Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.
Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.
Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.
Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.
Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Waktu yang sudah di tetapkan pun tiba. Shaka dan sang kakek serta beberapa keluarga lainnya sudah tiba di kediaman baba Daffa. Mereka sudah duduk di ruangan yang sudah di sulap untuk tempat acara lamaran antara putra putri mereka.
Shaka mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, namun ia tak melihat Vanya ada di sana. Apa Vanya tak ingin menerima lamarannya? tanpa ia tahu, sebenarnya Vanya sedang mempersiapkan diri dan hatinya untuk menyambut kedatangan Shaka.
"Ekhem, cari adik aku kamu? sabar, Anya sedang siap-siap di kamar."
Vanka yang awalnya menolak keras ketika Shaka berniat melamar kembarannya, kini ia sudah lebih ikhlas dan bisa menerimanya. Itu juga atas nasehat baba dan ummahnya. Vanya berhak bahagia. Jika memang Shaka salah satu tempat bahagianya dan semangat Vanya untuk bangkit, kenapa tidak? Apapun akan mereka lakukan untuk Vanya.
Kakek Shaka dan baba Daffa tampak mengobrol santai sebelum acara di mulai. Sedangkan Shaka hanya menundukkan kepala, sesekali akan menjawab jika baba Daffa bertanya kepada dirinya.
"Assalamualaikum,"
"Wa'akaikumsalam,"
Degh!
Jantung Shaka berdebar kala mendengar suara wanita yang sudah berhasil mengisi hatinya. Saat ia mengangkat kepala dan menatap Vanya yang sudah duduk di hadapannya, seketika Shaka terpana dan tak berkedip sama sekali. Vanya yang di tatap sedemikian rupa oleh Shaka, hanya bisa menunduk malu setelah menyalami satu persatu anggota keluarga dari lelaki yang akan melamarnya.
"Ekhem, nanti dulu tatap-tatapannya Ka. Kamu ini tidak sabaran sekali. Kakek tahu nak Vanya begitu cantik, betul tidak nak Daffa? Anak muda zaman sekarang memang tidak sabaran."
Baba Daffa terkekeh mendengar perkataan kakek Shaka. Shaka malu sendiri mendengar teguran sang kakek. Vanya mengulum senyum mendengar Shaka di tegur oleh sang kakek.
Keluarga Shaka yang juga ikut dalam acara lamaran itu mengakui jika Vanya benar-benar memiliki paras yang begitu cantik. Ia terlihat anggun dengan gamis putih yang di kenakannya. Semuanya memuji kecantikan Vanya dan juga keramahan gadis cantik tersebut.
"Baiklah, langsung saja kita mulai ya nak Daffa. Karena nak Vanya juga sudah duduk di sini, dan cucu bapak sepertinya sudah tidak sabar memulai acara lamaran ini, maka bapak akan langsung menyampaikan inti dari kedatangan kami ke kediaman nak Daffa."
Walaupun sebelumnya mereka sudah berbicara dan membahas perihal lamaran ini, sang kakek tetap menyampaikan kembali apa tujuan mereka sebagai formalitas saja.
Kini wajah-wajah di ruangan itu tampak serius. Apalagi saat kakek Shaka mengatakan ingin melamar Vanya untuk cucunya Shaka. Jantung ke duanya sama-sama bertalu-talu. Mungkinkah hubungan mereka akan terjadi, apakah hubungan mereka nantinya akan sampai ke jenjang pernikahan?
"Nak Daffa, bapak selaku kakek dari Shaka, ingin menyampaikan..." Belum tuntas sang kakek menyampaikan maksud dan tujuannya, Shaka langsung memegang pergelangan tangan sang kakek. Ia ingin langsung menyampaikan niat baiknya. Ia ingin Hanum yakin kepada dirinya, bahwa ia benar-benar serius untuk hubungan mereka.
"Kek, boleh Shaka saja?"
Kakek Shaka tersenyum, membiarkan cucunya langsung yang menyampaikan maksud dan tujuannya. Ia melihat sosok yang berbeda dari sang cucu. Cucunya terlihat dewasa dalam pertemuan kali ini dan terlihat keseriusannya. Ia tak menyangka cucu yang ia besarkan sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang mampu mengemban tanggung jawabnya sendiri untuk hidupnya, bahkan untuk pasangannya kelak.
