Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 6 Mimpi buruk
Braaak
" aawhhhh!"
Rani meringis kesakitan
Langit yang panik lantas menoleh kearah istrinya dan membangu Rani bangun dengan pelan.
Tangannya bergetar wajahnya terlihat sedikit pucat dari ekspresi wajahnya terlihat sangat jelas bahwa dia tengah kesakitan.
" Ya ampun sayang,kamu hati-hati dong.Gimana apanya yang sakit?" Langit hawatir saat melihat Rani tersandung sepatu hingga membuatnya jatuh,kakinya sedikit terkilir dan kepalanya membentur tembok.
Entah bagaimana ceritanya sepatu Langit bisa berada diruang depan padahal sebelumnya tak pernah ada kejadian seperti itu.Langit bukan typikal orang yang ceroboh.Dia selalu meletakan lagi barang yang sudah ia pakai ketempatnya.
" Aku hati-hati mas,ini ko tumben sepatu kamu masuk kedalam rumah si mas." sungut Rani.
" Lah kenapa jadi mas si Ran! Mas udah taruh sepatu mas ditempatnya ko,kamu ko seolah-olah jadi nyalahin mas.Kamu jalan gak hati-hati kenapa harus nyalahin orang." Ucap Langit.
Langit tampak kesal karna merasa Rani menuduhnya.
Mereka saling menyalahkan hingga tanpa mereka sadari bibir seseorang tersungging keatas melihat pertengkaran yang terjadi didepannya.Hatinya bersorak dan berharap pertengkaran itu semakin berlanjut.
" Sudah-sudah ,kalau Kaka sama mas Langit ribut terus ntar kemaleman aku ka.Ini perutku sakit sekali,rasanya sangat tidak enak." Sela Rena ditengah-tengah suami istri yang tengah bersitegang.
" Maaf!" Ucap Rani dan Langit berbarengan.
" Kakiku sakit mas sepertinya aku dirumah saja,mas temani Rena ya,mas antar dia sampa masuk dan temani dia sampai bertemu dokter di rumah sakit.Aku mau obati kakiku dirumah saja." Pungkas Rani.
Meskipun hatinya masih merasa kesal namun dia menyampingkan amarahnya karna tak mau terjadi sesuatu pada Rena.
" Apa kamu yakin sayang?" Langit terkejut mendengar apa yang istrinya katakan.
" Yakin,udah sana! Apa yang Rena katakan betul, nanti kalian kemalaman loh!" Ucap Rani.
Setelahnya Rani menoleh kearah sang adik.
Ren,kamu gapapa kan kalau cuman sama mas Langit?"
Rani menatap Rena dengan penuh rasa bersalah lantaran tak bisa menemaninya kedokter.
" Tidak ka, justru aku yang minta maaf.Kalau Kaka sakit kita undur saja kedokternya aku gapapa ko." Dusta Rena meskipun hatinya berkata lain.
"Jangan dong! Kesehatan kamu jauh lebih penting.Udah sana pergi kk gapapa ko,hati-hati dijalan." Rani mendorong Rena dan Langit agar segera pergi sementara dirinya kembali masuk kedalam kamar namun sebelumnya Rani menyingkirkan dulu sepatu Langit dan meletakkannya ditempat yang seharusnya.
" Ck, bisa-bisanya mas Langit jadi ceroboh gini." Gumam Rani seorang diri.
Kediaman Sarifah
Pukul 22.30
" Rani! Kemarilah nak raih tangan mamah sayang.Ayo kamu pasti bisa terlepas nak ,ayo nak ayo usaha lebih keras lagi mamah akan cari bantuan sayang!" Seru Sarifah dengan panik saat melihat tubuh bagian bawah Rani dililit ular phyton berukuran besar.
" Hiks hiks,Rani takut mah Rani takut! Mamah pergi aja mah,jangan kesini nanti ularnya gigit mamah." Isak Rani dengan tubuh yang sudah lemah tak berdaya.
Rani tampak pucat dan lemah,namun dia masih memikirkan keselamatan Sarifah yang berdiri tak jauh darinya.
Rani dan Sarifah tengah berada didekat hutan namun yang membuat Sarifah merasa aneh hutan itu seprti tempat yang sangat tak asing bagi mereka.
