NovelToon NovelToon
Sebatas Ibu Pengganti

Sebatas Ibu Pengganti

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:10M
Nilai: 4.8
Nama Author: embunpagi

Binar di wajah cantik Adhisty pudar ketika ia mendapati bahwa suaminya yang baru beberapa jam yang lalu sah menjadi suaminya ternyata memiliki istri lain selain dirinya.

Yang lebih menyakitkan lagi, pernikahan tersebut di lakukan hanya karena untuk menjadikannya sebagai ibu pengganti yang akan mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn, suaminya, dan juga madunya Salwa, karena Salwa tidak bisa mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn.

Dalam kurun waktu satu tahun, Adhisty harus bisa mmeberikan keturunan untuk Zayn. Dan saat itu ia harus merelakan anaknya dan pergi dari hidup Zayn sesuai dengan surat perjanjian yang sudah di tanda tangani oleh ayah Adhisty tanpa sepengetahuan Adhisty.

Adhisty merasa terjebak, ia bahkan rela memutuskan kekasihnya hanya demi menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan pria pilihan mereka. Karena menurutnya pria pilihan orang tuanya pasti yang terbaik.

Tapi, nyatanya? Ia hanya di jadikan alat sebagai ibu pengganti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Untuk beberapa saat lamanya, Adhisty hanya menatap nanar ke sudut kamarnya demi menikmati rasa kecewanya. Kini, ia berpikir jika kebersamaannya dengan Zayn kemarin itu sama sekali tak ada artinya bagi pria itu.

Harusnya Adhisty tak terlena dengan perubahan sikap Zayn terhadapnya karena bagaimanapun, Adhisty hanyalah sebuah alat untuk mewujudkan keinginan Zayn dan Salwa untuk memiliki anak. Sikap pria itu semata hanya karena anak dalam perutnya, tidak lebih. Zayn, hanya tak ingin anaknya kenapa-kenapa, makanya dia bersikap lebih lunak terhadap Adhisty. Setidaknya, itulah yang Adhisty simpulkan sekarang ini.

Adhisty benar-benar merasa bodoh, sudah berkali-kali ia berusaha untuk membentengi diri untuk tidak mendalami perannya sebagai istri Zayn, apalagi berharap jika dirinya akan menjadi ratu di hati Zayn. Bukankah sejak awal ia tahu alasan Zayn mau menikahinya karena menuruti kemauan istri pertamanya itu. Itu artinya, Zayn benar-benar mencintai Salwa dan dirinya?

"Harusnya aku sadar, aku bukan siapa-siapa buat dia, harusnya aku tak pernah melibatkan hati dalam hal ini. Harusnya aku tak berharap apapun darinya. Kenapa bisa berpikir kalau dia benar-benar peduli akan menepati janjinya, memang siapa aku?" lirih Adhisty. Ia memejamkan matanya, air mata kembali membasahi pipinya.

Sejenak ia membiarkan saja air matanya mengalir. Setidaknya itu bisa sedikit membuatnya merasa lebih baik.

Adhisty mengusap perutnya, sebentar lagi, hanya tinggal beberapa bulan lagi maka ia akan terbebas dari belenggu menyesakkan ini. Ia sudah melangkah sejauh ini dan hanya perlu bertahan sebentar lagi. Demi ayahnya. Ya, demi sang ayah.

Adhisty mengusap wajahnya yang basah lalu mengembuskan napasnya dalam-dalam. Ia sudah terlambat untuk bertemu dengan dokter, tak ada Waktu lagi untuk sekedar meratapi rasa sakit di dadanya.

Adhisty mengambil tasnya lalu pergi.

"Tidak jadi menunggu tuan muda, non?" tanya Bi Asih saat melihat Adhisty keluar rumah.

Adhisty tak langsung menjawab pertanyaan bi Asih. Ingatannya kembali ke suara Salwa yang seperti sengaja ingin memberi tahu kalau mereka sedang bercinta, "Tidak, bi. Dia sedang sibuk," ucapnya kemudian dengan memaksakan senyum. Ya, sedang sibuk memberi nafkah batin pada istri pertamanya.

