Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Danger
Hal yang sama tetap berjalan. Dimulai dari musim hujan, musim panas, musim rambutan, musim durian, musim kartu pokemon, musim uang kripto, hingga mencapai musim hujan berikutnya.
Setahun, itulah lama waktu yang berlalu dari semenjak Yudha hadir dalam hidup Fiona. Tidak! Setahun sudah Fiona selalu mengganggu setiap fikiran Ryu Dean.
"Tuan ada pesan dari pinguin." Ucap Theo, menyodorkan handphone Ryu.
"Sudah aku bilang, jika ada pesan dari pinguin jangan beritahu aku. Aku sedang sibuk." Gerutu Ryu, tapi tetap saja tersenyum-senyum sendiri membalas pesan dari Fiona.
Theo (asisten Ryu) sedikit mengintip, sampai kapan tuannya tidak jujur pada perasaannya sendiri.
'Aku sedang belajar.' Itulah isi pesan dari seekor pinguin.
Percakapan yang ternyata diawali oleh Ryu Dean yang bertanya si pinguin sedang apa.
'Nanti sore kita bertemu di kampus. Biar aku yang mengajarimu.' Dengan cepat Ryu membalasnya.
Hanya beberapa saat, sebuah pesan kembali masuk.'Kak security, jangan PHP lagi. Aku sudah mulai move on.' Pesan yang diakhiri dengan emoji senyuman.
Theo yang mengintip, dapat melihat tangan Ryu gemetaran ketika membalas pesan. Seperti... remaja yang putus cinta?
'Aku tidak PHP. Kita hanya teman.' Satu jawaban dari Ryu Dean.
Sukses membuat Theo yang mengintip isi pesan menepuk jidatnya sendiri. Teman? Satu tahun ini pinguin masih menjadi temannya. Benar-benar lambat naga yang satu ini. Bagaimana jika pinguin kecil dengan kaki yang pendek, tidak bisa terbang disambar oleh pemangsa lain?
"Ini..." Ryu Dean kembali konsentrasi pada pekerjaannya, kembali menyerahkan handphonenya pada sang asisten. Lebih tepatnya berusaha konsentrasi.
"Tuan muda belum menyatakan perasaan pada pinguin?" Pertanyaan sang asisten, sukses membuat Ryu Dean menoleh.
"Perasaan apa?" Tanyanya antara paham dan tidak.
"Maaf, jika saya salah bicara. Pinguin, tuan menyukainya bukan!?" Ucap Theo.
Hal yang otomatis membuat Ryu tertawa. Benar-benar tertawa, tapi sayangnya Theo tidak tertawa bersamanya. Raut wajah sang asisten tetap datar, bahkan tanpa senyuman karier.
"Aku pernah mengalaminya. Dia begitu baik padaku. Karena dia kurang cantik, aku menarik pembatas teman. Aku fikir masih banyak wanita yang lebih cantik dan baik darinya. Aku berhak mendapatkan lebih." Ucap sang asisten, mengarang cerita. Ingin majikannya segera mengikat sang pinguin.
"Lalu!? Apa yang terjadi?" Tanya Ryu tertarik.
"Dia jatuh cinta pada pria lain, kemudian menikah dan sudah punya 10 anak. Sedangkan aku masih jomblo sampai sekarang, karena tidak dapat melupakan dia." Lagi-lagi sang asisten mengarang cerita pada bocah yang lima tahun lebih muda darinya.
"10 anak? Itu tidak adil! Fiona tidak bisa meninggalkanku menikah dan memiliki 10 orang anak dengan pria lain!" Tiba-tiba saja Ryu Dean menggebrak meja membayangkan segalanya.
"Siapa Fiona!?" Tanya sang asisten yang tidak mengetahui dengan jelas nama asli pinguin.
"Kamu tidak perlu tau. Tapi temanmu benar-benar keterlaluan meninggalkanmu menikah. Bahkan sudah memiliki 10 anak." Gerutu Ryu Dean seakan hal itu terjadi padanya.
"Aku tidak bisa menyalahkannya. Karena aku terlambat mendekatinya, terlambat mengambil hatinya. Hingga pada akhirnya dia mencintai pria lain. Aku terlambat menyadari perasaanku..." Theo menunduk pura-pura bersedih.
"Memang apa perasaanmu? Bukannya hanya teman. Kamu bilang dia biasa-biasa saja bukan?" Sebuah pertanyaan polos dari Ryu Dean yang memang tidak pernah memiliki hubungan asmara kecuali dengan Almira.
"Aku salah, perasaan suka dapat timbul dari makhluk apapun. Tidak memandang status atau warna kulit. Terkadang hanya dengan melihat senyumannya aku merasa lebih tenang, saat dia bersedih dunia ini seperti runtuh. Jika dia mati atau terluka, bagaikan ingin menggantikannya. Karena tidak dapat membayangkan hidup tanpa kehadirannya. Itulah cinta yang membuatku menjadi gila." Kalimat demi kalimat yang sukses membuat Ryu Dean mengernyitkan keningnya.
"Membuat gila?" Gumamnya terdiam sejenak, kemudian tertawa."Mana ada cinta seperti itu?"
