Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
Keesokan harinya.
Seperti hari-hari biasanya Abian berangkat kerja, tanpa mengucapkan satu katapun pada Alena. Bahkan pria itu tidak menatapnya sama sekali, saat mereka berpapasan ketika Alena berjalan menuju ruang makan.
"Dia itu kenapa?" tanya Alena dalam hati. Menatap punggung Abian yang menghilang di balik pintu. "Oh ya ampun, kaulah yang kenapa Alena? Bukankan sejak dulu Abian memang seperti itu? Mungkin kemarin otaknya terkena gangguan, sampai tidak sadar mau makan dan minum yang dibuat olehmu," gumamnya kembali, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.
"Bik boleh aku minta tolong?" tanya Alena saat melihat pelayannya yang tengah membawa pakaian kotor milik Abian.
"Tentu Nona, apa yang bisa Bibi bantu?"
Alena terdiam sesaat. "Em.. bisa tolong belikan rujak buah untuk ku?"
"Rujak buah?" pelayan yang bernama Yanti itu mengerutkan keningnya. "Pagi-pagi begini mana ada yang menjualnya, atau mau Bibi buatkan saja?" tawarnya.
"Tidak Bi," Alena menggelengkan kepalanya. "Aku ingin rujak buah yang dibeli langsung di pedagang rujaknya."
Bibi Yanti semakin mengerutkan keningnya dengan bingung. "Nona itu seperti orang sedang ngidam saja, ingin rujak buah tapi harus dibeli dari pedagangnya langsung," ucapnya dengan tertawa. "Eh.. tapi jangan-jangan Anda memang sedang ngidam? Itu artinya Non hamil?"
Alena yang terkejut dengan pertanyaan Bibi Yanti, langsung tertawa agar pelayannya itu tidak curiga jika saat ini memang dirinya sedang hamil. " Tidak Bi, mana mungkin aku hamil. Aku itu hanya sedang ingin makan rujak yang isiannya komplit, karena di dalam lemari pendingin pasti hanya ada mangga, pepaya, anggur, dan jeruk," ucapnya memberikan alasan yang masuk akal agar pelayannya tidak curiga.
"Iya sih Non," Bi Yanti menganggukkan kepalanya. Karena dia pun berpikir mana mungkin non Alena mengandung, sementara hubungan dengan suaminya saja tidak berjalan harmonis. Bahkan selama tiga Minggu tuan nya tidak pulang ke rumah.
"Kalau saja aku diperbolehkan keluar, aku pasti akan membelinya sendiri," Alena menghela napasnya dengan tatapan sendu.
Melihat nona nya bersedih, Bi Yanti pun menjadi tidak tega. "Baiklah Non, Bibi akan membelinya, tapi nanti setelah pekerjaan Bibi sudah selesai."
"Benarkah? Oh ya ampun terima kasih Bi," karena terlalu bahagia Alena sampai memeluk pelayannya.
Bi Yanti tersenyum saat melihat wajah non Alena bahagia, karena ini pertama kalinya dia melihat istri tuan Abian itu tersenyum bahagia. Karena semenjak dia bekerja di kediaman Abian Atmajaya, hanya kesedihan yang ia lihat di wajah cantik itu.
Entah apa yang terjadi di pernikahan tuan dan nona nya, tapi yang ia tahu tuan Abian selalu memperlakukan nona Alena dengan buruk, bahkan dia dilarang membantu pekerjaan rumah tangga yang seharusnya dilakukan olehnya.
*
*
Alena yang saat ini duduk di ruang tengah, dengan tidak sabaran menunggu kedatangan Bi Yanti. Karena sudah dua jam lamanya pelayan itu pergi untuk membeli rujak buah setelah menyelesaikan pekerjaannya.
"Kenapa lama sekali?" Alena menatap jam yang ada di atas dinding, ia bertanya-tanya apa mungkin pelayannya itu kesulitan mencari pedagang rujak buah? Tapi rasanya tidak mungkin karena hari sudah siang, dan pastinya ada pedagang rujak buat di pasar.
Ceklek.
Mendengar suara pintu yang dibuka dari luar Alena pun bergegas menuju ruang tamu, karena sudah tidak sabar untuk memakan rujak buah yang sudah ditunggu-tunggunya.
"Abian..." langkah kakinya terhenti, saat melihat yang datang bukan Bi Yanti melainkan suaminya. Belum reda keterkejutannya saat melihat Abian yang pulang tiba-tiba di siang hari, ia kembali dikejutkan saat melihat sosok yang datang bersama suaminya.