Dikejar Duda Kaya

Selama perjalanan menuju puncak Josua terus saja menatap ke arah Juliette dan juga John dengan tatapan sengit, pria itu masih merasa kesal karena merasa dipermainkan oleh keduanya.

Bisa-bisanya dia tidak mengetahui keberadaan Jeni, sedangkan keduanya mengetahui keberadaan Jeni dan pastinya sering berkomunikasi.

Terlebih lagi John yang bertanggung jawab untuk mengurusi persiapan pernikahannya, setiap hari libur pria itu akan pergi ke puncak untuk memastikan persiapan pernikahannya dengan Jeni agar terlihat sempurna.

Begitupun dengan Juliette, gadis itu selalu ikut bersama dengan John. Juliette selalu beralasan ingin membantu John, tetapi nyatanya Juliette selalu pergi untuk menemui Jeni.

Juliette bukannya kejam, hanya saja dia sangat takut kalau ayahnya itu merasa tidak sabar dan malah memerawani Jeni sebelum mereka menikah. Karena Juliette sangat sadar, jika ayahnya itu menduda dalam waktu yang tidak sebentar.

"Sial! Awas saja kalian," ujar Josua yang hanya mampu dia katakan di dalam hati saja.

Saat tiba di Villa, pria itu dengan tidak sabarnya masuk ke dalam Villa. Bahkan, dengan cepat dia berlari menuju dapur karena Jeni pasti ada di sana. Namun, Josua salah. Tidak ada Jeni di sana.

Saat Josua masuk ke dalam ruang makan juga tidak ada Jeni, hanya banyak makanan yang tertata rapi di atas meja makan. Dengan cepat dia menghampiri pelayan dan bertanya tentang keberadaan calon istrinya tersebut.

"Di mana Jeni?" tanya Josua.

"Nona Jeni ada di dalam kamar tamu, sebentar lagi akan keluar. Dia sedang ganti baju," jawab Bibi.

Selepas memasak Jeni merasa jika badannya bau dengan masakan, maka dari itu dengan cepat dia berniat untuk mandi dan mengganti baju. Karena Jeni tidak ingin jika bertemu dengan Josua, pria itu malah merasa kebauan.

"Oh, di dalam kamar ya?" ujar Josua yang dengan cepat melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar Jeni.

Namun, langkahnya terhenti karena Juliette langsung menghalangi langkah ayahnya itu. Juliette langsung menggelengkan kepalanya, lalu dia mendorong tubuh ayahnya untuk masuk ke dalam ruang makan.

"Ck! Daddy ingin bertemu sebentar dengan Jeni," protes Josua.

Kesal sekali rasanya, karena Juliette bersikap seperti itu. Putrinya itu seolah-olah ingin menjauhkan dirinya dari Jeni.

"Sabar, Dad. Sebentar lagi mom keluar dari dalam kamar, jadi Dad harus tunggu. Jangan macem-macem, nikahnya juga tinggal sebentar lagi," ujar Jeni.

"Ck!"

Hanya suara decakan yang keluar dari bibir Josua, karena dia tidak mungkin melawan putrinya yang selalu mengatur dirinya itu. Namun, di dalam hatinya dia berjanji, pasti dia akan memberikan pelajaran kepada Juliette dan juga John karena sudah membuat dirinya terpisah dalam waktu yang lama dengan Jeni.

"Selamat malam, Sayang."

Jeni datang ke ruang makan dan langsung menyapa Juliette bersama dengan Josua, mendengar suara Jeni, baik Josua ataupun Juliette langsung bangun dan memeluk wanita itu.

"Dad, aku dulu yang peluk.'' Juliette mendorong tubuh Josua.

Josua yang memiliki tubuh tinggi itu tidak bergeser sama sekali, karena kekuatan Juliette memanglah tidak seberapa.

"Ck! Daddy dulu, Dad kangen." Josua mendorong tubuh Juliette sampai gadis itu tergeser dan terlepas dari pelukan calon ibu sambungnya.

Jeni hanya menertawakan tingkah dari Josua tanpa menegurnya, karena sudah pasti Jeni juga sangat merindukan pria itu. Bahkan, Jeni juga membalas pelukan dari pria itu dan menelusupkan wajahnya pada dada bidang Josua.

"Astaga! Kalian ini seperti bocah saja tau, nggak!" ujar Juliette seraya tertawa.

Josua tidak memedulikan apa yang dikatakan oleh Juliette, dia malah mengeratkan pelukannya. Bahkan, tidak lama kemudian Josua nampak mengurai pelukannya. Dia menunduk untuk mengecup kening Jeni.

"Daddy!" teriak Juliette ketika pria itu hendak mencium bibir Jeni.

Juliette bahkan dengan cepat mendorong wajah Josua, Jeni kembali tertawa dibuatnya. Sedangkan Josua hanya nyengir kuda, karena dia lupa jika di sana ada Juliette.

"Sorry! Daddy, rindu sama Jeni."

Ah! Jika saja boleh, rasanya Josua ingin sekali membopong tubuh Jeni dan menidurkannya di atas tempat tidur. Karena Jeni kini semakin cantik, tubuhnya terlihat terbentuk dengan bagus.

Tidak seperti satu bulan yang lalu, nampak kurus sekali. Karena pada kenyataannya selama satu bulan ini Jeni memang mendapatkan perhatian lebih dari Juliette lewat pelayan yang dia tugaskan untuk melayani Jeni dengan sebaik-baiknya, Jeni bahkan mendapatkan perawatan khusus full body.

"Hem! Tinggal satu hari lagi, sabar. Sekarang kita makan, aku lapar. Pengen makan masakan Mommy," ujar Juliette yang dengan cepat menarik tangan Josua agar menjauh dari Jeni.

"Oke!" jawab Josua dengan lesu.