Di dunia di mana kekuatan adalah segalanya, Liu Han hanyalah remaja 14 tahun yang dianggap aib keluarganya. Terlahir dengan bakat yang biasa-biasa saja, dia hidup dalam bayang-bayang kesuksesan para sepupunya di kediaman megah keluarga Liu. Tanpa ayah yang telah terbunuh dan ibu yang terbaring koma, Liu Han harus bertahan dari cacian dan hinaan setiap hari.
Namun takdir berkata lain ketika dia terjebak di dalam gua misterius. Di sana, sebuah buku emas kuno menjanjikan kekuatan yang bahkan melampaui para immortal—peninggalan dari kultivator legendaris yang telah menghilang ratusan ribu tahun lalu. Buku yang sama juga menyimpan rahasia tentang dunia yang jauh lebih luas dan berbahaya dari yang pernah dia bayangkan.
Terusir dari kediamannya sendiri, Liu Han memulai petualangannya. Di tengah perjalanannya menguasai seni bela diri dan kultivasi, dia akan bertemu dengan sahabat yang setia dan musuh yang kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mode Transendent dan Lonjakan Kekuatan
Setelah makan malam yang tenang namun dipenuhi banyak pikiran, Liu Han dan Ling Yan kembali ke kamar masing-masing di Penginapan Angin Jing. Ling Yan tampak lebih tenang, meskipun jelas bahwa pertanyaan tentang kekuatan Liu Han masih menggantung di benaknya.
Liu Han masuk ke kamarnya, menutup pintu perlahan. Udara di dalam ruangan itu sejuk dan hening, hanya suara samar dari aktivitas di bawah yang terdengar. Dia duduk di atas tempat tidur, memandangi tangannya yang terbuka, lalu mengepalkannya.
“Apa sebenarnya yang terjadi pada diriku?” gumamnya pelan, suaranya hampir tak terdengar.
Bayangan pertarungan melawan Mo Zu terus bermain di pikirannya. Saat itu, dia bisa merasakan kekuatan yang luar biasa bangkit dari dalam dirinya, kekuatan yang bukan miliknya tetapi terasa seperti bagian dari dirinya. Rambut putih keemasan, aura emas yang memancar seperti lautan, dan keberanian yang tidak biasa—semuanya terasa asing, tetapi juga akrab.
“Itu bukan aku,” pikirnya. “Tapi saat itu… aku merasa seolah-olah aku bisa menghadapi apa pun.”
Dia terdiam sejenak, mengingat kembali perasaan saat kekuatan itu menguasainya. Meski dia tidak tahu apa sumbernya, dia merasa perlu memberinya nama.
“Mode… Transendent,” gumamnya, memutuskan nama itu karena kekuatan itu terasa melampaui batas manusia biasa.
Namun, memikirkan kekuatan itu juga membuatnya merasa waspada. Jika dia tidak memahami asal-usul atau cara mengendalikannya, kekuatan itu bisa menjadi pedang bermata dua—berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Setelah menghabiskan beberapa waktu merenung, Liu Han memutuskan untuk tidak terlalu larut dalam pikirannya. “Aku perlu menjadi lebih kuat. Jika Mo Zu kembali, aku tidak bisa bergantung pada kekuatan yang tidak kumengerti.”
Dia membuka cincin penyimpanannya, memeriksa sumber daya yang dia kumpulkan selama ini. Di dalamnya terdapat berbagai pil kultivasi, kristal energi spiritual, dan rumput Vitalitas Qi yang dia panen dari danau jingga sebelumnya.
“Ini saatnya memanfaatkan semua ini,” pikirnya.
Dia duduk bersila di tengah kamar, menciptakan penghalang sederhana dengan energi spiritualnya agar tidak terganggu. Dengan napas yang dalam, dia mulai memusatkan pikirannya, menarik energi dari sumber daya yang ada di sekitarnya.
Liu Han memulai dengan meminum pil-pil kultivasi tingkat tinggi yang ada di cincinnya. Begitu pil itu larut di dalam tubuhnya, energi spiritual yang murni segera mengalir ke nadinya, memenuhi jalur energi di dalam tubuhnya.
Dia kemudian mengambil kristal energi spiritual, memegangnya di kedua tangannya. Cahaya lembut dari kristal itu perlahan meresap ke dalam tubuhnya, menambah energi yang dia serap dari pil-pil sebelumnya.