"Bismillahirrahmanirrahim, jika Allah mengizinkan, saya Shaka, ingin menjadikan putri om dan Tante yaitu Vanya sebagai istri Shaka, menemani setiap langkah perjuangan Shaka, menjadi penyejuk hati Shaka dikala gundah dan menjadi penasihat saat Shaka melakukan kesalahan. Dari awal Shaka mengenal putri om dan Tante, Shaka merasa seperti telah menemukan orang yang tepat, sekiranya om dan Tante menyetujui, Shaka ingin melamar Vanya dan melanjutkan hubungan kami berdua kejenjang pernikahan, yang In Syaa Allah Shaka akan berusaha menjadi suami yang baik untuk Vanya kedepannya, membawa putri om dan Tante menuju surga-Nya."
Degh!
Dengan mantap dan tanpa ada ke raguan sama sekali, Shaka meminta kepada baba Daffa dan ummah Khalisa untuk melamar Vanya menjadi istrinya. Vanya sendiri terenyuh mendengar perkataan Shaka. Ia tak menyangka Shaka sendiri yang langsung meminta kepada ke dua orang tuanya untuk meminta Vanya menjadi istrinya.
"Baiklah, om selaku ayah dari Vanya, tak dapat menjawab permintaan nak Shaka. Maka dari itu, om akan serahkan langsung jawaban kepada putri om. Bagaimana nak? silahkan beri jawaban Vanya untuk nak Shaka. Apapun keputusan Anya, semoga itu yang terbaik. Bismillah ya sayang, ikuti kata hati Anya."
Seorang ayah yang berkata dengan begitu lembut kepada putri satu-satunya. Jika di katakan ikhlas, sebenarnya baba Daffa belum siap melepaskan putri yang begitu ia jaga selama ini. Namun melihat keseriusan pemuda yang ada di hadapannya, ia yakin Shaka mampu membahagiakan putrinya. Semoga saja dengan adanya Shaka kelak dalam hidup Vanya, Vanya akan lebih semangat lagi untuk berjuang melawan penyakitnya.
Bibir Vanya tampak bergetar saat ingin menjawab pertanyaan dari Shaka. Ummah Khalisa menggenggam tangan sang putri, ia tahu jika putrinya tengah gerogi. Semua orang tampak menanti jawaban Vanya, termasuk Shaka yang berharap penuh dengan Vanya agar lamarannya di terima.
"Ayo sayang berikan jawaban Anya. Semuanya menantikan jawaban kamu nak."
Vanya tampak menarik nafas dalam-dalam sebelum memberikan jawaban. Ia tak berani menatap wajah lelaki yang ada di hadapannya. Begitu pula dengan Shaka yang tak berani menatap gadis yang ada di hadapannya. Keringat pun bercucuran membasahi pelipisnya.
"Bismillahirrahmanirrahim. Sebelumnya Anya mau mengucapkan banyak terima kasih untuk mas Shaka, untuk keluarga besar yang sudah datang jauh-jauh ke kediaman kami, dengan membawa niat baik. Insya Allah niat baik ini diridhai oleh Allah SWT. Kepada kedua orang tua Anya, Anya mohon izin dan mohon restu untuk menerima lamaran dari laki-laki pilihan Anya. Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, Anya menerima lamaran mas Shaka."
Degh!
Shaka seketika mengangkat kepalanya mendengar jawaban Vanya. Semua orang yang ada di ruangan itu langsung mengucap syukur dan hamdalah. Akhirnya dua keluarga akan di persatukan dalam tali pernikahan sebulan lagi.
Mata Vanya dan Shaka bertemu tatap sepersekian detik, hingga Vanka menegur adiknya bahwa mereka belum mahram.
"Ekhem!"
Vanya tersenyum mendengar dehaman sang kembaran. Ia malu karena ketahuan melirik Shaka. begitu pula dengan Shaka yang tak berhenti tersenyum menatap gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Tanpa mereka tahu takdir apa yang akan membawa kehidupan mereka kedepannya.
......................
...To Be Continued...
kalau shaka anak siapa ya thor?