Mentari dijodohkan oleh ayahnya dengan pria lumpuh. ia terpaksa menerimanya karena ekonomi keluarga dan bakti dia kepada orangtuanya.
apa yang terjadi setelah mentari menikah?
apa akan tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
apakah mentari bahagia? atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Suami Lumpuh
POV Mentari
"Emang berapa mahar yang di kasih oleh calonnya, Mentari?" tanya Bulek Dewi .
Hari ini beberapa kerabat membantu memasak di rumahKu . Karena nanti malam adalah acara lamaran.
Hanya beberapa kerabat saja yang datang membantu. Sementara yang lain dan termasuk saudara ayah, tidak sudi datang untuk membantu masak-masak.
Mereka akan datang nanti malam untuk memastikan siapa calon suamiku.
"Tidak tahu Mbak, kan nanti masih di rundingkan! " jawab ibuku sambil mengupas kentang untuk di buat perkedel.
Calon suamiku adalah Dirga Permana seorang anak pengusaha terbesar di pusat kota dan di Desa tempat tinggal ku.
Ayah bekerja di perusahaan tersebut sebagai satpam di perusahaan cabang yang ada di Desa.
Di desa itu ada pabrik garmen. Sebagian masyarakat disana menggantungkan hidupnya di pabrik tersebut.
Aku mengenal Dirga satu bulan yang lalu. Dan berkenalan pun cuma lewat pesan di aplikasi hijau. Selebihnya aku tidak pernah bertemu dengan Dirga.
perkenalkan singkat itu, membuat Mamanya Dirga yaitu Bu Dita datang memintaku untuk bersedia menikah dengan putra semata wayangnya.
Awalnya Aku menolak, karena tidak menyukai Dirga. Bahkan bertemu saja tidak pernah.
Bu Dita bilang kepada ku, bahwa putranya itu lumpuh akibat kecelakaan yang ia alami dua tahun yang lalu.
Aku bingun dengan tawaran Dari Bu Dita.
karena jika Aku menolaknya, otomatis Ayah akan kehilangan pekerjaannya. Sedangkan pekerjaan itu sangat di butuhkan oleh Ayah.
Karena kita butuh uang untuk berobat ibu. Ibuku mengidap penyakit Diabetes. Pengobatannya memang menggunakan asuransi kesehatan tapi ada beberapa yang tidak bisa menggunakan asuransi tersebut.
Kehidupan kami sangatlah sederhana. Aku bekerja di sebuah minimarket, yang gajinya lumayanlah untuk membantu keluargaku.
Aku juga masih memiliki dua orang Adik.
yang masih duduk di bangku SMA dan SMP. jelas itu membutuhkan banyak biaya. Karena mereka sama-sama di kelas akhir menuju lulus.
Sebenarnya Ayahku tidak tega melihat Aku menerima perjodohan ini. Tapi aku berusaha meyakinkan Ayah, jika Dirga menang Jodoh yang terbaik untukku.
Jika aku menerima puteranya Bu Dita sebagai suamiku, maka ia menjanjikan kepadaku akan menjamin semua kelangsungan hidup keluargaku tanpa kekurangan apapun.
Aku sebagai anak tertua ingin membahagiakan kedua orangtuaku dan adik-adikku. Mungkin hanya dengan cara seperti ini. Aku bisa memberikan kebahagiaan untuk mereka, terutama dalam kebutuhan mereka.
Jujur saja, sebenarnya gajiku dan gaji ayah sudah cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Tetapi aku lakukan ini demi kesembuhan ibuku.
"Aku jadi penasaran dengan wajah calonnya, Tari. Gak kedengaran pacaran, tiba-tiba sudah mau lamaran saja!" ujar Bulek Dewi
"Pekerjaan calonmu apa? Kuli bangunan atau buruh pabrik?" imbuh Bulek Dewi kakak dari Ayah yang suka julid kepada keluargaku. Di dengar dari pertanyaannya saja sudah kelihatan seakan mengejek.
"memangnya kenapa, jika calonku seorang buruh pabrik atau kuli bangunan? Kan yang penting pekerjaannya halal, Bulek!" jawabku dengan sinis.
"iya Bulek tau. Tapi apa kamu tidak malu dengan Gendis. Dia dapat suami seorang Abdi negara". Kata Bulek Dewi.
Aku mulai menghela nafas panjang. Aku sangat risih jika mulai di bandingkan dengan Gendis. Wanita yang telah merebut pacarku.
bahkan dia telah menikah dengan mantan pacarku yaitu Reza.
Aku pacaran dengan Reza mulai kelas 1 SMA.
Kami sama-sama lulus, namun sayang aku tak melanjutkan ke perguruan tinggi. Meskipun sebenarnya aku mendapatkan beasiswa, tapi tetap saja masih butuh biaya untuk kebutuhannya. Sehingga aku memutuskan untuk bekerja saja.
Sementara Reza melanjutkan pendidikannya menjadi abdi negara. Karena ia termasuk anak orang kaya di Desaku.
Reza telah berjanji, akan menikahiku nanti setelah ia lulus dari pendidikannya. Namun sayang, Reza malah menikahi sepupuku sendiri yaitu Gendis anak dari adiknya Ayahku.
