Cinta beda usia namun murni bukan karena embel embel mencari materi tapi karena kesalahpahaman membuat kisah keduanya harus berakhir tanpa kata selesai. Hana yang merasa kecewa karena penolakan sepihak yang diberikan ibu si pria membuat hana memutuskan pergi membawa buah cintanya bersama pandu. Sementara pandu kelimpungan mencari hana sampai membuat hidupnya berantakan.
Penasaran sama kisahnya?
Yuk mampir, baca dan jangan lupa like serta dukungannya yaa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Jalan jalan pagi
"Han, hana"
Adnan berseru memanggil hana yang sedang merapihkan kamarnya.
"Ya mas" hana keluar dengan sapu lidi di tangannya. Sepertinya hana sedang merapihkan kasur.
"Kamu bisa ga gantiin mas buat ajak arsy jalan jalan pagi."
"Loh"
"Perut mas tiba tiba mules banget."
Keringat dingin sampai membasahi kening adnan yang pagi itu tiba tiba saja sakit perut padahal adnan dan arsy sudah siap untuk jalan jalan pagi sekalian membeli sarapan.
"Oke deh, aku ganti celana training dulu. Mas rebahan dikamar atau ke wc sana."
Adnan mengangguk dan berlari tunggang langgang kearah dapur untuk mencari wc. Bisa dipastikan mulesnya perut adnan adalah efek dari dirinya memakan bakso mercon kemarin siang.
"Arsy tunggu bunda ganti celana sebentar ya nak."
"Ga jadi pelgi sama pakdhe ya bun?" Tanya arsy dengan wajah yang masih terlihat bingung.
"Pakdhe nya sakit perut jadi arsy jalan jalan pagi sama bunda aja mau?"
"Oke deh."
Arsy memang tak akan rewel, mau pakdhe atau bunda sama saja pikir si kecil arsy. Sampai disana nanti akan jajan lekker juga karena memang sejak kemarin sore arsy sudah meminta pada adnan untuk dibelikan kue lekker.
"Mas, aku sama arsy pergi dulu ya." Pamit hana pada adnan yang masih bertahan di dalam wc.
"Hmm" adnan hanya menggumam saja.
"Mas, oke? Apa aku ga usah pergi aja kalau mas sakit perut."
"Pergi aja han, aku udah kadung janji sama arsy kemarin sore. Sekalian beli bubur ayam untuk sarapan ya, mas kayaknya bakal bolak balik wc terus ini." Adnan masih menjawab dari dalam wc.
Hana menghembuskan napas kasar. Kakaknya sakit dan itu membuat perasaan hana tidak tenang.
.
.
.
Celoteh arsy mengiringi jalan pagi anak dan ibu ini. Memang setiap hari minggu adnan yang selalu mengajak arsy untuk jalan pagi. Membeli sarapan dan jajan camilan merupakan kegiatan yang memang sangat arsy senangi. Pakdhe dan bunda libur jadi sudah pasti waktunya arsy untuk bermanja dan bermain.
"Nda"
"Iya nak" sekarang arsy sudah ada dalam gendongan hana. Gadis kecil itu mengeluh capek jadi dengan senang hati hana menggendong putri kecilnya.
"Nanti belikan pakdhe bubul ayam ya. Pakdhe sakit pelut dia."
"Iya sayang, kita belikan pakdhe bubur ayam nanti. Arsy mau jajan apa nanti?"
"lekel, hmm telus apa lagi ya." Dalam gendongan hana, arsy berlagak bingung dan itu membuat senyum hana merekah.
Arsy, tumbuh dengan sangat baik karena baik hana maupun adnan sangat menjaga arsy dengan baik. Beruntungnya bibi dan hasna yang sekarang menjadi pengasuh arsy pun melakukan hal yang sama. Tanpa direncanakan mereka sama sama membatasi arsy bergaul diluar rumah. Banyak orangtua yang mengarahkan anak anak mereka untuk ikut menggunjing arsy padahal arsy ini masih balita dan tentu belum paham dengan apa yang terjadi pada sekitar.
"Duh, tumben anaknya diajak keluar rumah. Gitu dong han, anak itu diajak keluar jangan dikurung terus dirumah. Ajak sosialisasi biar tau dunia luar, nanti anaknya tumbuh jadi anti sosial kan bahaya."
Nyinyiran pertama yang hana dengar dan akhirnya terus berlanjut. Setiap ibu yang hana temui selalu saja memberi komentar yang menyudutkan hana. Hana memang diam tapi didalam hati hana memupuk dendam pada siapa siapa saja yang mulutnya sudah melukai hana maupun arsy putrinya.
"Tidak bisakah mulut kalian itu berhenti menggunjing. Selama ini aku tak pernah merepotkan kalian apalagi sampai merugikan hidup kalian tapi kenapa mulut kalian tidak pernah mau berhenti berkata jelek untuk kehidupan yang aku jalani bahkan kalian pun selalu saja menuduh aku yang tidak tidak."
Hanya hembusan napa panjang yang terus hana lakukan. Dadanya sesak walau sudah sering mendengar perkataan pedas yang ditujukan untuk dirinya hana tetaplah manusia biasa yang masih akan terus terluka hatinya.
"Jalan aja bunda, asyi udah ga capek."
Tak sabaran arsy turun dari gendongan hana.
Sepanjang mereka berkeliling taman hana mendengar bisik bisik dari beberapa orang yang mengatai arsy dengan sebutan anak haram. Haram tidaknya seharusnya mereka tidak mengatakan kata kata keji seperti itu untuk anak sekecil arsy. lagi lagi hati hana berdenyut nyeri.
"Sudah panas, pulang yuk"
Hana berjongkok didepan arsy yang masih asyik bermain sendiri. Di taman banyak anak kecil tapi tak satupun diantara mereka ada yang mau mengajak arsy untuk bermain. Hana sebenarnya tak masalah karena kalau sampai ada anak lain yang mendekat yang ada malah arsy akan dihujat lagi dan hana malas sekali kalau harus berurusan dengan orang orang toxic.
"pakdhe sakit." Cicit arsy saat ingat pada adnan yang sedang sakit perut.
"Yuk pulang bunda, kasih bubul ayam nya untuk pakdhe."
Hana mengangguk setuju dan langsung membawa arsy kedalam gendongannya. Hana tau putrinya sudah lelah bermain jadi hana tak akan mengijinkan arsy untuk berjalan.
...****************...
senang bgt bikin bumil ngereog 🤣🤣🤣
jadi banyak nih 🤣
Anabelle perempuan ga punya malu
semoga pandu dan Hana bisa mempertahankan keluarga dan anak-anak Dr mak Lampir