*
Hampir satu tahun mengenal Yudha. Menghela napas kasar mengingat ini memang jadwal kuliah sorenya.
Satu tahun ini, belum ada juga pria yang menarik perhatiannya. Tidak pernah memiliki kekasih, sama sekali tidak pernah. Apa ini sebuah kutukan?
Hingga matanya menelisik mengamati Almira hendak menaiki taksi online. Cantik? Tentu saja, tapi tidak seperti dulu yang dipenuhi pakaian branded dan perhiasan. Wajahnya memang cerah, tapi tidak secerah dulu. Kuku-kukunya yang perawatan setiap 3 hari sekali. Kini mungkin tetap perawatan tapi tidak seheboh dulu, yang bahkan memasang berlian di kukunya.
Selain itu."Jerawat?" gumam Fiona menutup mulutnya sendiri. Ada sekitar 2 jerawat yang terlihat. Tidak! Mungkin itu cuma ilusi, tidak mungkin kulit wajah Almira yang seindah porselen tiba-tiba terdapat jerawat.
Tapi.
Memang aneh baginya, dulu kulitnya begitu cerah. Sekarang sedikit kemarahan, seperti menipis?
Entahlah, apapun yang dilakukan kuntilanak ini setiap bertemu dirinya harus memuji. Mengingat tindakan pembullyan yang pernah dilakukan olehnya. Tidak ingin ada dendam dan permusuhan dengan satu orang pun.
"Almira bertambah cantik saja." Pujiannya kala Almira hendak memasuki taksi online.
"Terimakasih." Almira menyelipkan rambut di telinganya sendiri, tersenyum bagaikan artis bertemu fansnya."Aku memang cantik alami dari baru lahir."
"Benarkah? Jadi tidak ada resepnya. Aku fikir karena perawatan tapi memang benar ternyata, ada tipikal orang yang cantik alami." Sejuta pujian, untuk menutupi rasa bersalahnya setelah membully Almira.
Benar-benar pinguin yang manis. Hingga Almira benar-benar percaya bahwa gadis ini bukan musuhnya.
"Apanya yang cantik alami?" Suara yang begitu berat. Terdengar mengerikan, memberikan kesan intimidasi.
"Ke... kenapa rasanya dingin ya?" Gumam Fiona, menoleh ke arah belakang.
"Cukup menjadi pecinta sesama jenis. Ayo belajar!" Tegas Yudha, menarik bagian belakang kerah pakaian Fiona.
"Siapa yang menjadi pecinta sesama jenis!?" Bentak Fiona.
"Kamu." Yudha menarik kembali bagian belakang kerah pakaian Fiona. Sedangkan Almira kembali menaiki taksi online. Entah kemana mobil yang biasanya dinaiki olehnya.
Tapi yang jelas, Yudha sudah tidak peduli lagi. Yang terpenting saat ini, berani-beraninya pinguin genit ini menggoda orang lain. Sama sekali tidak dapat diterima, sungguh luar biasa.
Apa yang terjadi selanjutnya? Mereka hanya duduk berdua di perpustakaan. Seperti biasanya pula, Yudha mengajari sesuatu yang tidak dimengerti oleh Fiona.
Program Fast-track yang diikutinya menbuat waktu Fiona untuk menarik ojek online menjadi benar-benar berkurang. Memiliki target untuk lulusan dalam waktu 2 tahun.
Melingkari setiap bagian yang perlu direvisi. Fiona kini tengah mengerjakan kembali tugasnya.
Tapi.
"Bagaimana jika dia jatuh cinta pada pria lain. Bagaimana jika dia mengatakan akan menikah. Bagaimana jika dia berpelukan dengan pria lain. Bagaimana jika mereka melakukan malam pertama. Bagaimana jika akan ada anak yang lahir. Tidak! Kenapa aku jadi seperti ini?" Batin Yudha menghela napas berkali-kali menanti sang pujaan hati, eh maaf typo, sang teman merevisi tugasnya.
Memincingkan matanya, tapi hanya sejenak. Kala tangan mereka bersinggungan, entah kenapa perasaannya berdebar tidak menentu terasa.
Jakunnya bergerak naik turun, menelan ludah. Kala mata itu bertatapan dengannya. Bibir yang biasanya cerewet bagaikan permen Chery.
"Fiona..." panggilnya.
"Ada apa?" Tanya sang gadis.
"Jika aku ketakutan akan kehilangan seseorang. Tidak senang melihatnya dengan pria lain. Bahagia hanya dengan melihat senyumannya. Itu artinya apa?" Yudha memberanikan dirinya bertanya, pada sahabatnya.
"Itu artinya...kamu bodoh! Wanita mana lagi yang kamu sukai? Apa mahasiswi? Dosen di kampus ini?" Tanya Fiona begitu antusias. Jarak wajah yang benar-benar dekat dengan Yudha.
Bagaimana bisa sang naga tergoda untuk mengigit pinguin yang begitu manis ini. Tidak menggoda, tapi daging temannya ini pasti begitu kenyal.
rajin2 up nya
Masih greget rasanya...