Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas.
Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerajinan tangan
Seorang guru seni tampak berucap di kelas XI-D. "Baiklah sekarang ibuk mau bagi kelompok untuk membuat kerajinan tangan yang ada manfaatnya"
"Mending beli aja buk"
"Ya buk, Kualitasnya juga terjamin"
"Gak usah banyak protes, ini untuk tambahan nilai keterampilan kalian" ujar guru itu sambil memelototi siswa siswi yang ingin protes lagi
Para murid hanya pasrah mengiyakan walau malas tapi ini demi nilai mereka.
Guru itu kembali berujar "kelas kalian ada 30 jadi bakal ada 6 kelompok beranggotakan 5 orang. Ibuk bakal kasih tawaran buat kalian. Kalian mau ibuk yang bagi kelompoknya atau kalian pilih sendiri"
"Pilih sendiri" pekik mereka serentak. Tentu saja akan sangat malas jika mendapatkan anggota kelompok yang tidak dekat apalagi dapat yang malas malasan
"Jadi kalian silahkan pilih anggota nya dan catat lalu kumpul di meja ibuk. Dan tugasnya ibuk mau lusa"
"Cepat amat buk" protes seorang siswa
"Biar barengan kumpulnya sama kelas lain" jawab guru itu dan tentunya tak dapat diganggu gugat lagi. Para murid hanya pasrah mengiyakan
Setelah guru itu keluar mereka lanjut berdiskusi. Lebih tepatnya membuat keributan karena terlalu heboh hanya karena memilih anggota kelompok
"Eh kita berempat aja" ujar Ara
"Siapa aja berempat?" tanya Lisya
"Gue, elo, Sasya, Kalvin terus tinggal satu orang lagi" ujar Ara
Sasya yang duduk menghadap ke meja mereka mengangguk setuju begitu juga Lisya
"Kalvin sini duduk deketan, kita diskusi" ujar Ara pada Kalvin yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya
Kalvin menoleh lalu menarik kursinya ke arah meja Ara atau lebih tepatnya disamping Lisya tapi tidak terlalu dekat.
"Jadi untuk anggota nya kita berempat tinggal satu orang lagi, kamu setuju kan?" ujar Ara
"Setuju aja, karena udah banyak cewek satunya lagi cowok aja" ujar Kalvin lalu menoleh pada teman sebangkunya "oi lo mau sekelompok sama kita?" tawar Kalvin
Teman sebangku Kalvin yang tak lain adalah ketua kelas mereka hanya mengangguk singkat. Jika dilihat memang ketua kelas mereka orang yang pendiam namun disiplin tapi tidak menegur para teman sekelasnya yang ribut. Mungkin sudah lelah dan pasrah.
Ketua kelas itu menarik bangkunya kesebelah Kalvin.
"Oke udah cukup lima orang, jadi kita mau buat apa guys?" tanya Ara antusias
Mereka berdiskusi tentang kerajinan yang akan dibuat dan Kalvin merekomendasikan membuat miniatur rumah dari stik es.
"Emang ada manfaatnya?" tanya Lisya bingung
"Ada, untuk hiasan" jawab Kalvin
...****************...
Lisya bersiap-siap untuk pergi ke rumah Kalvin. Ia dan anggota kelompoknya sudah sepakat membuatnya di rumah Kalvin tentunya nanti juga ada Seira, Revan, Aren, dan Alan. Atas suruhan Ara, Aren akan menjemputnya dan Lisya juga sudah mengirim alamatnya.
Aren
'Yayang, aa Aren udah sampai didepan nih'
Lisya melihat pesan masuk dari Aren. Jika ditanya Aren mendapatkan nomornya darimana mungkin jawabannya ada di Ara. Setelah merapikan penampilannya, ia langsung bergegas keluar.
Lisya menghampiri pemuda yang sedang berdiri disamping mobil berwarna hitam "Maaf lama" ujar Lisya tidak enak
"Gak lama kok, sendirian aja di rumah?" ujar Aren mungkin berbasa basi
"Iya, bonyok pada kerja" jawab Lisya singkat
Aren hanya mengangguk dengan tersenyum manis lalu membuka pintu mobil untuk Lisya. Lalu ia masuk dan mengemudi dengan kecepatan standar.
