadi merasa telah melakukan kesalahan sama kamu, sayang." Ucap Evan tidak tahu malu. Jelas-jelas dia sudah melakukan kesalahan yang sangat besar, dasar pria brengsek!

"Kamu memang sudah melakukan kesalahan besar, Mas. Sangat besar, sehingga kesalahanmu tidak bisa ku maafkan lagi." Kata Gladis membuat Evan langsung membulatkan kedua bola matanya sempurna. Menatap Gladis dengan penuh keterkejutannya.