"Syifa saya bilang turun sekarang"
"nggak mau Gus gue belum puas makan mangganya, kan kata Gus nggak boleh buang-buang makanan ntar mubazir "ucapnya tak peduli dengan tatapan seorang pria di bawah sana .
"mau turun atau saya cium "
para santri mendengar itu langsung kaget mereka tak menyangka gusnya ternyata sangat so sweet ini terhadap istrinya.
"hah" mata gadis itu melotot tajam
"bugh"
"auwsshhh "ringis gadis itu saat melompat dari pohon akibat mendengar ancaman gusnya syifa syeena queenza Abimanagadis cantik dan super duper bar-bar Dia terpaksa harus menikah dengan seorang gus tampan
akankah suaminya dapat merubah sifat keberbaran istrinya dan dapat meluluhkan hatinya
kalau mau lanjutannya yuk! langsung join 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALFI MARTIS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Mengecilkan suaranya dan memberi kode. Walaupun sedang kesal Andik dan kedua teman kembarannya itu mendekat.
"Ada apa?"
"Nih, gue titip ikannya sama kalian. Terus gue mau bilang 15 menit lagi kita mulai acaranya. Karena pasti banyak orang yang tidur siang." ujar Syifa.
"Lo sore nggak jadi?" tanya Andik.
"Nggak jadi bego." ujar Syifa menabok kepala Andik dengan kuat.
"Sssssh Awww." Andik meringis kesakitan dan ingin membalasnya tapi di tahan kedua temannya itu.
"Sudah akhy sabar, orang sabar di sayang Amir." ujar Amar.
"Ingat ya, jatah makan kalian." ujar Syifa memperingati dan langsung pergi.
Dan ternyata ada seseorang yang tersenyum sinis Syifa beserta Andik dan kedua temannya, Dia pun memiliki ide jahat.
"Him, kita lihat saja nanti Syifa." batinnya.
"Yuhuuuu, apa kabar para cecan." teriak Syifa masuk ke dalam kamar asramanya.
"Astagfirullah,,, salam ukhty Syifa." tegur Yana.
"Oh iya lupa, Assalamualaikum Warahmatullah hiwabarakatuh." ujar Syifa. Dan langsung duduk di tempat tidur milik Zelia yang baru saja merapikan tempat tidurnya.
"Syifa aku kan baru di rapikan tempat tidurnya." gerutu Zelia lucu.
"Yaelah, tinggal di rapikan lagi aja." ujarnya santai.
"Sini, sini gue mau ngomong sama kalian."ujar Syifa dan ketiga temannya pun bersiap untuk mendengar apa yang mau di bicarakan Syifa.
"Kalian mau tidak hari ini gue Kucing garong sama si kembar mau buat acara bakar bakar ikan." ujar Syifa bukannya senang mereka malah terdiam berfikir.
"Kok kalian kagak senang, nggak mau ikut? Pokoknya gue nggak menerima penolakan semuanya harus ikut, titik." putus Syifa.
"Syif, emangnya kita mau bikin acara sama kucing garong?" tanya Aiffa random.
"Haahahah,,,, berarti sejak tadi kalian diam, karena mikirin itu. Makanya bertanya, malu bertanya sesat di jalan." ujar Syifa sok sokan bijak.
"Kucing garong itu si Andik, dan kedua sahabatnya yang kembar itu. Kalau nggak salah nama mereka Umur, dan emur. " ujar Syifa salah nyebut nama.
"Astagfirullah Syifa, emang benar namanya seperti itu?" tanya Zelia, yang mereka tidak tau siapa dua santri kembar itu.
"Iyah itu namanya." balas Syifa.
"Nanti setelah makan siang baru kita buat acaranya. " ujar Syifa.
"Tapi apa nggak ketahuan syif ?" tanya Yana.
"Kagak tenang saja, nanti biar gue yang tanggung hukumannya, kebetulan hari ini gue cuman dapat satu hukuman saja." ujar Syifa santai, ketiga temannya ini pun sudah tidak kaget tau lagi, karena Syifa memang candu dengan yang namanya hukuman.
"Jangan diam saja. Pokoknya kalian ikut saja." putus Syifa dan langsung keluar kamar dan diikuti ketiga temannya itu karena
Memang sudah waktunya jam makan siang.
Sesampai di kantin mereka bertiga pun mengantri untuk mengambil makan siang.
Zelia, Aiffa, dan Yana mengambil dengan tenang. Tapi pas sampai ke urutan Syifa dan terjadilah keributan.
"Lah Kok tempe gue cuman satu." ujar Syifa tak terimah.
"Iyah ty, segitu aja ya. Soalnya masih ada banyak orang di belakang." ujar senior yang tugasnya membagi lauk pauk.
