NovelToon NovelToon
Kalbara

Kalbara

Status: tamat
Genre:Action / Romantis / Tamat / Cintapertama / Teen School/College / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:14.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kalista Aldara,gadis cuek yang senang bela diri sejak kecil.Tapi sejak ia ditolak oleh cinta pertamanya,ia berubah menjadi gadis dingin.Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan laki-laki berandalan bernama Albara. "Gue akan lepasin Lo, asalkan Lo mau jadi pacar pura-pura gue."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tiga puluh empat

Seperti biasa, di hari Minggu Albara diisi dengan mengunjungi bengkel Bang Jali. Agendanya adalah servis motor atau paling tidak belajar mengotak-atik mesin sambil menebeng peralatan di sana. Albara bukan tipe yang menghabiskan waktu dengan hal yang tidak berguna,jika tawuran itu urusan lain. Ia merupakan pecinta motor yang senang melihat motornya dalam keadaan baik-baik saja. Tak heran motornya menjadi yang paling kinclong tongkrongan ini.

"Tumben banget sepi, pada ikut sumori kah?", tanya albara ketika mendapati bengkel yang biasanya ramai itu hanya ada bang Jali dan bang Jaki saja.

"Eh Bang, itu kenapa wajah lo banyak gitu?" Albara heran begitu melihat jelas wajah Bang Jaki. Preman dengan wajah sangar tapi cukup friendly itu terlihat kehilangan gairah hidup. Dia bahkan diam dengan tatapan kosong.

"Lu juga Bang, kenapa ikutan murung?" Jari yang terkenal banyak bicara pun hari ini hanya duduk diam seperti orang sariawan.

"Kalista..." Ucapnya dengan ada lemah.

"Apa? Lu mau bilang mitos lagi? Mumpung ada Bang Jaki Ayo kalian berdebat lah, gue kasih seratus ribu." Ujar albara dengan penuh semangat.

Berbanding terbalik dengan jali yang membaringkan tubuhnya pada bangku panjang yang ia duduki. Dia meringkuk seperti orang yang terkena meriang.

"Kalista nyata." Ucapnya. Kalau menadahkan tangan dengan lemah.

"Maksudnya?"

"Duitnya mana?"

Albara menghalalkan selalu membuka dompet dan menaruh uang lima puluh ribu pada tangan itu.

"Kalista balik ke jalanan lagi." Ucap Jaki yang membuat Albara berbalik dan menoleh padanya.

"Maksudnya gimana?"

Jaki menadahkan telapak tangan.

"Albara berdecak kesal."mata duitan banget sih kalian berdua!", ucapnya selain memberikan uang pada laki-laki itu. Kalau bukan karena tentang Kalista, Albara tidak rela diperas seperti ini.

"Ayok, sekarang ceritain dengan lengkap."

Jaki menarik napas dalam. sedikit memijat-mijat rahangnya sebelum kembali bersuara.

"Ada yang ganggu teman Kalista, sampai dibikin nangis dan akhirnya dia murka."

"Maksudnya yang bikin lu punya ke itu, Kalista?", sergah Albara dengan kelopak mata melebar.

Jaki mengangguk.

Albara pun menganggap tidak percaya. Jaki yang pernah berpikir kulitnya setebal kulit gajah bisa sampai babak belur seperti ini? Hanya karena seorang Kalista?

" Semua kena babat habis gara-gara dua orang tolol itu."

"Maksudnya semua geng bang Jaki?"

"Semua preman di sini bahkan."

"Keren. Solidaritasnya Kalista gak kaleng-kaleng."

Jaki menatap Albara dengan datar.

"Berarti kalau mau jadi temen Kalista,hidup Lo aman ya. Dia sampai rela turun ke jalanan lagi demi temannya itu.Jadi pengen gue."

"Temen Kalista cuma satu." Jelas Jaki setelah memijat-mijat rahangnya lagi.

"Dia anti sosial kah?"

"Temen Kalista di sini bukan yang kayak Lo pikirin,Bar. Temen Kalista di sini bukan orang yang gaul sama dia. Temen Kalista di sini itu udah kayak mantra,pantang banget Lo deketin kalau udah dengerin itu."

Albara mengernyit tidak mengerti.

"Gini maksudnya. Kalista punya satu temen dan dia bilang ke semua preman jangan sampai ganggu temannya yang satu ini. Semua preman udah bersumpah. Jadi meskipun Lo temenan sama Kalista. Lo gak bisa jadi temen Kalista yang dapet perlindungan itu, karena memang itu khusus untuk satu orang itu aja."

Albara terdiam beberapa saat, mencoba mencerna kalimat Jaki dengan baik." Bentar dulu,ini penjelasan Lo belum bener-bener masuk di otak gue. Jadi ada preman nih nyamperin orang yang bilang temen Kalista,terus preman itu harus pergi jauh gitu?", tanya Albara dan diangguki oleh Jaki.