"Biar diantar sopir saja, non?" ujar Bibi. Ia bisa melihat jika gadis di depannya itu habis menangis karena matanya masih terlihat merah.

Adhisty tersenyum lalu menggeleng, "Naik angkot saja," ucapnya. Ia memang lebih suka pergi naik angkot atau taksi daripada harus di antar sopir. Rasanya tak bebas Ada yang mengikuti. Biarlah sopir yang di sediakan Zayn lebih seringnya memakan gaji buta. Ia lebih suka tetap hidup sederhana sepereti sebelumnya.

"Hati-hati," pesan bi Asih. Adhisty mengangguk.

Adhisty terus berjalan hingga ke luar gerbang menunggu taksi onlone yang sudah ia pesan beberapa saat lalu.

.........

Zayn sudah tak bisa lagi konsentrasi melakukan tugasnya membawa Salwa ke puncak kenikmatan. Ia benar-benar ingin segera mengakhiri permainan di atas ranjang ini. Pikirannya justru berada di tempat lain.

"Bang!" tegur Salwa yang merasa kesal karena Zayn tiba-tiba berubah setelah menerima telepon dari Adhisty tadi.

Zayn terpaksa meneruskan permainannya karena tak ingin ribut. Hanya saja, demi mencapai puncak dengan cepat, ia membayangkan jika Salwa adalah Adhisty. Dan benar saja, itu sangat membantu.

Zayn segera menyingkir dari atas Salwa dan menutupi tubuh polos wanita itu dengan selimut, "Istirahatlah, abang harus ke kantor ada urusan penting," ucap Zayn dan langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Salwa menatap punggung pria itu yang akhirnya menghilang di balik pintu kamar mandi dengan kesal.

Tak lama kemudian, Zayn keluar dan langsung mencari baju ganti. Salwa habya memperhatikan suaminya itu dari atas ranjang.

"Katanya nggak ke kantor?" tanya Salwa.

Zayn yang sedang mengancingkan kemejanya menoleh, "Abang baru ingat kalau ada pekerjaan penting, Wa," ucapnya.

Salwa sebenarnya tak percaya behitu saja dengan ucapan Zayn, tapi ia juga tak bisa terus memberondong suaminya itu dengan kecurigaannya.

Zayn duduk di tepi ranjang untuk memakai sepatunya.

"Kapan kita ada waktu buat belanja keperluan calon anak kita, bang?" tanya Salwa. Dan pertanyaannya itu sukse membuat Zayn menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Masih lama, wa untuk lahir. Masih ada beberapa bulan lagi. Yang terpenting kondisi bayi dan ibunya sehat dan baik-baik saja," ucapnya.

"Aku ibunya, bang. Jangan lupakan itu!" protes Salwa tak terima dengan ucapan Zayn.

Zayn hanya tersenyum tipos menanggapinya. Ia berdiri lalu mengusap kepala Salwa, "Abang berangkat dulu. Kamu Mandilah!" ucapnya. Tak lupa ia mencium puncak kepala Salwa sebelum benar-benar pergi.

......

Sebenarnya, Zayn bukannya ingin pergi ke kantor, melainkan ke rumah Adhisty. Ia melajukan mobiknya dengan cepat. Ia benar-benar merutuki kebodohannya yang melupakan janjinya karena permintaan Salwa. Padahal, tadi ia sudah sempat ingin menghubungi Adhisty untuk membritahu kepulangannya, namun permintaan Salwa membuatnya urung melakukannya.

Sampai di rumah Adhisty, hanya bi Asih yang menyambut kedatangannya.

"Shanum mana, bi?" tanya Zayn.

"Non Dhisty sudah berangkat ke rumah sakit , tuan muda. Sejak pagi-pagi sekali non Dhisty menunggu Anda," jawab bi Asih.

"Tidak pakai sopir?" tanya Zayn yang melihat mobil Adhisty masih terparkir di carport.