"Gue kagak peduli, sini tambah lagi satu eh,,, bukan lima, iya lima ." ujar Syifa semua orang yang mendengar itu langsung berbisik bisik.
Siapa memang hobinya makan, tapi selain itu memang dia rencanya menyisihkan lauk pauknya buat bikin acara.
"Astagfirullah Ty, harus berbagi." ujar gadis itu yang sepertinya tidak menyukai Syifa jadi dia sengaja.
"He Peot jangan bohong, lo pasti sengaja kan kasih gue satu." tuduh syifa.
"Astagfirullah tidak Ukhty." bohongnya.
"Janga,,,,,,
"Syifa udah, ini nanti aku kasih punya ku." ujar Yana.
"Tidak Yana, itu milik mu pokoknya aku mau ambil hak ku." tegas Syifa lagi, andai saja apa yang di katakan gadis yang bertugas memberikan lauk ini benar jikalau lauknya tidak pas. Mungkin Syifa akan maklumi tapi jelas jelas gadis ini sengaja melakukannya. Syifa yang tidak suka dengan ketidakkeadilan maka dia tidak terima.
Keributan mereka terdengar sampai ketelingan Gus Alwi yang sedang mengontrol keadaan di tempat makan santri putra.
"Berulah lagi nih anak." batin Gus Alwi dan pergi menuju tempat keributan yang di lakukan Syifa.
"Ada apa ini?" tegas Gus Alwi.
"Ini Gus gadis ini, kasih lauk sama Gue. Tapi malah kasih satu dan yang lainnya itu malah di kasih dua." adu Syifa pada Gus Alwi. "Lo punya dendam apasih sama gue hah?" tanya Syifa lagi menghadap gadis itu.
"Kalau begitu sekarang bagikan. Saya mau lihat apakah hitungan mu benar apa tidak." putus Gus Alwi dan berdiri ingin
menyaksikan pembagian lauk itu. Gadis itu di buat ketar ketir, di pun akhirnya memilih untuk jujur.
"Maaf Gus, sebenarnya ak......
"Kamu akan di hukum." putus Gus Alwi, karena ini termasuk kebohongan dan kecurangan.
Syifa rasanya ingin berteriak kehirangan.
"Cepat sini, kasih gue lima." ujar Syifa.
"Cukup tambahkan satu."
potong Gus Alwi. Wajah Syifa pun langsung berubah tapi tetap saja dia menira satu potong bagiannya.
Syifa pun berjalan menuju meja. Saat melewati Gus Alwi dia pun berbisik.
"Pawangnya siapa dulu dong."
Ujar Syifa dan mengedipkan sebelah matanya. Tapi Gus Alwi hanya memasang wajah datar walaupun aslinya ingin tersenyum.
Semuanya sudah damai, dan gadis tadi sudah menuju lapangan dan akan di hukum oleh Ning Syafa.
"Loh Syifa, laukanya kok nggak di makan?" tanya Zelia dan kedua teman yang lain menatap Syifa.
"Terakhir gue makan lauknya." ujar Syifa yang sebenarnya berbohong dia tidak ingin mengatakan dia menyisahkan lauk itu untuk apa. Bisa bisa ketiga temannya ini juga ikut menyisahkan lauknya lagi. walaupun aslinya ingin tersenyum.
Semuanya sudah damai, dan gadis tadi sudah menuju lapangan dan akan di hukum oleh Ning Syafa.
"Loh Syifa, laukanya kok nggak di makan?" tanya Zelia dan kedua teman yang lain menatap Syifa.
"Terakhir gue makan lauknya." ujar Syifa yang sebenarnya berbohong dia tidak ingin mengatakan dia menyisahkan lauk itu untuk apa. Bisa bisa ketiga temannya ini juga ikut menyisahkan lauknya lagi.
"Alhamdulillah kenyang." ujar mereka.
"Kok di bungkus Syifa, nggak di makan?" tanya Yana.
"Hehehe ini buat bikin acara." ujar Syifa santai membuat ketiga temannya langsung merasa tidak enak hati.
"Lo Syifa, kenapa nggak bilang, pasti kan kita juga sisahin." ujar Yana dan tebakan Syifa benar.
"Kagak kalian harus makan banyak, suapaya gendutan. Bukan seperti sekarang kurus." ujar Syifa dan mereka bertiga pun memeriksa tubuh mereka.
"Nggak tuh Syif. Badan kita pas." ujar Aiffa.
"Syif jujur kita nggak enak banget sama kamu." ujar Yana.
"Nggak usah lebay deh kalian, Yok kita pergi." ujar Syifa dan mereka pergi menaruh piring setelah itu menuju pohon besar.