Sarifah panik,dia menoleh kesemua penjuru arah kakinya bergetar dengan keringat dingin membasahi dahinya.
" Tidak sayang,jangan menyerah kamu pasti selamat.Tolong! Tolong! tolong kami."
Sarifah berteriak dengan kencang berharap ada seseorang yang bisa menolong mereka berdua.
Sementara Rani terlihat semakin lemah karena lilitan ular dikakinya semakin kuat membuat Sarifah semakin panik dan berusaha terus mencari cara agar bisa mengalihkan fokus ular tersebut.
sssssttttttttt ssssstttttt
Desisan ular tersebut terdengar sangat mengerikan,sorot matanya terlihat sangat tajam dengan lidah yang terus menjulur dan berdesis.
Tubuhnya menggeliat semakin kencang melilit kaki Rani.
Tak ada yang bisa dilakukan lagi oleh Rani karena sedikit bergerak saja maka lilitan sang ular semakin kencang dan membuatnya sakit.
Kakinya terasa seperti patah bahkan tenaganya hampir habis,wajahnya semakin terlihat pias.
" Mah tinggalkan aku! Hiks biarkan aku mati disini,mamah pergi mah pergi!" Teriak Rani dengan sisa-sisa tenaganya dan dia juga sudah pasrah dengan hidupnya.
" Tuhan jika memang aku ditakdirkan mati ditangan ular ini maka aku ihlas,tapi tolong kirim seseorang untuk menyelamatkan mamah." Isak Rani lirih.
Rani menatap Sarifah yang sedang menangis kebingungan,wajahnya sama pucatnya.Antara bingung dan ketakutan, Sarifah terlihat seperti orang yang hilang arah melihat Rani dalam bahaya sementara dia tidak bisa berbuat apapun untuk menyelamatkannya.
"Hiks,tidak nak mamah akan terus berada di dekatmu.Kalapun harus mati kita akan mati bersama sayang.Kamu tenang ya pertolongan Tuhan akan datang.Mamah yakin kita akan selamat."
Sarifah mengusap air matanya dengan kasar,meskipun dirinya sudah sangat letih dan putus asa.Namun dia tak mau memperlihatkan semua itu didepan Rani.
Ditengah keputusan asaan Sarifah dan disaat tubuh Rani semakin lemah dan hampir saja kehilangan kesadarannya tiba-tiba mata Sarifah melihat ada sosok yang sedang berjalan mendekatinya.
" Bertahanlah Rani,aku datang."
Dor dor
" Mah bangun mah bangun,mamah mimpi apa mah bangun!"
Arman menggoncangkan tubuh Sarifah dengan sangat kencang pasalnya Sarifah terus mengigau dan meracau,dia selalu memanggil nama menantunya Rani.Sementara badannya tampak basah dengan keringat dingin.
Blaaam
Sarifah sadar dan membuka mata saat mendengar suara suaminya.
" Rani,mana Rani pah mana Rani pah? Ular ada ular pah Rani pah Rani ,dia dililit ular besar pah,mamah takut Rani kenapa-napa pah." Wajah Sarifah terlihat sangat panik dengan keringat yang mengucur deras dari Nafasnya terengah dan tangannya terasa sangat dingin.
Arman paham jika istrinya baru saja mengalami mimpi buruk.
" Minum dulu mah." Arman menyodorkan segelas air putih untuk istrinya dan Sarifah menerima gelas itu kemudian meminumnya hingga tandas.
Glek glek glek
"Haah,haaah." Nafas Sarifah terengah setelah menghabiskan segelas air yang diberikan oleh suaminya.
" Mamah mimpi apa?" Tanya Arman setelah melihat istrinya jauh lebih tenang.
" Hiks,mamah cuman mimpi? Syukurlah hiks hiks,mamah takut pah."
Greeep
Gauri berhambur kepelukan Anggara,detak jantungnya masih terdengar begitu kencang.
Arman merasakan dengan jelas jika tubuh istrinya bergetar hebat yang menandakan bahwa dia benar-benar merasa ketakutan.Isakannya masih terdengar dengan jelas membuat Arman merasa hawatir.
