Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Elang pun diam, dan langsung menyambar minuman yang terletak di meja.
"Ada masalah?" Tanya Adit, namun Elang tidak menjawab ia terus saja meminum alkohol tanpa henti. Hingga sejam berlalu, tubuh Elang pun kini linglu, karena sudah kehilangan setengah kesadaran.
"Wanita itu." Ucap Elang, dengan mata yang berat menahan mabuk pengaruh alkohol.
"Tuan. Ayo kita pulang." Ajak Roy, yang selalu setia mendampingin Elang.
"Biakan saja dia sini. Nanti aku akan memanggil wanita agar bisa menghiburnya." Ucap Adit.
"Tidak tuan terima kasih." Ucap Roy, dan langsung membantu Elang, memapah tubuh Elang dan membawanya masuk ke dalam mobil.
"Aku benci wanita itu." Ucap Elang.
"Siapa tuan?" Tanya Roy sambil sesekali melirik tuannya melalui kaca spion tengah.
"Aku benci, sangat benci."
Dan beberapa saat kemudian kini Roy menepihkan mobil, dan lalu membantu tuannya turun dari mobil. Dan membawanya masuk kedalam rumah hingga ke dalam kamar tuannya.
"Ada apa?" Tanya Hana saat melihat Roy memapah tubub Elang. "Dia mabuk?" Tanya Hana, dan Roy pun menganggukkan kepalanya.
Dan Hana langsung membantu Roy, "Biar aku saja, lebih baik tuan Roy pulang saja."
"Tapi nona.."
"Pulanglah, kasihan anak dan istrimu pasti sudah menunggumu"
"Istri? Istri dari mana? Dari hongkong?" Batin Roy.
Lalu sesaat kemudia Elang pun langsung memuntahkan semua apa yang ada di dalam perutnya, membuat Roy seketika merasa jijik.
"Baiklah nona, lebih baik saya pulang lebih dulu. Karena anak dan istriku pasti sudah menunggu." Bohong Roy, karena tidak ingin melakukan hal yang selalu ia lakukan kala tuannya sedang mabuk berat.
Toh pikir Roy, biarlah kali ini dia beristirahat karena sudah ada Hana yang akan mengurus tuannya.
Saat Roy telah pergi, dengan penuh kesabaran Hana membersihkan tubuh Elang. Lalu mengganti baju Elang agar Elang bisa tidur dengan nyaman.
"Kau sangat gagah. Namun sayang kegagahanmu tertutupi dari sikap arogan mu." Ucap Hana lalu memasangkan selimut ke tubuh Elang. Lalu Hana pun langsung kembali tidur ke tempatnya.
Pagi hari berlalu, sama seperti biasa kini Hana sudah menyelesaikan semua tugasnya. Namun hari ini berbeda dengan kemarin. Hari ini Hana tidak bisa keluar dari rumah karena di jaga dari pengawal, hingga membuat Hana kecewa dan menyentakkan kakinya. Lalu berjalan menuju kamar.
"Aku sudah menyiapkan semua kebutuhanmu, lalu kenapa kau melarangku untuk keluar, menemui ayahku?" Tanya Hana, saat dirinya sudah berada di dalam kamar.
"Apa kau bisa mamasang ini?" jawab Elang dengan sebuah pertanyaan.
Hana berjalan mendekati Elang, lalu memegang kedua sisi dasi.
"Menunduklah." Kata Hana, agar dirinya tidak sulit memasangkan dasi untuk Elang, mengingat jika tubuh Elang melebih tinggi tubuhnya.
Namun karena ke egoisan Elang yang tidak ingin menunduk membuatnya menarik dasi dari tangan Hana.
"Tidak usah." Tolak Elang,
Lalu Hana melihat sekeliling dan mengambil dua buah bantal di letakkan tepat di depan Elang, dan Hana kembali mengambil alih dasi. Hana lalu berdiri di atas bantal. Dan dengan diam Hana memasangkan dasi pada Elang.
Sesekali Elang menatap kebawa, melihat wajah Hana yang sangat cantik menurutnya, namun hanya dalam hati Elang berkata seperti itu.
"Kenapa kau melarangku untuk bertemu dengan ayahku?" Tanya Hana saat dirinya sudah memasang dasi untuk Elang.
"Jika kau ingin keluar dari rumah ini, maka kau harus mengganti uangku dan seluruh dendanya" Ucap Elang tanpa menatap wajah Hana.