"Non Dhisty jarang pergi dengan sopir, tuan muda. Em... Apa tuan muda ingin minum? Biar bibi ambilkan,"

"Tidak perlu!" sergah Zayn. Ia langsung memutar badannya dan kembali masuk ke dalam mobil tanpa pamit pada bi Asih.

Zayn berusaha menghubungi Adhisty namun tidak aktif. Wanita itu memang sengaja mematikan ponselnya.

.....

Karena Adhisty tak datang tapat waktu, ia harus mengantre untuk periksa kehamilannya di obgyn. Tidak ada perlakuan spesial di rumah sakit tersebut karena itu bukan rumah sakit milik omnya Zayn. Adhisty memilih pindah rumah sakit yang letaknya lebih dekat dengan rumahnya untuk periksa. Karena terlalu jauh jika harus ke Medistra Utama.

Di saat menunggu giliran periksa, tiba-tiba Adhisty di kejutkan oleh kedatangan Arka.

"Mas Arka?" ucap Adhisty.

"Dhisty, kamu sendirian?" tanya Arka. Tak perlu ia bertanya apa yang wanita itu lakukan di sana, ia sudah bisa menebaknya.

Adhisty hanya mengangguk, "Mas Arka, kenapa di sini?" tanyanya.

Arka duduk di samping Adhisty, "Aku mengantar korban tabrak lari ke sini tadi, dan kebetulan aku melihatmu dari kejauhan, aku pikir hanya mirip, ternyata benar kamu," jelas Arka dan Adhisty mengangguk paham.

"Suami kamu nggak nemenin?" tanya Arka.

"Dia sibuk," jawab Adhisty singkat.

"Dhisty... Aku...." belum sempat Arka bicara, Adhisty sudah di panggil untuk masuk.

"Aku ke dalam duku, mas," pamit Dhisty. Ia berdiri.

"Sebaiknya suaminya ikut masuk ke dalam, supaya bisa tahu juga perkembangan janinnya," ucap perawat yang memanggil Adhisty.

Adhisty terdiam lalu menoleh pada Arka. Pasti suster itu salah paham, pikirnya.

"Dia bukan...."

"Baiklah, saya akan ikut masuk!" Arka memotong kalimat Adhisty.

"Mas...!" Adhisty protes dengan apa yang Arka ucapkan karena dia bukan suaminya. Namun, pria itu tak peduli. Ia merangkul pundak Adhisty, "Ayo masuk!" ucapnya lembut.

...----------------...

1
SariRenmaur SariRenmaur
semoga semua kebusukan Salwa terbongkar dan Adisty sudah pergi yang jauh
Anonymous
keren
Moms Raka
pngn ngerujak ni orang
Eva Marlina siboro
mewek thor😥😥😥😥
Moms Raka
bawang bawang
Alang Lisanna
Luar biasa
Ruby Vee
dah mulai ngelawan salwa dia, bagus zein
Ruby Vee
salwa terjebak dalam perangkapnya sendiri.
Ruby Vee
buat dia mengetahui kalo istri pertamanya kembali selingkuh
Ruby Vee
kok makin kesini zein makin gimana thor buat dia nyelidikin salwa yg pura pura
Ruby Vee
ach bumil rindu tah
Ruby Vee
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Anita Nita
kaya sinetron ikan terbang
Anita Nita
kenapa ya semua orang di novel ini bodoh...
Anita Nita
dok bantu disty sembunyikan satu anaknya
Anita Nita
terlalu berbelit2 ceritanya....bosan
Ruby Vee
yu hui bang zein mulai cemburu ini
Anita Nita
sdh sejauh ini zayn blm tau juga kalo salwa tukang selingkuh
Anita Nita
CEO goblok...bagai kerbau dicuccuk hidungnya klo udah ketemu salwa...padahal jelas2 salwa pernah selingkuhin dia najiis
echa purin: /Smile/
total 1 replies
Anita Nita
gak suka karakter zayn gak punya asisten yang bs menyelidiki kelakuan istrinya salwa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!