Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Pembicaraan di pagi hari
Gawai milik Kenan terus berbunyi mengganggu aktivitas nya yang sedang mengurus pekerjaan yang harus di selesaikan hari ini.
Kenan mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelpon di pagi hari buta begini, "Mami Rosa."
Kenan sempat heran sebab tidak biasanya orangtua dari bos nya itu menelpon sepagi ini. Namun, Kenan mengangkatnya.
( "Halo, Mami." )
( "Halo, Ken. Apa kamu dan Alex sedang keluar kota bersama? Dia tidak sekalipun menghubungi Mami atau istrinya." )
Nada suara Mami Rosa terdengar begitu kesal.
( "Iya, Mi. Bos Alex dan saya sedang berada di luar kota. Soal untuk kenapa Bis tidak pamitan kepada Anda, mungkin bisa Anda tanyakan kepada Bos Alex." )
( "Mami sulit menghubungi, jadi Mami minta kamu datangi Alex dan berikan ponselmu jika mami ingin bicara padanya!" )
( "Ok, tunggu sebentar! Kenan ke kamar yang Alex tempati dulu." )
Kenan berdiri lalu melangkah keluar meninggalkan setumpuk pekerjaan demi perintah yang di perintahkan oleh Bos besarnya.
Setibanya di depan pintu kamar milik Alex, Kenan menekan bel beberapa kali.
Ting ... tong ....
Alex yang baru saja selesai membersihkan diri setelah pertempuran panas di pagi hari, mengernyit heran.
"Siapa sih pagi-pagi sudah berisik banget? Apa Kenan? Tidak mungkin juga, 'kan dia sedang bekerja dan hari ini tidak ada kegiatan apapun lagi selain nanti sore." Meski menggerutu dan bertanya, Alex tak urung mendekati pintu. Bel nya pun kembali lagi berbunyi.
Ting ... tong ....
"Spada, ini Kenan. Bos, buka pintunya, Bos. Ibu besar menelpon, Bos." Kenan mengetuk-ketuk pintu kadang menekan bel.
Saking lamanya, Kenan terus mengetuk pintu sambil menunduk. Ia tidak tahu jika pintunya sudah terbuka.
"Aduh. Ini wajah bukan pintu, Kenan!" Alex menggerutu. Kenan mendongak dan tersenyum cengengesan.
"Sorry, Bos. Gue kira pintu. Lagian elo tidak bilang dulu mau membuka pintu," ujar Kenan perhatikan Alex yang hanya mengenakan handuk bertelanjang dada. Matanya memicing penuh curiga di saat penglihatannya melihat beberapa tanda merah.
"Elo mau ngapain sih? Ganggu kegiatan orang saja," gerutu Alex mengacak rambutnya menggunakan handuk untuk mengeringkan rambut basahnya.
"Hmmm, sorry. Ini Mami Rosa menanyakan kemana saja elo pergi tidak pulang-pulang? Mami Bos juga ingin bicara sama elo," ucap Kenan tidak menghiraukan kekesalan Alex. Dia menyodorkan ponsel di genggaman dan masih menyala.
"Bilang saja jika gue sibuk bekerja," balas Alex enggan berbicara dengan Maminya. Dia sudah berpikir jika sang Mami pasti menanyakan kapan pulang? Kenapa tidak ada kabar? Dan kenapa tidak mengajak Mauren?
"Ya elo bicara saja, Lex." Dia menempelkan ponselnya ke telinga Alex dan memaksa tangan Alex memegangi gawai nya.
"Bicaralah!"
"Elo ini pemaksa sekali, Kenan." Alex mendengus seraya memegangi gawai Kenan.