"Kalau gitu gak mutlak satu orang dong,bisa jadi kan ada yang ngaku-ngaku.Masa iya semua orang tau muka di temen Kalista ini."

Jaki menyentil kening Albara." Lo pikir kejadian hari ini karena apa? Karena dua preman ngira cewek itu cuma ngaku-ngaku. Makanya mereka tetep maksa buat malak." Jaki menghela napas,ia kesal pada rekan-rekannya yang sudah berbuat bodoh itu.

"Gak akan ada yang ngaku-ngaku karena cuma kita para preman,Kalista dan temennya itu yang tau soal ini." Sambung Jaki membuat Albara terlihat tertarik.

"Gue perjelas,cuma temen Kalista yang asli yang akan bilang kalimat temen Kalista?"

Jaki mengangguk lagi. Untuk beberapa saat Albara terbengong. Berarti cewek yang pernah ia temui di halte waktu itu adalah teman Kalista.

"Semua di babat habis sama dia cuma karena perkara temen Kalista ini.Lu tau preman yang badannya gede pun gak ada artinya,anjir!" Jelas Jaki yang membuat Albara buru-buru berbalik menghadapnya.

"Lo beneran liat Kalista,bang?"

"Lu pikir gue sawan karena siapa?".

Albara tiba-tiba tergelak membuat Jali menatap laki-laki itu dengan tatapan datar.

"Maaf,maaf terus gimana kelanjutannya?"

"Jadi adonan perkedel,gak liat tuh gimana rupa bang Jaki sekarang?"

"Bukan itu, maksud gue orang yang bikin gara-gara sama temennya Kalista itu gimana?"

"Dipotong?".

"Hah?!" Albara terbelalak dengan raut terkejut.

"Yang satu di potong rambut sampai botak,yang satu di potong kukunya."

Albara kembali tergelak.

Jali menatap Albara dengan tatapan datar.

"Anjir.Maaf bang. Habisnya gue udah mikirin dipotong tangan atau kaki gitu, ini malah rambut sama kuku. Kocak banget." Albara tertawa sampai menepuk-nepuk pahanya sendiri.

"Lu kalau lihat proses eksekusinya, Gue jamin lo nggak enak makan selama berhari-hari."

Albara mengangkat sebuah alisnya. Wajahnya yang masih dihiasi tawa terlihat meremehkan.

"Lo tau samurainya bang Ardan yang tajem dan selalu dia pajang itu?"

"Kalista gunain itu?"

Jali mengangguk. "Kalista ayunin itu samurai dari luar ke arah leher. Yang harus lo tahu, sedikit aja Kalista telat nahan gerakannya, bukan cuma rambut yang kepotong tapi sama leher-lehernya juga."

Albara mengerjakan menatap Jali dengan raut yang serius.

" Lo pernah liat tukang ayam bersihin kuku ayam potong? Tangan Tobi udah kayak cewek ayam disimpan diatas meja dan Kalista gunain samurai itu buat potong kukunya, tapi anehnya kulit Tobi gak ada yang ke gores."

Albara sekarang benar-benar dibuat melongo. Itu bukan skill tingkat dewa lagi,melainkan sudah sangat suhu.

"Kalista bisa menahan sampai hal sedetail itu. Lo pikir itu kocak? Sementara bagi dia ngilangin nyawa orang udah kaya balikin telapak tangan."

Albara termenung kembali, tenggelam dalam pikirannya. Jemarinya saling bertaut, sebelumnya saja Albara sudah menganggap Kalista itu hebat. Ternyata gadis itu lebih hebat dari apa yang dirinya pikirkan.

"Bang, Lo bisa tunjukin gak Kalista itu yang mana?"

"Bosen hidup Lo?"

___

Kalista sudah kembali menunjukkan dirinya. Kesempatan al-baro untuk menemukannya semakin terbuka lebar. Ia benar-benar tidak bisa menahan semangat dalam dirinya.

"Kak." Albara mengejar pintu kakaknya dengan sedikit terburu-buru.

"Apa si?" Larissa menyembulkan wajah dari balik pintu kamarnya. Wajah kakaknya itu terlihat kesel karena acara bersantainya terganggu.

" Kalista beneran sekolah di sekolah Lo." Jelasnya karena kemarin-kemarin kakaknya itu sudah mengacungkan bendera putih soal Kalista.

Larisa mendengkus. "Gue kan udah bilang. Bahkan lo udah cek sendiri gak ada lagi yang namanya Kalista di sekolah gue,gue musti cari kemana lagi? "

Albara menggeleng." Iya si tapi,gue yakin dia sekolah di sana."

"Gak ada,Albara."

"Ada."

"Gak ada! " Larisa menghentak-hentakkan kaki geram.

