Bagaikan mimpi buruk yang sangat menakutkan, Cecilia tidak menyangka hidupnya sangat tragis sekali.
Lelaki yang baru tiga bulan di nikahinya, ternyata menyukai adik tirinya.
Lelaki yang baru di nikahinya itu, bersekongkol dengan adik tirinya dan Ibu tirinya, ingin merebut perusahaan Ayahnya, dan menguasai harta keluarga Cecilia.
Cecilia bertekad akan membalas semua apa yang telah dilakukan oleh ke tiga orang itu pada keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Menabrak seseorang.
Cecilia membuka pintu ruang kantor Jhonatan, diikuti Arya dari belakang, setelah asisten sementara Cecilia itu ikut permisi juga.
Prang!
Tiba-tiba Cecilia mendengar suara bantingan cangkir dengan kencang ke lantai, begitu Cecilia dan Arya menutup pintu ruang kantor Jhonatan.
Langkah kaki Cecilia, baru saja dua langkah menjauhi pintu yang tertutup itu.
Cecilia mendadak menghentikan langkahnya, dan menoleh ke pintu yang tertutup.
"Apa kamu mendengarnya juga?" tanya Cecilia kepada Arya.
"Mendengar apa Nona?" tanya Arya pura-pura tidak tahu.
"Cangkir kopi di lempar ke lantai!" ujar Cecilia menatap pintu yang tertutup.
"Mungkin tangan Tuan Jhonatan terkena kopi panas, jadi tidak sengaja menjatuhkannya!" kata Arya merasa tidak ada yang salah dengan pendengarannya.
Cecilia mengerutkan keningnya memandang Arya, dia merasa asisten sementaranya itu, mengetahui sesuatu yang terjadi di dalam ruang kantor Jhonatan.
Jangan-jangan wanita itu marah kepadanya, dan melemparkan cangkir ke lantai karena cemburu padaku! pikir Cecilia.
Cecilia menghela nafas panjang, lain kali dia akan usahakan menghindari untuk berlama-lama bertemu dengan Ceo barunya itu.
Mungkin pasangan Ceo barunya itu, tipe wanita pencemburu.
Langkah kaki Cecilia dengan tenang kembali melanjutkan langkahnya, diikuti Arya berjalan di belakang Cecilia.
"Apakah anda ingin saya buatkan secangkir teh, Nona?" tanya Arya kepada Cecilia, saat Cecilia akan masuk ke ruang kantornya.
"Ah, iya, boleh, terimakasih!" ucap Cecilia, lalu membuka pintu ruangannya.
Arya pun pergi untuk membuatkan secangkir teh untuk Cecilia.
Cecilia kembali melanjutkan pekerjaannya, banyak yang harus di bereskannya.
Kepalanya terasa sakit, melihat berkas-berkas laporan mengenai pengeluaran dana, yang di keluarkan dua tahun terakhir.
Dan pemasaran serta laba yang di dapat, tidak seimbang dengan pengeluaran yang begitu besar.
Cecilia begitu yakin sekali, kejadian ini sama dengan yang di alaminya dua tahun lalu.
Pengeluaran yang di keluarkan perusahaan, seolah-olah semua di tujukan untuk kebutuhan perusahaan.
Mengenai laba yang di dapat, di laporkan karena tidak adanya minat bagi para konsumen dengan produk yang di keluarkan Group Michael.
Dan karena banyaknya produk yang sudah tidak layak di pakai lagi, terpaksa produk di bekukan, atau di buang.
Cecilia sampai tidak sadar Arya masuk ke ruang kantornya, meletakkan cangkir teh di mejanya, karena dia begitu fokusnya memeriksa pekerjaannya.
Jam berjalan tanpa terasa sudah menunjukkan jam lima sore.
Cecilia meregangkan tangannya karena begitu penat, dan melihat cangkir teh di atas meja, yang dia tidak tahu kapan di letakkan Arya.
Cecilia meraih cangkir teh, ternyata sudah dingin.
Perlahan dia bangkit dari kursinya, dia akan mengganti teh dengan yang baru.
Suasana kantor sudah mulai sepi, karena karyawan sebagian sudah pada pulang.
Cecilia masuk ke pantry, dan menyeduh ulang kembali teh, dengan teh yang baru.
Cecilia menyesap tehnya dengan perlahan, tenggorokannya terasa hangat.
Kemudian dia berbalik, pekerjaannya masih menumpuk, dia akan kembali lagi ke ruang kantornya.
Bruk!
"Aduh!" ujarnya tertahan.
Cecilia menabrak seseorang yang akan masuk ke pantry, dan teh yang dia pegang tumpah ke pakaian orang tersebut.
"Maaf, aku tidak melihat ada orang!" Cecilia panik bukan main.
Cangkir yang dia pegang, dengan cepat dia letakkan ke atas meja bar.
Teh yang baru dia seduh, teh yang masih panas. Kulit orang itu pasti memerah.
Tanpa basa-basi lagi, Cecilia menarik tangan orang itu untuk mendekat ke wastafel.
Cecilia membuka kran air, lalu membuka kancing kemeja orang itu dengan cepat.
Tangan Cecilia menampung air dari kran, lalu menempelkan tangannya yang basah, ke daerah tubuh orang itu yang terkena air panas.
Dengan perasaan panik, Cecilia tidak memperhatikan siapa orang yang telah dia tabrak.
Tangannya sibuk berulangkali menempelkan telapak tangannya, ke bagian terkena air panas.
Cecilia tanpa sadar baru menyadari, kalau dari tadi, dia menyentuh daerah rusuk orang tersebut.
Kulit yang liat dengan tekstur yang terasa padat tersentuh telapak tangan Cecilia.
Mata Cecilia nanar menatap telapak tangannya, menempel pada bentuk tubuh seorang pria yang kekar.
Bersambung......