Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Ya?"
"Kamu lagi di kamar mandi, ya, Arumi?"
"Iya. Habis Mas Ibrahim belum tidur. Jadi aku ...." Ucapan Arumi terhenti.
Arumi tak bisa terang-terangan berkata pada Erlan kalau ia takut Ibrahim tahu tentang hubungannya dengan Erlan.
Hubungan yang sebenarnya belum jelas seperti apa.
"Ya udah, aku matiin aja, ya, teleponnya. Kamu cepetan tidur, gih!"
"Iya." jawab Arumi.
Walau sebenarnya Arumi sedikit kecewa karena perbincangan mereka harus berakhir.
Erlan segera menutup panggilannya. Jadi, Arumi segera bangkit dari kloset yang sejak tadi ia duduki.
Arumi bergegas keluar dari kamar mandi. Tapi, tiba-tiba saja Arumi sangat terkejut, karena saat Arumi membuka pintu, sudah ada Ibrahim berdiri di sana dengan raut wajah yang masih sama seperti tadi.
"Ya, Tuhan, apa Mas Ibrahim dengar percakapanku sama Erlan tadi!" batin Arumi dengan perasaan yang begitu ketakutan.
"M...m.. mas." ucap Arumi terbata.
"Kamu ngapain aja, sih, di dalam? Lama banget! Gak tau, ya, kalau aku kebelet pengen BAB! Udah di ujung ini!" maki Ibrahim.
"Minggir kamu!" Ibrahim sedikit mendorong tubuh Arumi agar tak menghalangi jalan lalu ia segera masuk ke kamar mandi.
"Hufff!" Arumi seketika menghela nafas lega.
Rupanya ketakutan Arumi sama sekali tak terjadi.
***
Pagi harinya Ibrahim masih mendiamkan Arumi. Saat Arumi bertanya pada Ibrahim, jawabannya hanya ala kadarnya saja.
Tapi Arumi masih bisa bersyukur. Setidaknya Ibrahim tak main kasar padanya pagi ini. Kemarahannya hanya sebatas mediamkan saja.
"Ini, Mas, tas kerjanya!" Ucap Arumi seraya menyodorkan tas kerja bewarna hitam yang sering di bawa Ibrahim ke kantor.
Ibrahim hanya menerima tas itu. Tanpa berkata apapun, dan tanpa sedikit senyum terlihat di bibirnya.
Ia segera masuk ke mobil setelah Arumi mencium punggung tangannya.
"Hati-hati ya, Mas!" Ucap Arumi seraya melambaikan tangan.
Lagi-lagi Ibrahim tak menjawab. Ia hanya segera menutup kaca mobil, dan segera berlalu meninggalkan Arumi.
Arumi hanya menghela nafas lelah. Begitulah Ibrahim, kalau ada hal-hal yang sedikit saja tak berkenan di hatinya, ia pasti akan sangat marah besar seperti itu sampai berlarut-larut.
Mungkin sekarang Arumi masih bisa bersabar menghadapinya, tapi suatu saat nanti, Arumi belum tentu mampu menahannya lagi.
Setelah kepergian Ibrahim, Arumi segera masuk ke dalam rumah.
Meneruskan rutinitasnya yang memang belum terselesaikan.
Lagi-lagi rasa jenuh melanda dalam benak Arumi. Arumi merasa ingin sedikit hiburan seperti kemarin.
Jalan-jalan dan berinteraksi dengan seseorang, apalagi bersama Erlan.
Ya, kesenangan yang diberikan pria itu pada Arumi, kini seakan menjadi candu. Arumi ingin terus mengulanginya, lagi dan lagi.
'Emhhh... Erlan, lagi apa ya?'
Tanpa Arumi sadari, ia sangat merindukan Erlan.
Merindukan wajah tampannya, merindukan senyum ramahnya, dan juga merindukan perlakuan baiknya yang sering ditujukan Erlan pada Arumi.
Tanpa terasa Arumi melangkah menuju dapur. Dimana ia melihat sosok Erlan dari sina.
Sosok yang seperti biasa, fokus pada objek foto yang ia bidik.
Arumi tak ingin mengusiknya, mengusik ketenangan Erlan. Biarlah begini saja, Arumi lebih memilih memandang Erlan dari kejauhan saja.