"Rumah Kalvin jauh gak?" tanya Lisya
Aren menoleh lalu menjawab "lumayan jauh juga, yayang. Kalau bosan atau pengen sesuatu bilang aja sama aa" lalu ia menatap ke jalanan lagi
Lisya sudah terbiasa dengan Aren yang selalu memanggilnya dengan embel-embel yayang dan dirinya sendiri aa. Sedikit alay tapi itu mungkin ciri khas buaya tampan satu ini. Aren memang tampan, badannya juga termasuk langganan gym. Idaman sih tapi sayang playboy.
"Kalau lo sama gue, emangnya gak ada yang marah?" ujar Aren melirik Lisya
Lisya tersenyum miring "Emang lo bisa marah kalau gue sama lo?" Lisya berbalik bertanya dengan godaan yang tak kalah dari Aren
Aren tau maksudnya jadi ia tersenyum salting lalu menatap ke jalanan. "Gede juga nyali lu godain gue" ujar Aren menyembunyikan senyumnya. Sialan, kenapa dia mudah salting begini. Maklum sih yang godain cantik soalnya.
Lisya hanya mengangkat bahunya dengan ekspresi polos. Siapa suruh main goda goda?!
"Sya, kayaknya gue tambah cinta deh sama lo" ujar Aren blak-blakan
Lisya hanya memutar bola matanya malas "kayaknya gue bukan orang pertama yang lo bilangin gitu" ujar Lisya
"Bukan orang pertama tapi orang terakhir yang bakal gue cintai"
"Sumpah Ren, kayaknya kalau gak godain gue sehari elu kejang kejang deh" celetuk Lisya
"Lebih kejang kejang kalau lo balas cinta gue"
"Nahh itu, biar lo gak kejang kejang jadi biar aja cinta lo gak akan gue balas"
"Sadis amat"
"Daripada lo mati cuma gara gara kejang-kejang. Bayangin aja nih gue yang cantik ini ngebalas cinta lo, terus lo nya malah kejang kejang sambil megang dada karena kehabisan nafas. Terus nyawa lo ilang dan orang yang lo temui itu gue. Bisa jadi tersangka lah guenya" ujar gadis itu yang terlalu berlebihan
Aren tertawa pelan mendengar celoteh gadis disampingnya. Ucapan terlalu berlebihan tapi Aren menyukai sisi itu dari Lisya. Lisya terlalu dramatis tapi terlihat sangat lucu. Mungkin kalau Lisya menjadi pacarnya, aren akan melihat itu setiap saat yaitu nasehat nya atu lebih tepatnya cerewet nya, negatif thinking, dramatic, cemburuan. Imut banget deh
"Seneng banget gue kalau lo ngomong blak blakan gitu. Keliatan sisi unyu nya" ujar Aren dengan senyum yang belum luntur
Lisya hanya merutuki dirinya sendiri. Papanya benar, mulutnya sangat cerewet dan tidak kenal tempat. Salahin mulutnya ya bukan Lisya!
Mereka mengobrol ringan kadang juga hening jika Aren tak membawanya pembicaraan. Lisya akui ia sedikit nyaman karena Aren tak seperti yang dipikirannya. Sebenarnya Lisya pikir selain memberi gombalan, Aren juga termasuk cowok brengsek yang bakal pegang pegang ternyata tidak. Maafin Lisya ya!
Mereka sampai di rumah Kalvin, sepertinya mereka semua sudah datang. Kalvin membuka pintu mobilnya dan juga untuk Lisya.
"Anggota kalian 5 juga kan?" tanya Lisya sambil berjalan beriringan dengan Aren menuju pintu rumah
Aren mengangguk "Emmm, tapi kayaknya yang cewek satu lagi gak bakal ikut sih"
"Kenapa?"
"Kayaknya Seira gak suka dia satu tim sama kami. Kalau bukan karena anggotanya 5 orang mana mau dia ngajakin cewek yang lain. Takut caper sama Revan" jelas Aren lalu menekan bel rumah Kalvin
Lisya mengganguk singkat, ternyata Seira memang the real cewek posesif.
mau pilih Lisya Jewar atau Lisya Revan