Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Setelah keduanya tenang kembali, Adrian duduk di sebelah kursi roda Elsa, dia menatap background foto smartphone nya. Elsa tidak melepaskan tangan Adrian di sebelahnya dan dia merebahkan kepalanya di pundak Adrian,
“Kamu sudah tahu ya apa yang terjadi ?” tanya Adrian.
“Iya, dokter Kelvin yang kasih tau aku,” jawab Elsa.
“Oh gitu, pantes kamu nangis begitu melihat foto ini, kok kamu buka smartphone aku sih ?” tanya Adrian.
“Tadi kesenggol nyala hehe, sori ya,” jawab Elsa.
“Haah ya udah ga apa apa,” balas Adrian.
“Waktu itu Lia cerita soal kakaknya yang di rawat di sana, aku waktu itu dengerin aja, tapi sempet dia tiba tiba ngajak aku ketemuan kakak nya, aku malu,” ujar Elsa.
“Malu karena ga punya kaki ?” tanya Adrian.
“Hehe iya, waktu itu dia sempet maksa narik tangan ku sampai jatuh ke dedaunan,” jawab Elsa.
“Pantes pas dateng ke kamar banyak daunnya tuh anak,” balas Adrian.
Keduanya terdiam walau tersenyum, mereka mengenang sosok Lia yang ceria dan terlihat tanpa beban. Elsa menoleh melihat Adrian yang tersenyum di sebelahnya dan melihat ke meja,
“Sori ya, kamu jadi inget lagi gara gara aku,” balas Elsa.
“Aku ga akan pernah lupa, apalagi sampai melupakan keluarga ku, jadi kamu tidak perlu minta maaf, tidak apa apa,” ujar Adrian.
“Iya sih, aku juga sama,” balas Elsa.
“Yang di foto di dalam case smartphone itu keluarga mu ya,” ujar Adrian sambil menunjuk smartphone Elsa di meja.
“Oh ini (mengambil smartphonenya dan membuka penutupnya kemudian memperlihatkan foto di balik penutupnya) ini waktu aku kecil, papa dan mama masih bersama, kita foto di rumah kakek nenek dan bareng mereka juga,” ujar Elsa.
“Oh gitu, di bandung ?” tanya Adrian.
“Iya, di bandung,” jawab Elsa.
“Suatu hari nanti, kalau kamu kembali ke bandung, jangan lupa ama aku ya hehe, bercanda,” ujar Adrian.
“Ng....aku ga akan kembali ke bandung, aku sudah tidak ada keluarga di bandung,” ujar Elsa.
Adrian kaget mendengarnya, dia langsung menoleh melihat wajah Elsa yang termenung dengan mata berkaca kaca dan tersenyum.
“Maksudnya ?” tanya Adrian.
“Papa, mama, kakek dan nenek ku sudah tidak ada, aku sama kayak kamu, sendirian,” jawab Elsa sambil menatap wajah Adrian dan tersenyum.
Adrian membalik tangannya dan menggenggam erat tangan Elsa di atas nya, dia terdiam dan tidak bisa berkata apa apa, di lain sisi dia merasa lega namun dia juga merasa bersalah karena senang mendengar Elsa juga sama seperti dirinya.
“Maaf,” ujar Adrian.
“Maaf kenapa ?” tanya Elsa bingung.
“Enggak apa apa, aku merasa beberapa hari ini sejak pertama masuk ke sekolah, aku aneh,” jawab Adrian.
“Kenapa ?” tanya Elsa.
“Ga usah deh, ga apa apa,” balas Adrian sambil menyeruput minumannya.
“Kalau mau di bilang aneh, jujur aja, aku juga merasa aneh,” balas Elsa.
“Anehnya ?” tanya Adrian.
“Seperti sekarang, aku berpegangan tangan sama kamu, aku merebahkan kepala ku ke pundak kamu, sebelumnya aku tidak pernah seperti ini, aku selalu sendirian karena kondisi ku dan juga karena memang aku memilih untuk menjauh dari siapapun kecuali keluarga ku, oh kecuali Lia haha, jadi jujur aja, bagi ku ini baru pertama kalinya aku merasa seperti ini,” ujar Elsa.
“Gitu ya, aku juga sebenarnya sama, dari kecil aku di rumah, aku tidak pernah berinteraksi dengan orang lain dan aku tidak mengerti hubungan antar manusia seperti teman, sahabat, pacar dan lain nya, aku sendirian, paling yang ngajak aku bicara hanya Lia yang suka cerita macam macam, banyak yang aku tidak mengerti, seperti tadi pagi,” balas Adrian.
“Tadi pagi ? oh yang kamu hampir memukul orang itu ya, jangan kayak gitu lagi ya, aku takut, memang sebenarnya kamu baca apa di kotak kecil orang itu,” ujar Elsa.
“Dia....mau macam macam sama kamu, pikirannya kotor ketika melihat kamu, aku sendiri tidak tahu kenapa tapi aku marah ketika membacanya dan tanpa sadar aku bertindak,” balas Adrian menunduk.
“Oh,” wajah Elsa memerah, dia mengerti apa yang di rasakan oleh Adrian, dia memalingkan wajahnya namun dia tersenyum dan dia tidak mau Adrian melihat wajahnya. Namun tangannya menggenggam erat tangan Adrian di sebelahnya.
“Sori ya, aku janji tidak akan terulang lagi, baru kali ini aku merasa dekat dengan seseorang dan entah kenapa aku tidak mau kehilangan orang itu, walau aku tidak tahu apa hubungan ku dengan orang itu karena membingungkan,” ujar Adrian.
“Um...siapa ?” tanya Elsa.
“Ya kamu, sekarang yang bersama ku siapa kalau bukan kamu,” jawab Adrian.