Karena hanya dengan seperti ini saja, Arumi sudah cukup merasa bahagia.
Seolah inilah hiburan bagi Arumi saat dirinya harus menghadapi kehidupan rumah tangganya yang tak begitu menyenangkan bersama dengan Ibrahim.
Setelah puas melepas kerinduan pada Erlan, Arumi kembali pada pekerjaannya sebagai Ibu rumah tangga.
Membersihkan rumah, mencuci sekaligus menyetrika baju Ibrahim.
Dan yang terakhir adalah kegiatan yang akhir-akhir ini membuat Arumi sangat bersemangat, yaitu memasak di dapur.
Tapi kini Erlan sudah tak nampak lagi di tempatnya. Padahal kurang lebih dua jam yang lalu Erlan masih fokus di tempat itu.
"Kemana Erlan sekarang? Ah ... Kenapa aku jadi berlebihan kaya gini. Bukannya dia juga punya banyak kegiatan yang tak semuanya harus aku ketahui?" batin Arumi saat ia menatap studio foto Erlan yang terlihat kosong.
Arumi segera menepis pikiran posesifnya. Ia mengalihkan pikiran itu dengan kembali fokus memasak.
Namun, saat tengah asik memasak, gas kompornya tiba-tiba mati.
Arumi menoleh sekilas ke arah samping dan ternyata isi gas itu sudah habis tak bersisa.
Arumi dengan cepat mengganti gas lama dengan gas baru yang memang selalu ia sediakan untuk berjaga-jaga kalau terjadi hal seperti ini.
Arumi segera memasang gas baru itu. Tapi tak seperti biasanya. Gas ini sangat sulit terpasang.
Arumi berusaha untuk mengutak-atiknya dan setelah hampir lima belas menit ia melakukannya.
Namun, hasilnya nihil, hanya rasa cape saja yang ia dapat. Gas tetap tak bisa terpasang seperti seharusnya.
Arumi setengah menyerah. Tapi tiba-tiba saja ia tersenyum tak jelas.
Ya, bukankah hal ini bisa ia jadikan alasan untuk bisa bertemu dengan Erlan?
Arumi tak ingin menyia-nyiakan kesempatan bagus itu. Arumi akan meminta pertolongan pada Erlan.
Erlan pasti akan menemui dirinya, dan mereka akan saling berbincang seperti yang ia inginkan.
"Astaga ... Arumi, sejak kapan kamu jadi punya pikiran licik seperti ini?" gumam Arumi dalam hati.
Arumi meraih ponselnya dan segera mencari kontak nomor Erlan. Tanpa ragu, Arumi langsung menghubunginya.
"Halo!" Terdengar suara berat Erlan di seberang sana.
Suara yang sangat Arumi rindukan sejak tadi.
Suara yang sempat Arumi bayangkan memanggil namanya di tengah-tengah khayalan adegan bercintanya bersama Erlan.
"Halo, Erlan!"
"Ya, Arumi. Ada apa?"
"Kamu lagi sibuk gak?" tanya Arumi pada Erlan.
"Aku cuma lagi ketemu client."
"Ooh ... Kamu lagi sibuk ya." Ucap Arumi sangat kecewa.
"Mmmm ... Kamu bisa tunggu sebentar. Nanti aku hubungi kamu lagi kalau aku udah selesai sama clientku. Gak lama kok, aku janji."
"Baiklah." jawab Arumi.
Arumi segera menutup panggilan itu. Arumi bertekad untuk menunggu dengan sabar Erlan kembali menghubunginya, seperti yang ia janjikan.
***
Setelah kurang lebih sepuluh menit, panggilan dari Erlan yang sangat di nantikan Arumi akhirnya datang juga.
Dengan semangat Arumi langsung menerima panggilan itu.
"Halo!" sapa Arumi.
"Halo, Arumi!"
"Iya. Kamu udah gak sibuk lagi?" Tanya Arumi memastikan.
"Udah enggak. Clientnya udah pergi. Sedikit aku usir, sih, biar bisa cepet-cepet ngobrol sama kamu."
Arumi seketika tertawa geli menanggapi ucapan Erlan.