"Oke, tapi di sekolah lo pasti ada dong temen nya Kalista."

Larisa merotasi matanya." Kalau Kalistanya aja gak ketemu,gimana mungkin gue bisa nemuin temennya?"

"Gak,ini gak seribet itu. Lo ingat kemarin gue telat jemput lo kan? Nah waktu itu gue lewat sekolah lo, gue ketemu sama temennya Kalista di halte."

Kerutan di kening kakaknya terlihat semakin dalam.

"Intinya temen Kalista ini pasti anak osis kayak lo. Gue harus nemuin dia biar bisa tanyain soal Kalista secara langsung."

"Lama-lama gua kayak kriminal deh bocorin data-data orang mulu." Ucap Larisa yang mulai mengerti ke mana arah perbincangan adiknya ini.

"Gue kan nggak gunain buat hal-hal yang buruk, ayok tunjukin."

Larisa menahan tubuh adiknya yang hendak masuk ke dalam kamarnya, Ia pun mengernyit.

"Ada dia?"

Larisa mengangguk meski bibirnya masih mengerucut kesal."Tunggu di sini." Ucapnya lalu masuk ke dalam kamar, tak lama dia kembali seraya membawa laptopnya.

Larisa dan Albara pun pindah ke ruang tengah. Dengan kesal Larisa langsung membuka file-file yang dirinya punya.

"Nih,yang mana?", tanya kakaknya dengan ketus.

Albar pun mulai melihat-lihat foto di sana dengan raut yang serius, menggeser satu persatu dengan hati-hati agar tidak ada yang  terlewatkan. Namun, hingga tombol gesernya tidak lagi bisa ditekan, wajah yang Albara cari tidak ada di sana.

"Lah habis?"

"Emang lu pikir anggota OSIS itu ada berapa ratus?"

"Tapi orang yang gue maksud belum ketemu."

"Ini udah semua, bahkan anggota yang udah keluar pun ada."

Albara menyimpan jari di dagu. Kalistanya saja misterius. Masa temannya juga ikut misterius seperti ini.

"Bisa minta tolong lagi nggak?"

"Apa?",tanya Larisa dengan nada malas.

"Lo bisa kumpulin info tentang ekskul yang ngadain kumpulan kemarin gak? Mungkin dia bukan anak OSIS."

Mulut Larisa menganga.Matanya menatap tidak percaya." Ini lo udah termasuk obsesi sih. Obsesi itu gak baik loh,Bar."

"Tolong cariin lah,kak. Fotonya aja nggak papa kok."

Larisa menghela napas panjang." Udah ah gue gak mau,gue capek."

"Kak.."

"Bar Lo aneh. Padahal katanya Aldara di serang orang. tapi lo malah ngurusin orang lain?" Larisa mendelik tidak suka.

"Bukan gitu, nanti gue juga bakal ke rumah Aldara kok."

" Omong doang, harusnya lo tuh kaya Davin. Nih ya kalau kak Caca terluka kayak gitu. Davin pasti temenin dia seharian, hibur Caca sampai dia nggak ngerasain sakitnya." Jelas Larisa dengan panjang lebar, soal pasangan favoritnya itu, dia memang paling tahu.

"Iya-iya, tapi gue kan bukan Davin."

Larisa berdecak." Lu bukan cowok idaman banget!" Seru Larisa dengan kedua tangan yang mengepal kuat.

"Beneran kesel ya?" Guman Albara, ia menyentuh tangan kakaknya.

"Sensian banget hari ini." Ujar Albara lagi.

" Lo nyebelin banget sumpah!"

"Kita keluar yuk?"

"Gak!"

"Mau burger gak?"

"Dua tapi ya."

Albara tertawa mendengar jawaban yang salah tanpa berpikir itu." Yaudah ayok."

"Tambah es krim ya."

"Ayok,apa aja gue beliin."

Larisa pun berdiri dan Al Bara langsung memeluknya. Albara mengusap pucuk kepala kakaknya dengan lembut kemudian memberikan kecupan.

"Jangan marah-marah mulu dong. Inget kata dokter, emosi yang berlebihan itu nggak baik."

Larisa terdengar menghela napas.

"Lo harus perlakuan Aldara dengan baik."

"Iya."

" Lo harus jadi Davin-nya Aldara. Meskipun bohongan, tapi status Lo sekarang adalah pacarnya dia."

Albara hanya bergumam.

"Jawab yang bener lah!" Larisa memukul dada adiknya.

Albara menghela napas." Iya,gue minta tolong pilihin makanan buat dibawa jenguk ke rumah Aldara ya?"

Larisa pun mengangguk.

1
Alex
lanjut Thor seru bgtsss ceritanya
Muanisah Jariyah
ceritanya seru,sayang typonya kebanyakan
choco eskrim
Ceritanya cukup menari, tapi ada beberapa kata yang typo.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!