“Begitu ya dan kamu bingung hubungan ku dengan kamu apa, gitu kan,” ujar Elsa.
“Teman ya ? atau bukan ?” tanya Adrian.
“Hmm....waktu aku di tanya sama Erik, aku serius apa ga, aku waktu itu jawab apa, kamu pasti inget dong,” jawab Elsa tersenyum.
“Calon suami ? tapi kan waktu itu karena kamu mau menghindari dia kan, kamu kan minta maaf ama aku karena melibatkan ku gitu kan,” ujar Adrian.
“Aduh kamu ini (kedua tangannya naik dan mengepit pipi Adrian) Erik nanya, aku serius ga ama dia, trus aku jawab calon suami, itu artinya apa ?” tanya Elsa.
“Loh kamu waktu itu serius ? kita kan baru bertemu ?” tanya Adrian.
“Dri, waktu itu kamu sendiri ngomong kan, kamu merasa sudah kenal aku lama sampai kamu nanya kita pernah ketemu apa ga, nah bukan cuman kamu yang merasakan itu, aku juga, entah ini semua karena pengaruh jantung kita atau bukan, aku ga tau, tapi yang jelas perasaan ini ada, jadi aku tidak mau membohongi diriku sendiri, paham,” jawab Elsa.
“Um....yang kamu bilang emang bener, entah kenapa aku juga merasa begitu bahkan aku bisa marah seperti tadi pagi padahal hanya baca tulisan dan orang itu belum ngapa ngapain, aku ga bisa ngerti maksud perbuatan ku,” ujar Adrian.
“Tapi aku seneng, kamu mau berbuat sejauh itu demi aku, satu lagi nih, kamu barusan ngomong, kalau aku pulang ke bandung jangan lupa sama kamu, berarti kamu takut di tinggal, bener ga ?” tanya Elsa.
“Oh...ketahuan ya, maaf,” ujar Adrian.
“Hehe...aku seneng tau, aku seneng kamu seperti itu, jadi aku adalah calon istri mu dan kamu calon suami ku, sekarang kita sudah pacaran hehe,” ujar Elsa.
“Gitu ya, aku masih bingung,” balas Adrian.
“Bingung kenapa ? jantung kita berdua udah suami istri, semua orang di sekolah bilang kita suami istri, bahkan guru aja curiga kita tinggal bareng, kita sebenarnya udah lebih dari pacar, makanya kita calon suami istri karena umur segini belum boleh nikah kecuali bablas,” ujar Elsa.
“Tapi kita baru bersama beberapa hari kan ?” tanya Adrian.
“Udah cukup, beberapa hari ini aku sudah melihat banyak, kamu juga sudah melihat banyak, kita udah saling ngobrol dan curhat, di tambah hari ini aku tahu kamu kakaknya Lia, dia dulu bilang sama aku kalau aku kesepian cari aja kakak nya, nah sekarang kakak nya udah ketemu, kurang apa ?” tanya Elsa.
“Waktu aku baca di internet katanya perlu ada pendekatan agar tahu latar belakang masing...”
“Kelamaan,”
Elsa menarik kepala Adrian dan langsung mencium bibir nya, wajah Adrian langsung memerah namun dia memeluk Elsa dengan erat. “Phuaah,” Adrian melepaskan ciumannya dan menyeka mulutnya, dia langsung memalingkan wajahnya,
“Sudah cukup buktinya, aku mengerti, berarti semua yang ku lakukan selama ini karena aku mencintai mu,” ujar Adrian.
“Nah tuh tau, susah amat sih hehehe,” ujar Elsa dengan wajah merah.
******
Malam harinya, setelah di usir dari cafe oleh pemiliknya karena di anggap mengganggu dan pulang ke unit masing masing, Adrian berbaring di sofa ruang tengahnya sambil menonton televisi, dia menatap kosong ke langit langit sambil menyentuh bibirnya sendiri menggunakan jari, kemudian karena malu dia langsung menutup wajahnya menggunakan bantal,
“Aaaah kenapa dia begitu tadi, kan bisa bicara aja, lagian barusan itu ciuman pertama ku...rasanya...rasa kopi hehe, aaaaah aku mikir apa sih,” ujar Adrian dalam hati.
Sementara itu, di sebelah, Elsa terbaring terlungkup di ranjangnya menggunakan kaki nya, dia menggoyangkan kakinya ke atas ke bawah sambil membenamkan wajahnya di bantal,
“Aaaaaaah....aku mencium dia, kenapa aku berani banget main nyosor aja, apa ini pengaruh tante juga ya....aaaah itu ciuman pertama ku, aku baru sekali ini berbuat senekat itu....gimana besok kalau ketemu dia, wajah ku harus bagaimana, aku bingung...ok, untuk sementara jangan ketemu dia dulu, iya bener menjauh sedikit dulu.....aaaaaaaah,” ujar Elsa dalam hati sambil menggerakkan kakinya secara intens.
“Klik,” tanpa sengaja kaki Elsa menendang tanda silang di dinding, “greeeek,” Elsa langsung duduk namun posisi dinding sedang memutar,
“Loh loh jangan muter dong...oi jangan dong,” teriak Elsa dalam hati sambil memegang dinding.
“Jegleg,” “hmm,” mendengar suara di belakang sofa Adrian bangun dan duduk, kemudian dia menoleh melihat ke arah dinding yang sudah berubah menjadi ranjang dengan Elsa di atasnya sedang memeluk dinding dan menoleh ke belakang melihat dirinya. Adrian melirik ke bawah sedikit dan terkejut karena Elsa memiliki kaki,
“E..Elsa ?” tanya Adrian.
“Ha..hai....apa kabar hahahahaha,” jawab Elsa grogi.