Energi yang melimpah itu mengalir ke inti spiritualnya, memperkuat akar spiritual emasnya yang kini bersinar lebih terang dari sebelumnya. Liu Han memanfaatkan semua energi itu dengan hati-hati, mengarahkan alirannya untuk memperkuat tubuh dan intinya sekaligus.
Proses itu berlangsung selama beberapa jam. Energi spiritual di dalam tubuhnya terus meningkat, mendorong batas-batasnya sedikit demi sedikit. Setiap dorongan membuatnya merasa lebih kuat, lebih terkendali, dan lebih stabil.
Ketika energi di dalam tubuhnya mencapai puncaknya, dia merasakan hambatan kecil yang menghalangi aliran energi spiritualnya. Dengan konsentrasi penuh, dia mendorong energi itu ke depan, memecahkan hambatan tersebut.
“Lapisan ketiga…” gumam Liu Han sambil tersenyum kecil. Tapi dia tidak berhenti di situ.
Dia melanjutkan proses itu, menggunakan sisa sumber daya yang ada di cincinnya untuk terus mendorong batasnya. Setelah beberapa jam lagi, dia berhasil menerobos ke lapisan keempat, lalu lapisan kelima Qi Gathering.
Ketika akhirnya dia membuka matanya, mata ungunya bersinar dengan kekuatan baru. Tubuhnya terasa jauh lebih kuat, dan aliran energi spiritual di dalam dirinya jauh lebih lancar.
“Tiga ranah kecil sekaligus,” gumamnya. “Ini lebih dari yang kukira.”
Setelah selesai berkultivasi, Liu Han duduk diam, membiarkan tubuhnya menyesuaikan diri dengan kekuatan barunya. Dia memikirkan semua yang telah dia lalui sejauh ini—keluarganya yang mengusirnya, pertemuannya dengan Ling Yan, dan kebangkitan Mo Zu.
“Dunia ini tidak akan mempermudah hidupku,” pikirnya. “Tapi aku tidak akan menyerah. Aku akan terus maju, apa pun yang terjadi.”
Dia menatap ke luar jendela, melihat langit malam yang dipenuhi bintang. Di dalam hatinya, tekadnya semakin kuat untuk memahami kekuatan yang dia miliki dan untuk melindungi orang-orang yang berarti baginya.
Ketika akhirnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, rasa kantuk segera datang. Namun, sebelum dia sepenuhnya tertidur, dia berkata pelan pada dirinya sendiri, “Mode Transendent… Aku harus mencari tahu apa itu sebenarnya.”
Di kamar sebelah, Ling Yan juga sedang duduk bersila, merenungkan apa yang telah terjadi. Pikiran tentang sosok bercahaya yang bertarung melawan Mo Zu tidak bisa hilang dari benaknya.
“Xiao Han… apa yang sebenarnya kau sembunyikan?” gumam Ling Yan, sebelum akhirnya membiarkan rasa kantuk mengambil alih dirinya.
Malam itu berlalu dengan tenang, memberikan mereka istirahat yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi hari-hari yang akan datang.
...****************...
Fajar mulai menyingsing di kota Lembah Jing. Sinar matahari pagi yang lembut menembus celah-celah jendela Penginapan Angin Jing, membangunkan para penghuni yang bersiap memulai hari mereka. Liu Han membuka matanya perlahan, merasakan tubuhnya segar setelah istirahat malam yang panjang.
Dia menghela napas lega, merasa energi di tubuhnya mengalir dengan lancar. Kultivasi semalam telah memberinya kekuatan baru, dan dia merasa lebih percaya diri untuk melanjutkan perjalanan ke depan.
Setelah membersihkan diri, Liu Han keluar dari kamarnya dan turun ke ruang makan penginapan. Aroma roti panggang dan teh herbal segera memenuhi indera penciumannya. Ling Yan sudah duduk di salah satu meja, tampak santai meskipun matanya tetap menunjukkan kewaspadaan seorang murid inti Sekte Pedang Langit.
“Selamat pagi, Kak Ling,” sapa Liu Han sambil mendekat.
Ling Yan tersenyum kecil, menyilakan Liu Han untuk duduk di depannya. “Selamat pagi, Xiao Han. Bagaimana tidurmu?”
“Nyenyak,” jawab Liu Han sambil mengambil secangkir teh yang disediakan oleh pelayan penginapan. “Kak Ling sendiri?”
Ling Yan mengangguk. “Lumayan, meskipun aku masih merasa sedikit lelah. Pertarungan itu benar-benar menguras energiku.”