Sesampai di sana sudah terdapat Andik yang memegang Ikan, serta kedua temannya itu memegang makanan jatah makan siang mereka dengan tatapan ingin melahap makanan itu.
Yana, Zelia, dan Aiffa langsung menundukan kepala mereka, sedangkan Syifa jangan di tanya lagi, kepalanya terus tegak menatap ketiga santri putra itu.
"Bagaimana kalian kagak sentuh sedikit pun kan makanan kalian?" tanya Syifa.
"He..monyet kalian lama amat, vue dan teman teman gue sudah lapar sejak tadi. Lo mau bikin kita mati." gerutu Andik
"Yaelah lebay amat."
"Yok! Kita mulai buat." seru Syifa.
"Eh tunggu, lo nggak mau dulu nih kenalin ketiga teman lo ini?" ujar Andik yang sejak tadi menatap Yana.
"Kagak, nggak level sama kalian." ujar Syifa pedas.
"He Monyet, kagak level apaan maksud lo. Gue ini tajir, soal tampan tidak di ragukan lagi, siapa pun cewek yang bersama gue pasti bakal bahagia." ujar Andik.
"Kebanyakan ngehalu." ujar Syifa.
Tapi Andik tidak peduli.
"Assalamualaikum Ukhty."
salam Andik pada ketiga gadis itum memang dia ini kalau lohat cecan pasti langsung bereaksi.
Walaupun dia sepertinya menyimpan perasaan pada Syifa.
"Waalaikumsalam." jawab
Mereka.
"Nama Gue Andik." ujar Andik.
"Kalau sebelah kanan namanya Yana, kiri Zelia, dan tengah Aiffa." jawab Syifa mewakili.
"Ck, monyet gue kagak nanya lo."
"Gue yang jawab." ujar Syiffa.
"Maaf itu yang namanya akhiy Umur sama Emur ya?" tanya Zelia yang memang selalu penasaran.
"HAHAHAHAAHAH."
"HAHAHAHAHHAH." syifa dan Andik langsung tertawa bersama, apalagi melihat wajah kedua kembar itu yang sudah memerah.
"Bukan ukhty nama kami Amar dan Amir." ralat Amar.
"Ohh Maaf." ujar Zelia mereka pun baru sadar Syifa menjahili mereka.
"eh Umur, Emur bantuin gue sini." panggil Syifa pada kedua kembar itu. Mereka semua pun mulai melakukan tugas masing masing tapi tetap menjaga jarak.
"Assalamualaikum,,, Gus." teriak Seorang santri putra.
"Waalaikumsalam ada apa?"
tanya Gus Alwi yang sedang duduk bersama Umi serta Abi nya. Sedangkan Ning kecil sedang bermain.
Gus Alwi sejak tadi menunggu kedatangan Istri tengilnya itu. Yang hari ini adalah jadwal Syifa tinggal di ndalem.
Sebelum menjawab Santri itu mencium punggung tangan tiga orang itu.
"Saya mau nanya Gus, apakah Gus sudah mengambil ikan besar milik Gus yang di pelihara di kolam?" tanya Santri itu.
Gus Alwi langsung bingung sedangkan Umi Aya langsung berfikir keras mencoba mengingat ngingat sesuatu.
"Tidak saya sudah beberapa hari tidak memeriksanya. Lihat baik baik dulu mungkin lagi sembunyi di bawah batu." ujar Gus Alwi.
"Saya sudah memeriksanya dengan teliti Gus, bahkan tadi saya di bantuin sama dua santri lainnya ." jawab santri itu Gus Alwi langsung terkejut. Pasalnya ikan itu sudah Gus Alwi pelihara sejak 10 tahun yang lalu hingga sekarang. Dan ikan itu besarnya sudah sebesar lengan orang dewasa.
"Siapa yang berani mengambilnya? Bukannya mereka tau itu peliharaan saya?" tanya Gus Alwi masih santai walaupun sebenarnya dia sedang kepikiran ikannya.
"Saya tidak tau Gus yang pastinya selama ini tidak ada yang berani mendekati ataupun menangkap ikan itu. Palingan cuman bermain bersamanya. " ujar santri itu. Dan langsung pergi setelah mengucapkan salam.
"Abi, sepertinya Syifa pelakunya." bisik Umi Aya pada Kyai Rahen.
"Syifa pelakunya?" tanya Kyai Rahen yang tak sadar meninggikan suaranya. Gus Alwi yang mendengar itu langsung menatap orang tuanya.
"Maksudnya apa Umi?" tanya
Gus Alwi, terpaksa Umi Aya pun jujur dan menceritakan kejadian di dapur.
"Astagfirullah Syifa." gumam Gus Alwi memijit keningnya.