( "Alex!!" )
( "Iya, Mami. Ada apa mencari putra mu ini? Alex baik-baik saja dan sedang di luar kota. Tidak perlu mencari ku dan tidak perlu mengkhawatirkan diriku, Mami." )
( "Kamu itu sulit sekali Mami hubungi. Kenapa tidak pamitan dulu pada Mami maupun istrimu. Setidaknya kamu bisa mengajak Mauren kesana sekalian berbulan madu." )
( "Ayolah, Mam. Alex di sini bekerja, bukan bermain gak jelas. So, jangan buat hari-hari Alex kesal dengan adanya Mauren di sisiku. Biarkan dia menemani Mami di sana, ok. Alex tutup dulu, bye Mami." )
Tut ....
Dan Alex sungguh serius mematikan sambungan telpon nya. Entah kenapa dia tidak suka jika hari-harinya diganggu oleh Mauren. Meskipun wanita itu istrinya tapi tetap saja Alex tidak menyukainya. Kalau bukan karena perintah sang Mami, mana mau dia menikah dengan Mauren.
"Kamu kasar sekali pada wanita yang melahirkan mu. Mungkin saja mami rindu." Kenan mengambil gawai nya.
"Gue tidak suka Mami membahas wanita itu. Elo kan tahu jika gue terpaksa menikahinya hanya karena balas budi yang dia lakukan. Tapi, bukan berarti gue menerima dia sepenuh hati dalam hidup gue, tidak." Lalu Alex kembali masuk ke dalam kamar nya dan menutup pintu kamar.
"Ck, main tutup saja. Jangankan Alex, gue juga kurang setuju sama wanita itu," gumam Kenan mengangkat bahu lalu kembali ke tempat ia istirahat guna melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda.
*****
Kota lain
"Halo, Alex. Kamu jangan mematikannya dulu. Alex Mami belum selesai bicara." Mami Rosa menghelakan nafas berat karena sambungannya sudah terputus lebih dulu.
"Bagaimana, Mami?" tanya Mauren yang sedang menunggu Jawaban Mami Rosa dimana Alex berada.
Mami Rosa melirik Mauren, "Alex sedang berada di luar kota. Dia dan Kenan sedang bekerja dan kemungkinan entah kapan pulangnya. Alex juga tidak memberitahukan di mana keberadaan dia saat ini."
Mauren menunduk lesu dan dalam hati mengumpat kesal.
"Hmmm, bagaimana kalau di lacak saja keberadaan Alex dan Mauren tinggal pergi ke sana sendirian. Ya, macam memberikan sebuah kejutan," ujar Mauren memberi ide berharap ponsel Alex bisa di lacak. Bukan hanya ingin bertemu Alex saja, tapi Mauren juga ingin lebih mendekatkan diri pada pria itu dan mungkin saja sampai bisa membawanya tidur bareng di atas ranjang.
"Ah iya, kamu benar juga. Kamu bisa menyusulnya kesana. Sebentar, Mami cek dulu letak lokasi Alex saat ini." Mami Rosa tidak kepikiran akan hal itu. Ponsel dia 'kan sudah terhubung dengan GPS Alex, jadi itu memudahkannya mencari titik keberadaan dimana putranya saat ini.
Beberapa saat kemudian, Mami Rosa menemukan titik nya, "Mami menemukannya. Saat ini dirinya sedang berada di kota B."
Mauren tersenyum.
"Alex, tunggu aku."
******
Alex kembali mendekati Eliza yang masih terbaring lelap dalam tidur.
"Dia masih tidur, apa dia kelelahan? Tapi tidak mungkin. Perasaan main nya pun hanya sebentar." Alex bergumam sendiri dan ia duduk lagi dekat Eliza.
Matanya terus memperhatikan wajah cantik wanita yang tidak pernah membuatnya alergi, tatapannya terus tertuju pada bibir tipis sedikit bengkak akibat ulahnya.
Dua jam telah berlalu, Alex sungguh kembali tidur di dekat Eliza dalam posisi memeluk tubuh wanita itu. Eliza terbangun, ia melihat masih tertidur dengan posisi memeluknya. Eliza pikir jika Alex belum bangun padahal sudah bangun dan tidur lagi.
Eliza meringis merasakan ngilu di bagian intinya yang masih terasa nyeri dan perih di bawah sana, "Padahal sudah lama sekali tidak melakukan ini. Tapi mengapa milikku terasa nyeri dan perih?"