Mereka mulai menikmati sarapan sederhana yang terdiri dari roti panggang, buah segar, dan sup hangat. Ling Yan memperhatikan Liu Han dengan seksama, ekspresinya perlahan berubah menjadi penasaran.
“Aku merasa ada sesuatu yang berbeda darimu,” kata Ling Yan tiba-tiba.
Liu Han menghentikan suapannya, menatap Ling Yan dengan alis terangkat. “Berbeda? Maksud Kak Ling apa?”
Ling Yan meletakkan cangkir tehnya, matanya menyipit seolah mencoba membaca rahasia Liu Han. “Energi spiritualmu… terasa jauh lebih kuat daripada tadi malam. Jangan bilang kau…”
Dia terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan nada terkejut, “Kau naik tiga ranah kecil dalam satu malam?”
Liu Han sedikit tersentak, meskipun dia mencoba menyembunyikannya. Dia menunduk sejenak, lalu tersenyum kecil. “Sepertinya begitu, Kak Ling.”
Ling Yan menatapnya dengan mata melebar. “Tiga ranah kecil dalam satu malam? Itu bukan sesuatu yang biasa, bahkan untuk murid inti sekalipun. Xiao Han, apa yang sebenarnya kau lakukan semalam?”
Liu Han menggaruk belakang kepalanya dengan canggung, mencoba meredakan kegelisahan Ling Yan. “Aku hanya memanfaatkan sumber daya yang aku miliki, Kak Ling. Aku pikir, jika aku tidak memperkuat diriku sekarang, aku akan menjadi beban saat kita menghadapi hal-hal yang lebih besar di depan.”
Ling Yan menghela napas, tetapi senyum kecil muncul di wajahnya. “Kau benar-benar mengejutkan, Xiao Han. Tapi kau harus hati-hati. Kultivasi yang terlalu cepat tanpa dasar yang kuat bisa menjadi pedang bermata dua. Pastikan kau tidak melewatkan proses memperkuat fondasimu.”
“Aku mengerti, Kak Ling,” jawab Liu Han dengan serius.
Meski masih sedikit bingung dengan kecepatan kultivasi Liu Han, Ling Yan memutuskan untuk tidak mendesaknya lebih jauh. Dia tahu bahwa Liu Han memiliki rahasia yang dia pilih untuk tidak diungkapkan, dan Ling Yan menghormati keputusan itu.
Setelah selesai sarapan, mereka keluar dari penginapan. Ling Yan memimpin jalan menuju gerbang kota, di mana perjalanan menuju Sekte Pedang Langit akan dimulai.
“Kita butuh waktu sekitar dua hari perjalanan untuk mencapai sekte, tapi aku ingin dalam perjalanan ini membuatmu menambah pengalaman dan keterampilan bertarunmu” kata Ling Yan sambil melihat ke arah jalan setapak di depan mereka. “Kau harus bersiap menghadapi perjalanan panjang ini, Xiao Han.”
Liu Han mengangguk, merasa antusias tetapi juga sedikit gugup. Ini adalah langkah besar baginya, sebuah kesempatan untuk memulai hidup baru setelah diusir oleh keluarganya.
“Apakah kau benar-benar yakin aku bisa diterima di Sekte Pedang Langit, Kak Ling?” tanya Liu Han sambil mempercepat langkahnya agar sejajar dengan Ling Yan.
Ling Yan menoleh, tersenyum penuh keyakinan. “Setelah melihat apa yang kau lakukan di Pegunungan Huosu, aku yakin kau memiliki potensi besar. Dengan sedikit bimbingan dan disiplin, kau akan menjadi salah satu murid terbaik sekte ini.”
Liu Han merasa dadanya menghangat mendengar itu. Dia tidak bisa menahan senyuman kecil yang muncul di wajahnya.
“Terima kasih, Kak Ling. Aku tidak akan mengecewakanmu.”
Ling Yan tertawa kecil. “Kita lihat saja nanti. Tapi untuk sekarang, fokuslah pada perjalanan. Siapa tahu, kita mungkin menghadapi bahaya lain di sepanjang jalan.”
Dengan semangat baru dan tekad yang lebih kuat, mereka melangkah ke depan, meninggalkan kota Lembah Jing. Perjalanan menuju Sekte Pedang Langit menjadi babak baru dalam hidup Liu Han, sebuah kesempatan untuk membuktikan dirinya di dunia yang penuh dengan bahaya dan peluang besar.
Bersambung...