" Istighfar,sayang!Kamu mimpi buruk?Rani baik-baik saja sayang,kita doakan putri kita selalu dalam lindungan Alloh SWT.Kamu yang tenang ya sayang." Ucap Arman sembari mengusap puncak kepala sang istri agar jauh lebih tenang.
" Ma-mamah mim-pi Ra-ni dililit u-ular be-be-sar pah.Semua itu terlihat nyata sekali hiks, tapi disaat Rani sudah hampir tak sadarkan diri tiba-tiba ada suara seseorang yang datang dan menembak ular itu pah.Tapi suara itu bukan suara Langit iya bukan,entah siapa pemilik suara itu."Racau Sarifah.
Hati dan fikirannya semakin kalut, perasaan sungguh tidak enak.Tiba-tiba ingatannya tertuju pada Rena.
Deg deg deg deg...
Sementara ditempat lain Ren baru saja selesai diperiksa oleh dokter kandungan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa semuanya dalam keadaan baik-baik saja,Rena hanya kelelahan dan stres.Setelah mengambil obat dan vitamin untuk ibu hamil ke apotik mereka lantas pulang.
" Mas terimakasih ya sudah mau menemaniku.Maaf tadi aku diam saja saat dokter mengira kamu adalah suamiku." Ucap Rena saat mereka tengah berjalan menuju parkiran.
" Tidak apa-apa Ren,mas faham ko.Oh ya apa kamu sedang menginginkan sesuatu?" Tanya Langit.
Jawaban Langit justru membuat hati Rena berbunga-bunga.
" Maksud mas?" Tanya Rena.
" Ya biasanya kan orang hamil suka ngidam,kamu jangan sungkan kalau pengin sesuatu bilang sama mas.Ya kalau mas bisa mas pasti akan usahakan untuk itu." Papar Langit.
Rena mematung sejenak dan menatap wajah langit dengan lekat.
" Ya,aku memang sedang menginginkan sesuatu,lebih tepatnya aku menginginkanmu mas." Batin Rena.
Melihat Rena diam Langit tersenyum.
" Heiii ditanya ko diem!" Langit mengibaskan tangannya didepan wajah Rena.
Rena tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Langit.
" Gak mas,aku gak pengin apa-apa.Mungkin anakku faham jika dia tidak memiliki ayah jadi dia tidak ingin merepotkan ibunya dengan keinginan yang aneh-aneh." Ucap Rena dengan wajah sendu.
Greeep
Spontan Langit meraih tangan Rena dan menggenggamnya dengan erat,sementara tangan yang lainnya terulur untuk mengusap punggung tangan Rena.Langit menatap Rena begitu dalam karna merasa kasian dengan nasib adik iparnya.
Rena membeku sejenak dengan apa yang tengah dilakukan oleh Kaka iparnya.Dia menyalah artikan sikap Langit dan menganggap kepedulian langit adalah balasan atas perasaannya.
" Jangan pernah bicara seperti itu,apa lagi didepan Rani.Dia pasti akan sangat terluka saat mendengar kamu mengatakan itu.Kamu tidak sendri,ada mas,ada ka Rani.Kami akan melakukan semuanya demi kamu dan demi bayi kamu."
Langit mengatakan itu sebagai bentuk empati dari seorang Kaka terhadap adiknya namun Rena justru salah arti menangkap sikap Langit
Greeepp
Rena memeluk Langit tanpa aba-aba,sementara Langit yang mendapat serangan seperti itu tak bisa berbuat apa-apa selain membalas pelukan dari Rena,adik iparnya.
" Hiks,terimakasih mas terimakasih.Aku tidak tau lagi akan seprti apa aku tanpa mas dan ka Rani.Aku tidak akan pernah lupa akan kebaikan kalian." isak Rani,wajahnya terlihat begitu sedih.Matanya meneteskan airmata namun tidak dengan hatinya yang justru berbunga-bunga.
" Dan akan aku pastikan jika anakku juga harus memiliki seorang ayah dan itu adalah kamu mas." Sambungnya dalam hati.
" Mengapa jantungku berdetak kencang begini dipeluk oleh Rena." Batin Langit.
Bersambung.....