Reza memberi alasan kepadaku, bahwa Aku tidak sepadan dengannya. Ia memilih Gendis karena ia seorang perawat. Begitu dengan orangtuanya yang menantang hubungan kami, karena menurutnya Aku berasal dari orang yang kurang mampu.
Aku tidak pernah tahu, mulai kapan mereka berkenalan. Karena aku begitu kaget saat suatu malam itu, mengetahui mereka melakukan lamaran di rumah Bulek Narti. Bahkan acara lamaran berlangsung, aku dan keluargaku tidak di undang. Mungkin mereka takut ketahuan bahwa calonnya Gendis adalah pacarku.
Semua kerabatku jelas sudah tahu, jika Reza adalah pacarku. Termasuk Gendis juga mengetahuinya, tapi ia mengapa tega kepadaku. Aku dan Reza menjalin hubungan sudah 6 tahun lebih. Tapi nyatanya penghianatan yang aku terima.
Tak berselang lama, 3 bulan kemudian mereka menikah dan menggelar resepsi pernikahan yang sangat mewah di Desaku.
Maklum saja kedua orangtuanya Reza masih termasuk salah satu orang yang terpandang di Desaku.
Sejak saat itu aku merasakan kekecewaan yang teramat besar. Bahkan aku masih trauma menjalin hubungan dengan lawan jenis.Dan Aku lebih fokus untuk membahagiakan keluargaku.
Tapi, jika ini memang Aku di takdirkan berjodoh dengan Dirga. Aku akan menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada. Walaupun calon suamiku Lumpuh.
Apa karena kondisi putranya Bu Dita yang seperti itu? Bukan maksud Aku merendahkan, tapi mungkin saja kesulitan untuk mencari calon istri dengan kondisi yang seperti itu.
...****************...
Pukul 5 sore MUA yang telah di booking oleh Bu Dita sudah datang ke rumah. Ia di tugaskan meriasku untuk acara nanti malam.
Bahkan kebaya yang aku kenakan untuk acara nanti sudah ia kirim satu Minggu yang lalu. Kebaya dengan warna gold di padukan dengan rok span panjang, dan dengan hijab warna yang senada.
Bu Dita yang telah membiayai semuanya, bahkan makanan yang nanti akan di sajikan Bu Dita lah yang membiayai. Keluargaku tinggal belanja dan memasaknya.
"Sudah selesai, Mbak Tari kelihatan tambah cantik". Kata MUA itu.
"Terimakasih, mbak" jawabku.
Aku melihat pantulan wajahku di cermin. Ternyata aku cantik juga jika di rias. Aku tersenyum, Aku mulai gugup dengan acara nanti. Berharap nanti acaranya lancar tanpa ada halangan apapun.
Bu Dita telah mengirim pesan kepadaku. Bahwa ia akan datang 1 jam lagi. Karena acaranya nanti pukul 7 malam.
"Aku dengar, calon suamimu seorang buruh pabrik ya?" tiba-tiba Gendis nyelonong masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu. Sungguh tidak sopan.
sedangkan perias tadi masih sibuk membereskan peralatan makeup.
"Baguslah! itu memang cocok dan sepadan denganmu!" kata Gendis dengan nada mengejek.
Gendis berdiri di belakangku, dengan wajah yang kelihatan mengejekku.
"Oh iya, aku sedang hamil anaknya, Mas Reza lho!" ucapnya lagi sambil mengelus perutnya yang mulai kelihatan membuncit.
Gendis memakai gaun warna peach tanpa lengan. Gaunnya cukup ketat sehingga lekuk tubuhnya terlihat.
"Aku gak tanya!" ujarku.
"Aku hanya ingin memberitahu bahwa sebentar lagi aku dan Mas Reza akan menjadi orang tua. emm... satu lagi!. Kamu tahu tidak orang tuanya Mas Reza sangat menyayangiku dan meratukan aku di rumahnya. Karena mereka sangat bangga mempunyai menantu seorang perawat, yang sepadan dengan anaknya seorang abdi negara.
sementara kamu berjodoh dengan seorang buruh pabrik!" ucap Gendis sambil menertawakan aku.
Ingin rasanya aku melempar mukanya dengan gelas yang ada nakas. Namun tindakan seperti itu di larang. Jadi aku hanya bisa mengelus dada mendengar ocehan Gendis. Suatu saat pasti ia akan mendapatkan balasannya sendiri. jadi aku tak perlu report mengotori tanganku.
"Mbak, cepat siap-siap karena calonmu sudah datang!" ucap Mira masuk ke kamarku.
"Tuh, calon suamimu sang kuli bangunan sudah datang!". Ucap Gendis sambil berlalu dengan raut wajah kemenangan.
"Itu mulut, kenapa tajam banget sih?" ucap perias tersebut yang sudah selesai mengemas barangnya.
"Biasa mbak, kaleng rombeng, yang gak ada remnya juga. Jadi sudah biasalah!" jawab Mira dengan senyum.
Saat aku tiba di ruang tamu, pandanganku mencari keberadaan calon suamiku. Namun nampaknya tidak ada pria yang akan menjadi calon suamiku.
...****************...
aku mampir yah, kayanya ceritanya menarik.
sukses selalu