Eliza menghela nafas, dia beralih memandangi wajah tampan Alex.
Rahang kokoh, alis hitam tebal, mata terpejam namun terlihat indah dan tajam, hidung mancung, bibir tebal kemerahan, serta bulu-bulu tipis menyerupai jenggot begitu menambah ketampanannya.
Tiba-tiba saja tangan Alex semakin mengeratkan pelukannya. Eliza sedikit sesak dan ia berusaha melepaskan pelukan Alex dari tubuhnya. Namun, ia kesulitan karena pria itu begitu kuat memeluknya.
"Alex, tolong lepaskan saya, saya mau mandi," pinta Eliza terdengar begitu lirih tak lagi mencoba melepaskan tangan Alex yang melingkar di tubuhnya.
"Nanti saja bangunnya. Nanti kita mandi bersama," ucap Alex seraya membuka mata.
"Bukannya kamu sudah mandi? Ngapain minta mandi bersama? Aku tidak mau." Eliza menolak tegas karena ia yakin jika pria sudah berkata mandi bersama, bukan mandi saja yang terjadi melainkan ada tindakan lain yang membuat lama.
"Kamu harus mau, saya suamimu dan kamu istriku. Jadi, kamu harus menuruti setiap ucapanku." Alex semakin mengeratkan pelukannya dan malah memejamkan kembali kedua bola matanya. Ia tak menghiraukan celotehan Eliza yang memintanya untuk melepaskan wanita itu.
"Alex, lepaskan saya!"
"Tidak akan!"
Ia pun kini terdiam tak lagi bersuara ataupun memberontak, dia mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping dan kini posisi mereka saling berhadapan. Eliza memperhatikan lagi wajah tampan Alex dan pria itu kembali membuka matanya tersenyum tipis.
"Nah, kalau kamu diam begini terlihat semakin cantik," bisik Alex tersenyum menatap bola mata Eliza. Keduanya saling pandang untuk beberapa saat.
Tapi, Alex malah mengusap lembut bibir tipis Eliza dan perlahan mengecupnya lagi. Hanya kecupan biasa tapi mampu membuat candu untuknya.
"Kenapa kamu diam saja?" Alex dibuat heran sebab Eliza tidak membalas yang ia lakukan.
"Lalu saya harus berbuat apa? Melawan pun percuma karena kamu mendekap erat tubuh saya." Mata Eliza masih memandang wajah pria di hadapannya.
"Membalasnya," ujar Alex menggeser tubuh Eliza hingga terlentang dan sedikit menindihnya.
Eliza tersenyum manis, ia pun mengalungkan lengannya ke leher Alex, "Jadi kamu sudah kecanduan tubuh wanita murahan ini?" tanya Eliza seakan mengejek perkataan Alex kemarin malam yang mengatainya wanita murahan.
Deg ....
Alex tersadar dan mengingat perkataan itu. Dia ingin bangun tapi di cegah oleh Eliza yang membungkam mulutnya dengan ciuman lembut. Untuk sesaat Alex terdiam tidak membalasnya.
Eliza melepaskan pangutannya dan tangannya menangkup kedua pipi Alex, "Sekalipun kamu tidak menginginkanku tapi saya menginginkanmu," bisik Eliza sangat lembut dan menatap dalam mata hazel pria yang ada di atasnya.
"Bisa turun dari tubuhku? Saya mau mandi menyiapkan baju kerja SUAMIKU," kata Eliza menekan kata suami sambil terakhir mengecup pelan penuh perasaan kedua pipi Alex dan terakhir bibirnya.
Alex tersadar dan dia cepat-cepat bangkit menjauhi tubuhnya dari tubuh Eliza. Eliza pun mencoba duduk hingga pendengarannya teralihkan oleh suara gawai milik Alex. Alex turun dari ranjang dan menerima sambungan telpon itu.
"Halo." Matanya terbelalak.
"Apa?!"