"Mau apa tadi telepon?" tanya Erlan.
Arumi sedikit berdehem sebelum menjawab pertanyaan Erlan
"Aku bisa minta tolong?"
"Minta tolong? Tentu, aku pasti bakal bantu kamu. Minta tolong apa?"
"Gak terlalu penting sih." Jawab Arumi sedikit ragu.
Erlan tertawa kecil. "Kamu mau minta tolong apa?" Tanya Erlan lagi.
"Kamu bisa pasangin gas kompor aku gak?" Jawab Arumi masih ragu.
Spontan Erlan tertawa sedikit lebih kencang.
"Arumi... Arumi...! Kamu tuh lucu banget tau gak. Kirain minta tolong apa. Okelah, aku ke sana sekarang. Tunggu, ya!"
Erlan mematikan panggilannya. Beberapa saat kemudian Erlan keluar dari studio fotonya dan langsung menuju ke arah dapur Arumi.
Melewati semak-semak untuk menjangkau pintu yang selama ini menjadi penghubung mereka berdua.
"Aku boleh masuk ke dapur ini lagi?" tanya Erlan setelah ia sampai di hadapan Arumi.
Arumi menganggukan kepalanya seraya tertawa kecil melihat kelakuan Erlan.
Setelah berada di dalam, Erlan langsung menghampiri gas yang terlihat berantakan bekas Arumi otak-atik beberapa saat yang lalu.
Erlan berusaha memasang gas itu. Ia terlihat sangat cekatan, terampil dan nampak serius mengerjakannya.
"Ganteng banget." batin Arumi yang diam-diam memperhatikan Erlan.
Arumi kini semakin menyukai wajah Erlan dia saat seperti ini.
Wajah yang mungkin membuat wanita manapun terkagum-kagum karena kesempurnaannya.
Tak butuh waktu lama, gas itu sudah terpasang sempurna berkat bantuan Erlan.
"Udah." Ucap Erlan seraya tersenyum ke arah Arumi.
"Makasih ya, Erlan!"
"Iya, sama-sama." jawab Erlan seraya kembali menoleh ke arah Arumi.
Tapi, tiba-tiba Erlan tersenyum geli membuat Arumi mendadak bingung dengan sikapnya.
"Kenapa?" tanya Arumi heran.
"Tuh, ada cemong di pipi kamu." Jawab Erlan seraya tertawa kecil.
Arumi sontak panik dan berusaha membersihkan noda yang di maksud Erlan. Noda bukti kerja keras Arumi dalam memasang gas beberapa saat yang lalu.
Namun tiba-tiba tangan Erlan menyentuh pipi Arumi dengan lembut dan mengusap dengan ibu jarinya.
Erlan berusaha membantu Arumi untuk menghilangkan noda itu.
Tapi sesaat kemudian, ibu jari Erlan beralih mendarat di bibir Arumi. Ia merabanya dengan berlahan.
Jantung Arumi tiba-tiba berdebar hebat karena apa yang di lakukan Erlan.
Suasana tiba-tiba berubah aneh. Karena beberapa saat kemudian, kedua mata itu bertemu tatap.
Dan tanpa mereka sadari, wajah mereka sama-sama semakin mengikis jarak.
Semakin dekat dan semakin dekat, sampai akhirnya, Erlan mengecup bibir Arumi dengan lembut.
Yaps, mereka akhirnya berciuman. Bibir mereka saling menjamah.
Arumi kini bisa merasakan lembutnya bibir Erlan, begitu juga dengan Erlan yang bisa merasakan sentuhan bibir Arumi.
Arumi sangat terbuai dibuatnya. Arumi sangat menikmati ciuman itu, begitu juga dengan Erlan.
Tapi tiba-tiba saja, kesadaran Arumi mengusik segalanya.
Ini sesuatu yang tak benar. Mereka tak boleh melakukan itu.
Mereka sudah melangkah terlalu jauh. Jadi, Arumi tiba-tiba mendorong tubuh Erlan dengan sangat kasar agar sedikit menjauh.
Erlan seketika merasa terkejut dengan apa Arumi lakukan padanya.
Begitu juga dengan Arumi, ia terkejut dengan apa yang ia lakukan sendiri.
************
************
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,